Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Kontes emilia contessa

Emilia contessa asal banyuwangi, 14, dikontrak club tropicana, mampu mengalahkan artis hongkong dan menyanyi dalam beberapa bahasa. dalam lomba pop sedunia di tokyo, sebagai peserta yang termuda.

19 Juni 1971 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IA menjeruak tenda, mukanja bertjahaja. Lampu-lampu berwarna menjiram panggung, sinarnja merubah warna hitam midinja jang berbunga-bunga perak. Rambutnja jang setengah leher, menutup sebagian mukanja, tetapi kedua matanja jang besar menggapai keluar seperti mata kidjang. Dibalut oleh warna hitam dari sepatu sampai leher dengan warna kulit jang agak hitam, ia bukan lagi gadis SMP jang berumur empat belas tahun. Ia seorang wanita jang sehat dengan pundak jang lebar. tinggi, bertubuh kental dan berparas Djawa. Dengan pasti ia meraih mikrofon. "Selamat malam Tuan dan Njonja" kata nja dengan bahasa Inggeris jang sajup. "Malam ini Emil akan menjanjikan lagu Delilah" la tidak menunggu keplok, djuga tidak mengedjap-ngedjapkan matanja dengan genit. Ia melambaikan tangan dengan pasti, matanja mengetjil melontar diatas kepala tiga ratus orang penonton. Lalu suaranja jang besar dan lantang keluar dari tenggorokannja seperti bola-bola karet jang menghadjar kepala beberapa orang jang belum meletakkan sendok makannja atau bahu patjarnja. Total. Ruangan nite club Tropicana di Senajan jang tjukup luas itu mendjadi sesak oleh suara Emilia jang mengendap-endap menjergap kadang-kadang liar membentur-bentur. Interpretasinja tidak lagi meraba-raba, tapi dikembangkan20dengan pasti diatas sikap jang membajangkan selera jang dewasa. Ekspresi mukanja dalam memberikan djiwa pada setiap gajutan nada, tidak menghiraukan lagi pakem-pakem ketjantikan. Ia menjanji dengan bebas, dengan hati jang keras, total dan enerdjik. Sekali-sekali ia menepiskan rambutnja jang hendak menutup wadjahnja. Tangannja gelisah melontar keatas, kesegala arah. Kadang-kadang ia hampir berdjongkok, kakinja melukis menguasai daerah panggung. Pada nada-nada jang mendjerit pantatnja melengkung kebelakang, dadanja melembung, tubuhnja bergetar kuat-kuat terpantjang kelantai, lalu dari mulutnja jang terkuak lebar sekali membandjir sihir jang membuat seisi mangan terraku dan berkeplok. "Onee more!" teriak seorang penonton. "orrJ," kata Emilia menggapai resliting dipunggungnja jang hampir lepas. Tetapi ia tidak berhenti. Berturut-turut kemudian ia menjanjikan lagu "I'll never fall in love again, Mari Kemari dan Summer time "Mulut Enlil memang biasa lebar kalau lagi menjanji" kaa Emilia Contessa dengan tersenjum. Gadis tjilik jang sederhana dalam kehidupan hariannja itu sudah membuat langkah pandjang untuk mengetok pintu Djakarta, dengan kontraknja sepandjang bulan Djuni-Djuli dengan Tropicana. Ia memang agak berbeda dengan penjanji-penjanji pop Jang lagi panen di Indonesia. "Banjak jang mengira ia orang Filipina, ada djuga jang mengira orang Spanjol karena namanja, tetapi dia orang Djawa asli, orang Banjuwangi" kata Aboel Hajat manager Tropicana dengan bangga. Kemudian manager jang suka membanjol itu memberikan pudji-pudjian jang tentu sadja sedikit berbau gelembung sabun. "Emilia memang lain" katanja, "Artis Hongkong jang menjanji mendahuluinja, dilalapnja bulat-bulat, sampai penonton banjak jang memberikan komentar: "wah ini njata benar bedanja" sehingga Emil terpaksa menambah atjaranja dengan beberapa lagu ekstra. Dan dia mau sadja. Anak itu memang baik, disuruh apa sadja mau". Djuara. Langkah Emil puteri sulung Hasan Ali Pegawai Kantor Kebudajaan Banjuwangi (asal Madura) dimulai ketika ia mendjadi djuara Besuki dalam perlombaan menjanji antara SD. Kemudian ia berhasil mendjadi Djuara Pop Singer Djawa Timur. Dan dalam kontes Pop Singer seluruh Indonesia dalam PON ke VII di Surabaja ia berhasil mendjadi djuara pertama bersama-sama dengan Franz Daromez untuk djenis prianj. Pabrik piringan hitam Philips dengan matanja jang njalang melihat dengan segera "kopi luwak" ini, serta merta mereka memungutnja. Begitulah kemudian Emilia diantar oleh ibunja R.A.Susiani jang mengaku dari keturunan Tawang Alun, berangkat ke Singapura. Selain bekerdja untuk beberapa longplay jang meliputi berbagai bahasa, Emilia djuga menjanji untuk "Peking Restaurant". Atas bantuan Philips Emil bersama ibunja jang djuga merangkap mendjadi managernja diberangkatkan ke Tokyo untuk mengikuti kedjuaraan pop sedunia. Ditanah Sakura itu ia menjanjikan lagu Beyond The Hidden Hill. Meskipun hanja mendapat kesempatan latihan dua hari "kopi luwak" ini berhasil mencapai final, tetapi selebihnja gagal. Terhadap kegagalan ini Emilia masih mempunjai kegembiraan, karena ia mendapat penghargaan sebagai peserta jang paling muda. "Emil tidak memperhatikan pengikut-pengikut jang lain, Emil hanja berusaha menunaikan tugas sebaik-baiknja", komentarnja. Ini tentu sadja sebuah sikap jang akan menguntungkan bagi setiap orang jang hendak madju. Ibu Emil tampaknja sudah menerima tjita-tjita anaknja untuk mendjadi penjanji jang baik. Sambil mengikuti Emilia ia telah berusaha untuk membantu menumbuhkan satu kepribadian jang kuat pada diri anaknja. Disamping tetap mengadjarkan Emil untuk melakukan sopan santun timur. "Emil sampai sekarang tetap mentjium tangan ibunja kalau hendak pergi atau datang, atas kemauannja sendiri" katanja menerangkan keadaan puterinja. Sedangkan mengenai sekolah Emilia, Susiani jang belum tua dan berputera tiga itu mendjelaskan: "Saja tetap mengharuskan dia untuk mendahulukan sekolahnja, betapapun tjapeknja mengadakan pertundjukan. Kalau ia mengabaikan sekolah lebih baik ia berhenti menjadi penjanji"' katanja dengan tegas. Tetapi ia mengakui pula bahwa untuk tahun ini Emilia terpaksa absen dari sekolahnja untuk kepentingan karier. Sementara Emilia sendiri menjatakan targetnja bahwa ia ingin paling sedikit lulus SMA. Dan seandainja mungkh meneruskan ke ABA. Nancy Wilson. Emil ditjeritakan orang berasal dari keluarga jang sederhana meskipun Hasan Ali mendjadi anggota DPRD GR Banjuwangi. Kesederhanaan dan ke-Djawa-an jang diadjarkan ibunja telah masuk kedalam djiwa penjanji ini. Ia seorang kanak-kanak biasa jang kadang-kadang suka berlari-lari turun dari20kereta untuk membeli komik Petruk Gareng. Meskipun diatas panggung kadang-kadang ia menjadi Nancy Wilson, Mahalia Jackson atau "Tom Jones". Meskipun namanja kedengaran asing ia seorang Djawa jang berselera Djawa, jang senang lagu-lagu kerontjong dan lagu-lagu latin, suka kepada Bing Slamet dan Titiek Puspa. Bahkan kedua penjanji Indonesia ini diam-diam dianggapnja sebagai guru. Penjanji jang kerandjingan membatja buku ini ternjata mempunjai daja tangkap tjepat dan tergolong tjerdas. Ia bisa menjanji dalam beberapa bahasa Indomesia, Inggeris, Belanda Perantjis, Hongkong, Arab, Djerman dan sebagainja deugan tidak mengetjewakan. Dan jang barangkali membedakan dia dengan penjanji pop Indonesia jang lain adalah bahwa ia selalu membawa tas ketjil berisi aransemen lagu-lagu jang hendak dinjanjikannja. Dengan menjerahkan aransemen itu kepada band pengiringnja, ia berani menjanji tanpa latihan terlebih dahulu. Begitu pulalah jang terdjadi di Tropicana, atau dimana sadja ia menjanji. Tidak diterangkan berapa banjak uang jang telah dihasilkan oleh suara "bergetar" Emilia Contcssa. Aboel Hajat di Tropicana merahasiakannja, tetapi membotjorkan sedikit bahwa Emil memang tergolong artis jang mahal, djauh lebih mahal dari penjanji-penjanji Indonesia lain bahkan djuga lebih mahal dari penjanji-penjanji Hongkong. "Tetapi ini wadjar" kata manager itu serius, 'Emil memang pantas mendapat penghargaan begitu karena ia mempunjai prestasi Internasional. Siapa lagi kalau bukan kita jang menghargai artis-artis kita!" Sementara itu ibu Emil sendiri menerangkan bahwa ia selalu berhati-hati mendidik Emil dalam soal keuangan. "Djangan sampai ia mempunjai fikiran bahwa ia bisa mentjari uang sendiri!" katanja dengan tegas. Dengan utjapannja itu ia ingin mendjelaskan bahwa ia ingin menumbuhkan Emil dengan wadjar sebagai kanak-kanak lainnja. Kerendahan hati, modal suara dan spontanias Emil menjebabkan seorang pengarang novel jang merangkap mendjadi wartawan Poernawan Tjondronegoro meramalkan dengan bahasanja sendiri bahwa Emilia apabila mendapat bimbingan terus akan bisa mengalahkan penjanji-penjanji lain termasuk Titiek Puspa. Ini bukan mustahil. Sebagaimana dinjatakan oleh Emil sendiri bahwa ia ingin memiliki sesuatu tjiri jang lain dari penjanji jang sudiah ada. Mungkin sebentar waktu lagi orang boleh berkata bahwa tanda bahaja bagi tahta Titiek Sandhora sudah dipukul Emil di Tropicana. Meskipun dengan sedikit pertanjaan, apakah Emil perlu memulai langkahnja di nite club, sementara umurnja belum tjukup?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus