Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jepang memiliki keunikan dalam banyak hal termasuk 72 bagian musim yang berbeda. Pembagian musim ini mencerminkan budaya dan adat istiadat musiman Jepang, termasuk festival, kuliner dan aktivitas tradisional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut almanak tradisional Jepang, satu tahun dibagi menjadi empat musim utama, 24 sekki dan 72 ko atau musim mikro, Konsep ini juga disebut "72 Ksokud" atau "Shichijnni-ko". Setiap ko berlangsung selama lima hari, yang ditandai dengan fenomena alam.
Mengenal 72 mikro musim
Pembagian unik mikro musim ini memungkinkan manusia menjalin hubungan mendalam dengan alam dan perubahan halusnya sepanjang tahun. Setiap musim hanya berlangsung selama lima hari. Ke-72 mikro musim tersebut dipetakan dengan cermat dalam urutan yang mencerminkan elemen fisik dan spiritual dari perubahan lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nama-nama musim diambil dari Cina, di Jepang nama-nama musim tersebut ditulis ulang pada tahun 1685 oleh astronom istana Shibukawa Shunkai. Musim mikro Jepang ini dimulai sekitar tanggal 4 Februari hingga 6 Februari, dan dibagi menjadi subkelompok berikut ini:
- Risshun (Awal Musim Semi) - Awal Februari
- Usui (Air Hujan) - Awal Februari
- Keichitsu (Kebangkitan Serangga) - Awal Februari
- Shunbun (Ekuinoks Musim Semi) - Akhir Maret
- Seimei (Jelas dan Cerah) - Akhir Maret
- Ky (Hujan Butir) - Akhir April
- Rikka (Awal Musim Panas) - Awal Mei
- Shman (Panas Lebih Rendah) - Awal Mei
72 musim mikro dimulai dengan Risshun yang berarti awal musim semi di awal Februari dan diakhiri dengan Daikan yang berarti Dingin Besar di akhir Januari tahun berikutnya. Sistem ini mencerminkan keindahan estetika Jepang dan rasa hormat yang mendalam terhadap ritme alam. Misalnya, musim mikro pertama, Risshun menandai dimulainya musim semi.
Setiap musim mikro menghadirkan pengamatan alamnya sendiri-sendiri. Usui atau air hujan menandakan mencairnya salju dan awal hujan musim semi, sedangkan Smatsu atau akhir musim panas melambangkan teriknya puncak musim panas.
TIMES OF INDIA | NIPPON