Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Agus Bei tak pernah lupa peristiwa angin kencang dari laut yang meluluh-lantakkan rumahnya pada 1997. Saat itu, hampir seluruh permukiman di kawasan Graha Indah, Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, hancur diterpa angin laut. Musababnya, tiada 'benteng' antara perairan dengan darat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agus Bei lantas mempelajari apa yang terjadi dengan lingkungan di sekitarnya. Dia pun berniat membangun 'tameng' antara perairan dengan daratan. "Saat itu saya hanya ingin melindungi rumah-rumah kami di Graha Indah ini dari angin kencang dari laut," tutur Agus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agus Bei pun memulai sekemampuannya. Pada 2001, dia menanam pohon bakau Rhizopora mucronata pada tanah berlumpur di sekitar rumah. Hingga akhir 2015, Agus Bei bersama warga Graha Indah sudah menanam lebih dari 20 ribu pohon bakau atau mangrove di areal seluas 40 hektare.
Sejak lingkungan mulai asri, satwa pun berdatangan. Burung-burung yang lama tak terlihat, muncul di atas pucuk-pucuk mangrove. Pada waktu tertentu, bekantan (Nasalis larvatus) kini berani mendekat sampai ke deretan mangrove di depan rumah Agus. Pehobi mancing juga kerap melepaskan kail di dekat bakau karena banyak ikannya.
Suasana ini menarik perhatian masyarakat untuk datang. Kemudian mulai mengalir kunjungan wisatawan dari dalam kota, lur kota, lintas provinsi, bahkan dari mancanegara. "Setiap akhir pekan, apalagi saat libur panjang, orang ramai berkunjung," kata Agus.
Wisatawan yang datang dapat menyumbang seikhlasnya. "Donasi untuk mangrove," kata Kate Elise, relawan dari Australia. Dari misi menyelamatkan rumah dari angin laut, kini menjadi destinasi wisata menarik. Masyarakat sekitar mulai menikmati manfaat, mulai dari berjualan cenderamata khas Balikpapan, menjual jasa perahu klotok untuk berkeliling hutan bakau, menjadi pusat pembibitan mangrove, sampai budidaya ikan kerapu.
Pada 2017, Agus Bei mendapatkan penghargaan Kalpataru untuk kategori Penyelamat Lingkungan karena berhasil membangun kawasan Hutan Mangrove Center. Lantaran dianggap mampu melestarikan lingkungan, Balai Karantina Ikan Balikpapan melepaskan ratusan kepiting yang tak lolos karantina ke hutan bakau.
Juga mengalir bantuan dari pemerintah maupun swasta. Mulai dari pembuatan dermaga, bantuan jaket pelampung untuk penumpang dan operator perahu klotok, hingga pembangunan menara pengawas, pos pengamatan, dan perahu patroli. "Semoga apa yang saya lakukan ini bisa menginspirasi," ucap Agus.