Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Padang - Arak-arakan Sipasan menutup Festival Siti Nurbaya dan Cap Go Meh di Kota Padang, Sumatra Barat, pada Ahad, 9 Februari 2025. Sipasan sepanjang 500 meter itu diarak mengelilingi Kota Tua Padang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pawai Sipasan ini dimulai sekitar pukul 16.00 WIB dari kawasan Pondok, Padang. Lalu diarak bersama menuju Batang Arau, Masjid Al Hakim, dan kembali ke Himpunan Tjinta Teman (HTT).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sipasan merupakan salah satu tradisi etnis Tionghoa Padang. Sipasan biasanya keluar setiap ada perayaan hari besar seperti Imlek, Cap Go Meh, dan pergantian tahun baru masehi.
Apa Itu Sipasan?
Sipasan ini merupakan bahasa Minangkabau yang berarti lipan. Karena itu, Sipasan dalam tradisi ini juga berbentuk lipan tetapi kepala naga. Sipasan akan dinaiki oleh anak-anak yang nanti diangkat oleh orang dewasa. Pawai Sipasan ini pernah memecahkan Global World Record pada 2013.
Panjang sipasan, menurut Wakil Ketua HTT Pusat Padang Albert Hendra Lukman, akan tergantung situasi pada zaman itu. Jika generasi yang bisa mengangkat Sipasan itu banyak tentu akan panjang pula.
"Panjangnya tergantung berapa tenaga yang ada, karena tidak bisa juga dipaksakan, sebab ini sifatnya gotong royong," katanya.
Potret anak-anak yang mengikuti arak-arakan Sipasan di Kota Padang, Sumatra Barat dalam rangka perayaan Cap Go Meh 2025 pada Minggu 9 Februari 2025. Tempo/ Fachri Hamzah.
Menarik Wisatawan
Dia melanjutkan, dalam pawai Sipasan Cap Go Meh 2025 ini ada sekitar 90 anak-anak yanh ikut. Tiga di antaranya merupakan wisatawan dari Singapura.
"Salah satu tujuan kegiatan ini juga untuk menarik wisatawan mancanegara, sehingga membuat perputaran uang di Kota Padang meningkat," kata Albert kepada TEMPO 10 Februari 2025.
Selain itu, festival Cap Go Meh ini juga bertujuan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa etnis Tionghoa menjadi satu kesatuan dengan masyarakat Kota Padang. "Ini adalah bentuk inklusifnya masyarakat Tionghoa Kota Padang," katanya.
Albert juga menjelaskan, arak-arakan Sipasan ini hanya ada dua daerah di dunia yakni Kota Padang dan Taiwan.
Selain Sipasan, kirab Festival Siti Nurbaya dan Cap Go Meh Kota Padang juga di semarakkan dengan tarian naga dan barongsai. Lalu juga diikuti oleh beberapa kesenian etnis lainya seperti reog Ponorogo, gandang tasa dan juga fashion show.
Sebelumnya, pada Jumat, 9 Februari 2025 juga ada kirab Kio yang dilakukan oleh Himpunan Keluarga Kwee-Lie untuk merayakan Cap Go Meh. Kio merupakan patung dewa yang diangkat menggunakan tandu berbentuk rumah.