Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Koridor Gajah di Bengkulu untuk Mencegah Kepunahan Fauna Itu

Total jumlah populasi gajah diperkirakan 70 ekor tapi hidup terpisah-pisah karena pembukaan hutan untuk berbagai kepentingan.

23 Desember 2017 | 06.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas menggembala gajah dewasa di Pusat Latihan Gajah Padang Sugihan di Banyuasin, Sumatera Selatan, 24 Februari 2017. Di tempat ini, pengunjung tidak hanya dapat mengunggang gajah di lahan gambut, mereka juga dapat mempelajari lekuk-lekuk manajemen pengelolaan air di area yang rawan terbakar tersebut. TEMPO/Parliza Hendrawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bengkulu - Gajah Sumatera (Elephas maximus Sumatranus), terutama, yang saat ini hidup di hutan-hutan Bengkulu kondisinya sangat kritis. Total jumlah populasi mereka diperkirakan mencapai 70 ekor tapi hidup terpisah-pisah karena pembukaan hutan untuk berbagai kepentingan.

Salah satu cara untuk mencegah kepunahan itu adalah dengan membangun koridor gajah. “Pembentukan koridor gajah yang ditetapkan dalam bentuk Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) menjadi salah satu upaya mengatasi ancaman kepunahan gajah sumatera yang saat ini berstatus kritis,” kata Kasubdit Koridor dan Areal Bernilai Konservasi Tinggi (ABKT) Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Mirawati Soedjono di Bengkulu, Jumat, 21/12.

Khusus di Bengkulu, kata dia, kondisi habitat yang terfragmentasi akibat pembukaan hutan untuk berbagai kepentingan dikhawatirkan mempercepat kepunahan gajah. Maka, pPembentukan koridor gajah sangat penting mengingat hampir 80 persen wilayah jelajah gajah berada di luar kawasan konservasi.

Koridor yang dibangun itu berfungsi menghubungkan antarwilayah yang terfragmentasi sehingga antarkelompok gajah dapat terhubung atau bertemu.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung, Abu Bakar mengatakan usulan koridor gajah tersebut muncul dari kondisi lapangan di mana habitat gajah sudah terkotak-kotak akibat pembukaan lahan secara liar.

Saat ini kata Abu, populasi gajah sumatera yang hidup liar di wilayah Bengkulu diperkirakan tersisa 70 ekor dengan kondisi hidup terpisah akibat fragmentasi hutan.

Akademisi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Bengkulu, Rizwar mengatakan alih fungsi kawasan hutan untuk berbagai kepentingan menjadi pemicu utama penyusutan populasi gajah di Bengkulu.

Hasil survei populasi pada 2002 yang dilakukan Rizwar menemukan 198 ekor gajah yang hidup di habitat yang terpisah. "Pembentukan koridor ini sangat penting untuk menghubungkan habitat yang terkotak-kotak karena pembukaan hutan," katanya.

Pembangunan koridor gajah Sumatera (Elephas maximus Sumatranus) yang diinisiasi Forum Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial Koridor Gajah di Bentang Alam Kerinci-Seblat sekaligus akan menjadi percontohan pembentukan dan pengelolaan koridor gajah di Pulau Sumatera. "Karena selama ini belum ada pembangunan koridor gajah di Indonesia," kata Mirawati.

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berita lain:

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus