Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Ketika Laut Dijinakkan

Proyek Delta mendatangkan berkah buat Belanda. Air bah menjauh, wisatawan mengalir.

20 Desember 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Luctor et emergo. Begitu semboyan yang dibanggakan rakyat Zeeland, sebuah provinsi yang dikepung air laut di pucuk selatan Belanda. Artinya, kira-kira, "Saya berjuang dan saya akan menang."

Dua pekan lalu saya berkesempatan menyaksikan bukti-bukti keampuhan semboyan itu. Bersama rombongan peserta Simposium Pemimpin Muda Asia-Eropa, yang didukung Asia-Europe Foundation (ASEF), saya mengunjungi Waterland Neeltje Jans, di Zeeland. Sebuah tanggul raksasa yang menjadi saksi perjuangan manusia menjinakkan amarah laut.

Siang itu tubuh saya mengkerut didera suhu minus 5 derajat Celsius. Baju hangat dan syal tak sanggup menghalau gigitan musim dingin. Untunglah, pemandangan dahsyat yang membentang sanggup membuat seluruh otot menghangat dialiri rasa takjub. "Luar biasa," kata Dr Xuetang Guo dari Tongji University, Cina, yang juga peserta simposium. "Bisa jadi, inilah salah satu karya terbesar manusia di abad ke-21," ujar seorang peserta lainnya. Air laut yang tenang saat itu seperti membenarkan kekaguman rombongan pelancong dari 26 negara ini.

Tanggul itu, The Ooster Dam (The Oosterschelde Stormvloedkering), memang aduhai luar biasa. Konstruksinya begitu rumit sehingga ia disebut sebagai bendungan dengan rancang bangun paling kompleks yang pernah dibuat manusia. The Economist menjulukinya sebagai "Miracle of the Netherlands".

Seorang wanita tua memandu kami menelusuri lorong-lorong Tanggul Ooster. Dia menerangkan cara kerja bangunan yang sanggup membuat lidah berdecak ini. Panjang tanggul hampir mencapai 11 kilometer, membendung seluruh lengan Laut Utara yang langsung berhadapan dengan daratan Zeeland. Terdapat 64 dermaga di sepanjang tanggul. Setiap dermaga berukuran seperti gereja katedral dan beratnya setara dengan 180 ribu mobil. Kemudian, ada 62 pintu air yang menggantung kolosal di setiap dermaga—total ada 3.968 pintu air—yang bisa dibuka-tutup berdasar kebutuhan.

Bukan hanya dahsyat dalam soal ukuran. Bendungan Ooster dirancang dengan hati-hati dan ketelitian penuh. Konstruksi Bendungan Ooster dibuat sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu mencegah banjir hebat yang kemungkinannya terjadi sekali dalam empat ribu tahun.

Setiap dermaga dan pintu air dibangun dalam sebuah ruangan (dok) khusus. Ketika pembangunan dermaga dan pintu air untuk Ooster rampung, dok sengaja dibanjiri dengan air laut. Setiap milimeter diamati agar jangan sampai ada keretakan sekecil apa pun. Langkah ekstrahati-hati ini punya satu motivasi. "Karena rakyat kami telah bersumpah tak boleh lagi ada bencana banjir 1953," demikian keterangan resmi yang tercantum dalam situs Provinsi Zeeland.

Banjir memang mimpi superburuk bagi Zeeland. Dari namanya, zee berarti laut dan land berarti daratan, provinsi ini memang seperti diciptakan dari laut. Dan telah banyak korban dari penciptaan ini. "Ribuan orang mati tenggelam di sini," kata wanita pemandu rombongan kami. Dia menunjukkan sebuah dinding di lorong tanggul yang dipenuhi nama ribuan korban banjir sebelum The Ooster Dam dibangun.

Bukan hanya bagi Zeeland, air adalah problem bagi seluruh Belanda. Hampir separuh area dari 12 provinsi yang ada di Belanda berada di bawah permukaan air laut. Nama Netherlands pun sejatinya berasal dari kata Belanda "neder" yang berarti rendah.

Persoalan geografis ini membuat pusing rakyat Belanda. Ratusan tanggul besar dan kecil yang dilengkapi kincir dibangun untuk mencegah tumpahnya air laut. Pada abad ke-17 sampai ke-19, VOC (Perhimpunan Dagang Hindia Belanda) menguras dan menggunakan sumber daya dari alam Nusantara—baik pekerja maupun uang hasil rempah-rempah—untuk membangun tanggul-tanggul. Pembangunan tanggul ini adalah bagian dari luctor et emergo, perjuangan rakyat Belanda menaklukkan lautan.

Namun, apa boleh buat, ikhtiar boleh digeber sekuat mungkin, tapi banjir tetap saja datang menggebrak hampir di setiap abad. Beberapa bencana banjir bahkan diabadikan untuk dikenang, di antaranya The Saint Aechtens's Day Flood (1288), The Saint Elizabeth's Day Flood (1404 dan 1421), The Saint Felix's Day (1530), All Saints's Day Flood (1570), dan yang masih segar dalam ingatan adalah banjir 1953.

Malam nahas itu, 31 Januari 1953, kekuatan alam berdansa menggila: langit suram, ombak mendidih bergejolak, dan angin menderu-deru ke segala arah. Sebuah dansa yang mematikan. Permukaan Laut Utara naik sampai 30 meter. Tiada ampun, air bah menghajar daratan Zeeland dan sebagian kecil Essex, Inggris.

Akibatnya sungguh dramatis. Ada 1.835 nyawa melayang, 72 ribu penduduk diungsikan, 200 hektare lahan pertanian hancur total, 47 ribu bangunan luluh-lantak, dan 67 tanggul jebol tanpa daya. Tak mengherankan bila bencana yang disebut sebagai yang terburuk di Eropa ini membuat tekad rakyat Belanda menggumpal: mereka tak ingin lagi diterjang banjir. Sebuah tekad yang, mudah-mudahan, segera dimiliki oleh pemerintah dan rakyat di negeri ini, yang juga langganan banjir.

Demi tekad antibanjir, sesaat setelah bencana 1953, disusunlah rencana pembuatan sejumlah bendungan yang disebut Proyek Delta. Tiga belas bendungan raksasa kemudian dibangun secara bertahap sampai 39 tahun. Bendungan pertama dibangun pada 1958 di Sungai The Hollandse Ijssel, sebelah timur Rotterdam, hingga yang terakhir adalah dam The Maeslant Storm Surge Barrier, pada 1997. Bendungan Ooster yang saya kunjungi adalah dam yang terpanjang dalam rangkaian Proyek Delta ini.

Kini, proyek ambisius Delta telah mendatangkan berkah. Tidak hanya menjauhkan banjir, tetapi juga membuat kawasan Zeeland bertumbuh-berkembang. Di seputar Bendungan Ooster telah dibangun sebuah obyek wisata pantai Waterland Neeltje Jans yang dilengkapi sebuah simulator badai. Di seputar kawasan ini, hidangan dari laut, ikan, lobster, kerang, tiram, yang lezat siap membuat lidah menari.

Dan bukan hanya manusia yang kebagian berkah. Aneka jenis burung juga turut bergembira menikmati udara sejuk Bendungan Ooster. Pada musim semi, Zeeland pun menjelma menjadi surga favorit bagi para pencinta kegiatan bird watching dari seantero dunia.

Metta Dharmasaputra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus