Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu keunikan Gereja Kristen Jawa di Tanjung Priok ini adalah bahasa yang tertulis pada papan di atas salibnya. Di sana, tertulis firman dalam Matius 11:28 berbahasa Jawa. "He para wong kang kesayahan lan kamomotan padha mareka kabeh. Aku bakal gawe ayemmu."
Baca juga: Menjelajah Wisata Bhineka di Tanjung Priok, Indahnya Keberagaman
Firman yang artinya kurang lebih: Hei orang-orang yang letih lesu dan berbeban berat, marilah semua datang kepadaKu. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu, tersebut bisa Anda baca saat berkunjung ke gereja yang berlokasi Jalan Raya Cilincing, Jakarta Utara.
"Gereja Kristen Jawa ini bermula dari 7 keluarga, 5 pemuda," kata Kepala Kantor Gereja Kristen Jawa Tanjung Priok Yohanes Tri Wahyono, Rabu, 19 Januari 2019.
Saat itu tahun 1964, para perantauan dari Jawa yang bermukim di Jakarta masih mengadakan kebaktian di rumah. Alasannya, tutur Yohanes, karena Gereja Kristen Jawa saat itu hanya ada di Salemba. Kemudian Gereja Kristen Jawa Tanjung Priok mulai dibangun pada 1972.
"Dinding masih dari bilik bambu," tuturnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika jumlah jemaat semakin banyak, maka pada 1990, gereja itu direnovasi. Namun meski dipelopori orang suku Jawa, saat ini jemaat gereja tersebut semakin beragam. "Ketua majelis kami tahun ini orang Batak. Tahun sebelumnya orang Toraja," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Budaya Jawa tetap dipertahankan oleh pengurus gereja tersebut. "Setiap minggu ketiga ada ibadah berbahasa Jawa untuk nostalgia," tuturnya.
Kesenian gamelan Jawa pun terus digunakan untuk kegiatan gereja. Ada dua kelompok karawitan untuk memainkan gamelan Jawa tersebut. Untuk kalangan anak-anak dan remaja dinamai Kelompok Karawitan Tunas Sekar Tanjung. Sedangkan dari kalangan lanjut usia dinamai Kelompok Karawitan Tunas Sekar Tanjung.