Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dengan alam yang indah dan kekayaan budayanya, Kota Bukittinggi menjadi tuan rumah bagi salah satu ikonnya yang tak terlupakan, Jam Gadang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lebih dari sekadar penunjuk waktu, Jam Gadang melambangkan memori abadi kota ini, menyimpan sejarah perjalanan panjang mulai dari masa kolonial hingga kemerdekaan. Mari telusuri keunikan Jam Gadang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejarah Singkat Jam Gadang
Jam Gadang, sebuah ikon kota yang dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, melambangkan sejarah dan keunikan Kota Bukittinggi di Sumatera Barat. Monumen ini dibangun pada 1926 sebagai hadiah dari Ratu Belanda Wilhelmina kepada Sekretaris Countrouler Fort de Kock, Rock Maker.
Jam Gadang tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk waktu, tetapi juga sebagai saksi bisu perjalanan panjang kota ini melalui zaman kolonial, pendudukan Jepang, hingga kemerdekaan Indonesia.
Misteri Angka IV pada Jam Gadang
Salah satu keunikan yang mencuri perhatian dari Jam Gadang adalah penulisan angka Romawi empat (IV) yang ditulis sebagai "IIII" bukan "IV" seperti umumnya. Mesin Jam Gadang yang bergerak secara mekanik, menunjukkan keunikan ini yang menambah daya tarik jam ini sebagai suatu penanda waktu yang kaya akan karakter. Sampai kini, tak ada yang bisa menjelaskan alasan penulisan angka itu dengan tepat.
Mesin pada Jam gadang ini hanya ada dua di dunia, salah satunya pada jam di menara Big Ben, London.
Lonceng Bertuliskan Vortmann Recklinghausen
Sementara itu, lonceng besar yang terletak di puncak Jam Gadang memiliki tulisan yang menjadi teka-teki tersendiri.
Bertuliskan "Vortmann Recklinghausen," nama ini mengacu pada Benhard Vortmann, pembuat jam, dan Recklinghausen, kota di Jerman yang menjadi tempat produksi mesin jam pada 1892. Tulisan ini menghadirkan nuansa misterius pada Jam Gadang, memberikan sentuhan sejarah yang menyelubungi keindahan monumen tersebut.
Jam Gadang bukan sekadar penanda waktu. Monumen ini adalah saksi sejarah yang menakjubkan dan kaya akan cerita.
Dari patung ayam di puncaknya pada masa kolonial hingga selubung kain Marawa yang pernah menyelimutinya pada malam tahun baru, setiap elemen Jam Gadang membawa memori Kota Bukittinggi yang abadi. Melihatnya bukan hanya menikmati jam monumental, tetapi juga merasakan pulsanya yang hidup bersama kota yang terus berkembang.
Bagi pengunjung, kawasan sekitar Jam Gadang juga menawarkan pengalaman yang tak terlupakan. Dikelilingi oleh taman yang indah, pengunjung dapat bersantai sambil menikmati keindahan Gunung Singgalang dan Gunung Marapi, menjadi saksi keunikan arsitektur Minangkabau di sekitarnya, dan mengeksplorasi destinasi wisata lainnya seperti Ngarai Sianok dan Terowongan Lubang Jepang.
Keseruan Kota Bukittinggi tidak hanya tercermin di Jam Gadang, tetapi juga dalam kehidupan malamnya yang penuh warna saat pergantian tahun. Meski sempat dihiasi kain Marawa dan diam-diam dimatikan mesinnya, kegembiraan dan tradisi malam tahun baru di kawasan Jam Gadang tetap menjadi daya tarik tersendiri. Suara dentangnya membangunkan kenangan lalu, menghidupkan sejarah yang terukir dalam setiap detiknya.
PUTRI SAFIRA PITALOKA | FEBRIANTI | RIYAN NOFITRA