Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Mengenang 13 Tahun Zainuddin MZ Wafat, Ini Muasal Julukan Dai Sejuta Umat

KH Zainuddin MZ dikenal luas sebagai Dai Sejuta Umat karena berbagai alasan yang mencerminkan pengaruhnya dalam dunia dakwah.

6 Juli 2024 | 02.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta KH Zainuddin MZ, yang juga dikenal dengan nama lengkap Ustad Haji Zainuddin Muhammad Zein merupakan seorang ulama yang populer pada 1980-1990 an.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KH Zainuddin MZ kelahiran Jakarta pada 2 April 1951 ini dikenal sebagai pendakwah yang karismatik dan memiliki gaya ceramah tersendiri. Ia dikenal luas sebagai Dai Sejuta Umat karena berbagai alasan yang mencerminkan popularitas dan pengaruhnya yang luar biasa dalam dunia dakwah. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengapa Dijuluki Dai Sejuta Umat?

Diketahui karier dakwah Zainuddin MZ melejit setelah ia mengikuti Lomba Cerdas Cermat Al-Qur'an di Radio Republik Indonesia (RRI) pada 1976. Kemudian, ia menjadi pembawa acara di program radio "Assalamualaikum Pagi" yang populer di Radio Sonora. 

Acara tersebut menjadi platform untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan memberikan motivasi kepada pendengarnya. Karena pidatonya kerap dihadiri puluhan ribu umat, tak salah jika pers menjulukinya sebagai "Dai Sejuta Umat". 

Dikutip dari Kemenag.go.id, julukan itu juga melekat karena dakwah  Zainuddin MZ yang dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Ia pemuka agama Islam di Indonesia yang populer melalui ceramah-ceramahnya di televisi. 

KH Zainuddin MZ mulai dikenal masyarakat saat ceramahnya terekam mendunia. Rekaman itu menyebar tidak hanya ke seluruh pelosok tautan nusantara, tapi juga ke beberapa negara Asia. Sejak saat itu, da'i yang hobi mendengarkan lagu dangdut ini muncul di beberapa saluran televisi. 

Bahkan sebuah biro perjalanan haji bekerja sama dengan televisi swasta mengadakan safari bersama artis di berbagai tempat yang disebut "Nada dan Dakwah". Keahliannya berceramah membawa KH Zainuddin MZ terjun ke dunia politik, antara 1977 dan 1982. 

Dengan perubahan ini, sebuah grup muncul di dalam party. KH Zainuddin MZ yang pernah aktif di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dikabarkan kemudian kembali ke partai berlambang Ka'bah atas permintaan Sekretaris Jenderal DPP PPP Suryadharma Ali.

Sekembalinya KH Zainuddin MZ ke PPP, posisinya juga diperkuat, karena ia pun aktif sebagai politikus di samping kiprahnya sebagai dai.  Apalagi, keterlibatannya dalam kemitraan publik-swasta tidak terlepas dari guru ngajinya, KH Idham Chalid. Pasalnya, gurunya yang pernah menjadi Dirjen PBNU itu merupakan salah satu cikal bakal PPP. Ia mengaku lama menimba ilmu di Pesantren Idham Khalid di kawasan Cipete, yang belakangan dikenal sebagai kubu NU. 

Selain menjadi seorang pendakwah, Zainuddin MZ juga dikenal sebagai penulis buku dan pengisi acara di televisi. Ia sering tampil dalam acara televisi dengan tema-tema keagamaan dan dakwah. Karakter ceramahnya yang menyentuh hati banyak orang membuatnya populer di kalangan masyarakat Indonesia. Ia dikenal dengan gaya ceramah yang menghibur, menggelitik, dan memberikan pelajaran yang mendalam.

Salah satu pesan yang sering disampaikan oleh Zainuddin MZ adalah pentingnya menjaga akhlak dan moral yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Ia juga sering mengingatkan umat Islam untuk berpegang teguh pada ajaran agama, saling menghormati antarumat beragama, dan berperan aktif dalam kebaikan bagi masyarakat.

Zainuddin MZ meninggal dunia pada 5 Juli 2011, namun warisannya sebagai ulama dan pendakwah tetap dikenang banyak orang. Karya-karyanya masih sering dikutip dan dibahas dalam berbagai kesempatan. Ia dianggap sebagai salah satu ulama Indonesia yang berpengaruh pada masanya.

KAKAK INDRA PURNAMA | ANGELINA TIARA PUSPITALOVA
Pilihan editor: 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus