Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Kyoto Bakal Tutup Sejumlah Gang di Distrik Geisha karena Overtourism

Wisatawan memadati jalan-jalan sempit dan kuno di kawasan Gion, Kyoto, yang dikenal dengan distrik geisha, penduduk lokal merasa terganggu.

9 Maret 2024 | 08.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengunjung mengamati bunga Sakura yang mulai bermekaran di kuil Hirano Jinja, Kyoto, Jepang, 24 Maret 2015. Pohon sakura menghasilkan buah yang dikenal sebagai buah ceri (bahasa Jepang: sakuranbo). Buah ceri yang masih muda berwarna hijau dan yang sudah masak berwarna merah sampai merah tua hingga ungu. (The Asahi Shimbun via Getty Images)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kyoto, ibu kota Jepang sebelum Tokyo, menjadi salah satu tujuan populer bagi wisatawan dunia. Kota tersebut dianggap menarik karena memiliki banyak kuil dan tradisi kuno yang masih dijalankan penduduknya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, kini tak semua area kota bisa dijelajahi turis. Pemerintah kota telah menutup beberapa gang milik pribadi di distrik geisha, penghibur profesional yang terlatih dalam berbagai seni tradisional termasuk tari dan musik dan merupakan bagian ikonik dari budaya Jepang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penutupan itu dilakukan karena pariwisata berlebihan atau overtourism. Penduduk lokal mengeluh tentang pengunjung yang berperilaku buruk sehingga mengganggu kenyamanan.

Pejabat distrik setempat Isokazu Ota mengatakan wisatawan memadati jalan-jalan sempit dan kuno di kawasan Gion yang dikenal dengan distrik geisha. Mereka mengikuti pemandu wisata berkeliling dan bicara seama berjam-jam.

Seorang pria mengambil gambar dua gadis berkostum geisha pada musim gugur di Kyoto, Jepang, 22 November 2014. Buddhika Weerasinghe/Getty Images

“Kami akan memasang tanda pada April yang memberitahu wisatawan untuk menjauhi jalan-jalan pribadi kami,” katanya, seperti dikutip SkyNews, Jumat, 8Maret 2024. Tanda tersebut, dalam bahasa Jepang dan Inggris, akan berbunyi, “Ini adalah jalan pribadi, jadi Anda tidak diperbolehkan melewatinya.”

Namun, peringatan larangan ini terutama ditujukan kepada pejalan kaki, bukan mobil, karena kata-kata dalam bahasa Jepang secara umum mengacu pada “melewati”.

Dalam tanda peringatan tersebut juga akan disebutkan bahwa pelanggar akan dikenai denda sebesar 10.000 yen atau sekitar Rp1 juta. 

Larangan tersebut hanya mencakup beberapa blok di Gion. Jalan-jalan umum di distrik ini akan tetap terbuka untuk wisatawan, sehingga kawasan ini dan wilayah Kyoto lainnya akan tetap bisa pengunjung, baik dari Jepang maupun seluruh dunia.
Alasan pemblokiran 

Distrik dengan gang-gang berkelok-kelok Gion ini terkenal dengan kedai teh yang indah, tempat geisha dan murid maiko mereka, mengenakan kimono tradisional dan hiasan rambut, tampil dalam tarian dan musik.

Di Kyoto yang terkenal dengan kuil dan tamannya yang indah, Gion adalah salah satu tempat paling indah dan bersejarah. Wisatawan yang membawa kamera suka berkeliaran di sekitar area tersebut, berharap bisa melihat para wanita tersebut sedang dalam perjalanan ke kelas dansa atau pesta makan malam.

Pariwisata adalah salah satu sektor penting dalam perekonomian Jepang. Namun, mereka juga menganggap mesti melawan overtorusim yang banyak dikeluhkan berbagai destinasi wisata setelah pandemi Covid-19.

Kunjungan wisatawan luar negeri ke Jepang hampir kembali ke tingkat sebelum pandemi. Lebih dari 22 juta pengunjung datang ke Jepang tahun lalu, ingin menikmati sushi, peralatan elektronik, dan keindahan alam seperti Gunung Fuji dan pantai di Okinawa.

Pada 2019, jumlah wisatawan yang datang berjumlah lebih dari 31 juta orang. Para ahli mengatakan jumlah tahun ini bisa mendekati atau bahkan melampaui jumlah tersebut. Namun lonjakan ini terasa mengganggu bagi sebagian besar penduduk Gion. Beberapa bulan yang lalu, dewan lokal yang mendengar keluhan itu menyatakan bahwa “Kyoto bukanlah sebuah taman hiburan.”

SKYNEWS | EURONEWS 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus