IA menjeruak tenda, mukanja bertjahaja. Lampu-lampu berwarna
menjiram panggung, sinarnja merubah warna hitam midinja jang
berbunga-bunga perak. Rambutnja jang setengah leher, menutup
sebagian mukanja, tetapi kedua matanja jang besar menggapai
keluar seperti mata kidjang. Dibalut oleh warna hitam dari
sepatu sampai leher dengan warna kulit jang agak hitam, ia bukan
lagi gadis SMP jang berumur empat belas tahun. Ia seorang wanita
jang sehat dengan pundak jang lebar. tinggi, bertubuh kental dan
berparas Djawa.
Dengan pasti ia meraih mikrofon. "Selamat malam Tuan dan Njonja"
kata nja dengan bahasa Inggeris jang sajup. "Malam ini Emil akan
menjanjikan lagu Delilah" la tidak menunggu keplok, djuga tidak
mengedjap-ngedjapkan matanja dengan genit. Ia melambaikan tangan
dengan pasti, matanja mengetjil melontar diatas kepala tiga
ratus orang penonton. Lalu suaranja jang besar dan lantang
keluar dari tenggorokannja seperti bola-bola karet jang
menghadjar kepala beberapa orang jang belum meletakkan sendok
makannja atau bahu patjarnja.
Total. Ruangan nite club Tropicana di Senajan jang tjukup luas
itu mendjadi sesak oleh suara Emilia jang mengendap-endap
menjergap kadang-kadang liar membentur-bentur. Interpretasinja
tidak lagi meraba-raba, tapi dikembangkan20dengan pasti diatas
sikap jang membajangkan selera jang dewasa. Ekspresi mukanja
dalam memberikan djiwa pada setiap gajutan nada, tidak
menghiraukan lagi pakem-pakem ketjantikan. Ia menjanji dengan
bebas, dengan hati jang keras, total dan enerdjik. Sekali-sekali
ia menepiskan rambutnja jang hendak menutup wadjahnja. Tangannja
gelisah melontar keatas, kesegala arah. Kadang-kadang ia hampir
berdjongkok, kakinja melukis menguasai daerah panggung. Pada
nada-nada jang mendjerit pantatnja melengkung kebelakang,
dadanja melembung, tubuhnja bergetar kuat-kuat terpantjang
kelantai, lalu dari mulutnja jang terkuak lebar sekali
membandjir sihir jang membuat seisi mangan terraku dan
berkeplok. "Onee more!" teriak seorang penonton. "orrJ," kata
Emilia menggapai resliting dipunggungnja jang hampir lepas.
Tetapi ia tidak berhenti. Berturut-turut kemudian ia menjanjikan
lagu "I'll never fall in love again, Mari Kemari dan Summer time
"Mulut Enlil memang biasa lebar kalau lagi menjanji" kaa Emilia
Contessa dengan tersenjum. Gadis tjilik jang sederhana dalam
kehidupan hariannja itu sudah membuat langkah pandjang untuk
mengetok pintu Djakarta, dengan kontraknja sepandjang bulan
Djuni-Djuli dengan Tropicana. Ia memang agak berbeda dengan
penjanji-penjanji pop Jang lagi panen di Indonesia. "Banjak jang
mengira ia orang Filipina, ada djuga jang mengira orang Spanjol
karena namanja, tetapi dia orang Djawa asli, orang Banjuwangi"
kata Aboel Hajat manager Tropicana dengan bangga. Kemudian
manager jang suka membanjol itu memberikan pudji-pudjian jang
tentu sadja sedikit berbau gelembung sabun. "Emilia memang lain"
katanja, "Artis Hongkong jang menjanji mendahuluinja, dilalapnja
bulat-bulat, sampai penonton banjak jang memberikan komentar:
"wah ini njata benar bedanja" sehingga Emil terpaksa menambah
atjaranja dengan beberapa lagu ekstra. Dan dia mau sadja. Anak
itu memang baik, disuruh apa sadja mau".
Djuara. Langkah Emil puteri sulung Hasan Ali Pegawai Kantor
Kebudajaan Banjuwangi (asal Madura) dimulai ketika ia mendjadi
djuara Besuki dalam perlombaan menjanji antara SD. Kemudian ia
berhasil mendjadi Djuara Pop Singer Djawa Timur. Dan dalam
kontes Pop Singer seluruh Indonesia dalam PON ke VII di Surabaja
ia berhasil mendjadi djuara pertama bersama-sama dengan Franz
Daromez untuk djenis prianj. Pabrik piringan hitam Philips
dengan matanja jang njalang melihat dengan segera "kopi luwak"
ini, serta merta mereka memungutnja. Begitulah kemudian Emilia
diantar oleh ibunja R.A.Susiani jang mengaku dari keturunan
Tawang Alun, berangkat ke Singapura. Selain bekerdja untuk
beberapa longplay jang meliputi berbagai bahasa, Emilia djuga
menjanji untuk "Peking Restaurant".
Atas bantuan Philips Emil bersama ibunja jang djuga merangkap
mendjadi managernja diberangkatkan ke Tokyo untuk mengikuti
kedjuaraan pop sedunia. Ditanah Sakura itu ia menjanjikan lagu
Beyond The Hidden Hill. Meskipun hanja mendapat kesempatan
latihan dua hari "kopi luwak" ini berhasil mencapai final,
tetapi selebihnja gagal. Terhadap kegagalan ini Emilia masih
mempunjai kegembiraan, karena ia mendapat penghargaan sebagai
peserta jang paling muda. "Emil tidak memperhatikan
pengikut-pengikut jang lain, Emil hanja berusaha menunaikan
tugas sebaik-baiknja", komentarnja. Ini tentu sadja sebuah sikap
jang akan menguntungkan bagi setiap orang jang hendak madju. Ibu
Emil tampaknja sudah menerima tjita-tjita anaknja untuk mendjadi
penjanji jang baik. Sambil mengikuti Emilia ia telah berusaha
untuk membantu menumbuhkan satu kepribadian jang kuat pada diri
anaknja. Disamping tetap mengadjarkan Emil untuk melakukan sopan
santun timur. "Emil sampai sekarang tetap mentjium tangan ibunja
kalau hendak pergi atau datang, atas kemauannja sendiri" katanja
menerangkan keadaan puterinja. Sedangkan mengenai sekolah
Emilia, Susiani jang belum tua dan berputera tiga itu
mendjelaskan: "Saja tetap mengharuskan dia untuk mendahulukan
sekolahnja, betapapun tjapeknja mengadakan pertundjukan. Kalau
ia mengabaikan sekolah lebih baik ia berhenti menjadi penjanji"'
katanja dengan tegas. Tetapi ia mengakui pula bahwa untuk tahun
ini Emilia terpaksa absen dari sekolahnja untuk kepentingan
karier. Sementara Emilia sendiri menjatakan targetnja bahwa ia
ingin paling sedikit lulus SMA. Dan seandainja mungkh meneruskan
ke ABA.
Nancy Wilson. Emil ditjeritakan orang berasal dari keluarga jang
sederhana meskipun Hasan Ali mendjadi anggota DPRD GR
Banjuwangi. Kesederhanaan dan ke-Djawa-an jang diadjarkan ibunja
telah masuk kedalam djiwa penjanji ini. Ia seorang kanak-kanak
biasa jang kadang-kadang suka berlari-lari turun dari20kereta
untuk membeli komik Petruk Gareng. Meskipun diatas panggung
kadang-kadang ia menjadi Nancy Wilson, Mahalia Jackson atau "Tom
Jones". Meskipun namanja kedengaran asing ia seorang Djawa jang
berselera Djawa, jang senang lagu-lagu kerontjong dan lagu-lagu
latin, suka kepada Bing Slamet dan Titiek Puspa. Bahkan kedua
penjanji Indonesia ini diam-diam dianggapnja sebagai guru.
Penjanji jang kerandjingan membatja buku ini ternjata mempunjai
daja tangkap tjepat dan tergolong tjerdas. Ia bisa menjanji
dalam beberapa bahasa Indomesia, Inggeris, Belanda Perantjis,
Hongkong, Arab, Djerman dan sebagainja deugan tidak
mengetjewakan. Dan jang barangkali membedakan dia dengan
penjanji pop Indonesia jang lain adalah bahwa ia selalu membawa
tas ketjil berisi aransemen lagu-lagu jang hendak
dinjanjikannja. Dengan menjerahkan aransemen itu kepada band
pengiringnja, ia berani menjanji tanpa latihan terlebih dahulu.
Begitu pulalah jang terdjadi di Tropicana, atau dimana sadja ia
menjanji.
Tidak diterangkan berapa banjak uang jang telah dihasilkan oleh
suara "bergetar" Emilia Contcssa. Aboel Hajat di Tropicana
merahasiakannja, tetapi membotjorkan sedikit bahwa Emil memang
tergolong artis jang mahal, djauh lebih mahal dari
penjanji-penjanji Indonesia lain bahkan djuga lebih mahal dari
penjanji-penjanji Hongkong. "Tetapi ini wadjar" kata manager itu
serius, 'Emil memang pantas mendapat penghargaan begitu karena
ia mempunjai prestasi Internasional. Siapa lagi kalau bukan kita
jang menghargai artis-artis kita!" Sementara itu ibu Emil
sendiri menerangkan bahwa ia selalu berhati-hati mendidik Emil
dalam soal keuangan. "Djangan sampai ia mempunjai fikiran bahwa
ia bisa mentjari uang sendiri!" katanja dengan tegas. Dengan
utjapannja itu ia ingin mendjelaskan bahwa ia ingin menumbuhkan
Emil dengan wadjar sebagai kanak-kanak lainnja.
Kerendahan hati, modal suara dan spontanias Emil menjebabkan
seorang pengarang novel jang merangkap mendjadi wartawan
Poernawan Tjondronegoro meramalkan dengan bahasanja sendiri
bahwa Emilia apabila mendapat bimbingan terus akan bisa
mengalahkan penjanji-penjanji lain termasuk Titiek Puspa. Ini
bukan mustahil. Sebagaimana dinjatakan oleh Emil sendiri bahwa
ia ingin memiliki sesuatu tjiri jang lain dari penjanji jang
sudiah ada. Mungkin sebentar waktu lagi orang boleh berkata
bahwa tanda bahaja bagi tahta Titiek Sandhora sudah dipukul Emil
di Tropicana. Meskipun dengan sedikit pertanjaan, apakah Emil
perlu memulai langkahnja di nite club, sementara umurnja belum
tjukup?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini