Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Menengok Tradisi Gamelan Sekaten Saat Idul Adha di Keraton Kasepuhan Cirebon

Gamelan Sekaten merupakan rangkaian alat musik yang digunakan oleh Sunan Gunung Jati untuk menyiarkan Islam.

19 Juli 2021 | 10.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tradisi Gamelan Sekaten merupakan salah satu tradisi yang selalu digelar di Keraton Kasepuhan Cirebon saat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Keberadaannya tak lepas dari peran Wali Songo, khususnya Sunan Gunung Jati yang menyebarkan Islam di tanah Cirebon lewat kesenian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sampai sekarang tradisi itu tetap berjalan. Namun karena pandemi, tradisi tersebut digelar seperti saat Idul Fitri tahun lalu di Kasepuhan Cirebon.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pelaksanaan tradisi Gamelan Sekaten intinya adalah membunyikan gamelan saat hari Raya umat Islam. Menurut Indonesia Travel, bunyi gamelan itu dianggap menjadi penanda umat Islam merayakan hari kemenangan.

Gamelan itu mulai dibunyikan sesaat setelah sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa usia salat Ied. Bunyi gamelan akan mengalun dari pagi hingga siang hari dari Siti Inggil di Komplek Keraton Kasepuhan.

Konon, Gamelan Sekaten merupakan rangkaian alat musik yang digunakan oleh Sunan Gunung Jati untuk menyiarkan Islam. Kala itu, masyarakat yang menonton gamelan harus membayar namun bukan dengan uang, melainkan dua kalimat syahadat atau syahadatain.

Karena itu, gamelan itu disebut Sekaten karena berasal dari kata syahadatain. Kini, Gamelan Sekaten yang pernah digunakan oleh Sunan Gunung Jati itu telah berusia 600 tahun.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus