Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Momentum liburan panjang Maulid Nabi pada periode 13- 16 September ini turut mengerek okupansi hotel baru di Yogyakarta. Tak hanya hotel-hotel yang berada di ring 1 dan 2 atau pusat perkotaan Yogyakarta saja yang kebanjiran reservasi. Hotel-hotel yang lokasinya di luar ring utama namun masih cukup terjangkau jaraknya dengan pusat perkotaan juga ramai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu hotel yang baru beroperasi pertengahan tahun ini di Yogya dan mengalami kenaikan okupansi adalah Ramada by Wyndham Yogyakarta, yang berada di Jalan Magelang km 14, Sleman atau berjarak 12 km dari Jalan Malioboro.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Momen libur Maulid Nabi ini okupansi kami di atas 90 persen," kata
Cluster General Manager Ramada & Wyndham Garden Yogyakarta Hotel & Conference Jekson Manalu, Ahad, 15 September 2024.
Mariam menuturkan, wisatawan yang melakukan reservasi di hotel yang memiliki 171 kamar itu berasal dari berbagai kota besar. "Baik dari Pulau Jawa maupun luar Jawa," kata dia.
Menurutnya, wisatawan pada libur panjang ini akan memilih hotel-hotel yang aksesnya ke pusat kota dan destinasi wisata di kabupaten-kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta yang tak terlalu jauh.
"Jadi yang ke pusat kota relatif dekat, dan yang ke destinasi wisata juga tak terlalu jauh," kata dia.
Target Okupansi
Adapun Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia ( PHRI ) DIY Deddy Pranowo Eryono menargetkan rata-rata okupansi hotel di DIY bisa minimal tercapai 75 persen pada momen libur Maulud Nabi mulai 13-16 September 2024.
“Reservasi rata-rata akhir pekan ini untuk hotel hotel di bagian tengah Yogyakarta (perkotaan) sendiri sudah 85 persen, kami berharap secara keseluruhan rata-rata okupansi di bagian wilayah lain (kabupaten di DIY) minimal 75 persen," kata dia.
Deddy menuturkan, September ini menjadi harapan kalangan pelaku perhotelan menaikkan okupansi mereka setelah pada Agustus lalu sempat drop di bawah target.
Pada Agustus 2024 lalu, okupansi hotel di DI Yogyakarta ditargetkan 85 persen namun tingkat keterisian kamar hanya tercapai maksimal 60 persen. "Kemungkinan karena pada Agustus kemarin banyak event event kemerdekaan di wilayah masing masing, juga mungkin karena daya beli masyarakat sedang menurun sehingga okupansi rendah," kata dia.