Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Legenda Pulau Kemaro, Simbol Cinta Saudagar Tiongkok di Palembang

Saat memasuki Pulau Kemaro ada sebuah batu yang tertera selayang pandang cerita rakyat tentang Tan Bun An dan Siti Fatimah.

25 Januari 2019 | 10.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Batu yang tertera selayang pandang cerita tentang kisah Tan Bun An dan Siti Fatimah di Pulau Kemaro, Selasa, 22 Januari 2019 (TEMPO/BRAM SETIAWAN)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Palembang - Tiga makam tampak dari balik pintu berwarna merah dan kuning. Makam itu menjadi simbol di Pulau Kemaro, Sumatera Selatan. "Makam ini cerita tentang Tan Bun An dan Siti Fatimah," kata pemandu wisata Marlin Hafizah, Selasa, 22 Januari 2019. Makam itu berada di sebuah bangunan di area Klenteng Hok Tjing Rio.

Baca juga: Warung Bahan Bakar di Sungai Musi Palembang, Tilik Keunikannya

Saat memasuki Pulau Kemaro ada sebuah batu yang tertera selayang pandang cerita rakyat tentang Tan Bun An dan Siti Fatimah. Tan Bun An adalah saudagar dari Tiongkok yang datang ke Palembang. Pada masa lampau itu, Tan Bun An mengenal dan terpikat pada seorang putri raja, Siti Fatimah. Tan Bun An dan Siti Fatimah pun akhirnya menjadi sepasang kekasih.
Kuil yang terdapat makam kisah Tan Bun An dan Siti Fatimah di Pulau Kemaro, Selasa, 22 Januari 2019 (TEMPO/BRAM SETIAWAN)
"Cerita tentang Tan Bun An dan Siti Fatimah itu yang terkenal dari Pulau Kemaro ini," tutur Marlin.

Alkisah, pasangan kekasih itu sempat berkunjung ke Tiongkok, Siti Fatimah diajak Tan Bun An untuk bertemu dengan orang tuanya. Setelah kembali dari Tiongkok ke Palembang, mereka dibekali tujuh guci. Saat Tan Bun An dan Siti Fatimah sampai di perairan Sungai Musi, tak jauh dari Pulau Kemaro, guci itu dibuka. Tan Bun An terkejut karena melihat isinya sawi, kemudian dilempar ke sungai.

Namun guci yang terakhir pecah di geladak kapal, kemudian diketahui ada emas. Tan Bun An pun melompat ke Sungai Musi untuk mengambil lagi guci yang sudah dilempar. Pengawalnya juga ikut melompat untuk membantu mengambil guci-guci itu. Siti Fatimah pun diceritakan ikut melompat karena Tan Bun An dan pengawalnya tidak juga muncul ke permukaan air.

"Nah, makam di Pulau Kemaro ini simbol untuk mengenang cerita mereka itu," kata Marlin.

BRAM SETIAWAN (Palembang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus