Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap tahunnya, tanggal 29 Juli diperingati sebagai Hari Bhakti Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). Peringatan ini dilatarbelakangi oleh serangan udara di tiga daerah dan wafatnya tiga pelopor TNI AU pada 74 tahun yang lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiga pelopor TNI AU yang tewas pada 29 Juli 1947 adalah Komodor Muda Udara Prof Dr. Abdulrachman Saleh, Komodor Muda Udara Adisutjipto, dan Opsir Udara Adisumarmo Wiryokusumo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu pahlawan yang gugur, Abdulrachman Saleh, selain handal di dunia penerbangan ia menguasai banyak bidang keilmuan seperti ilmu faal, dokter, hingga radio.
Mengutip dari tokoh.co.id, pria kelahiran 1 Juli 1090 ini mengenyam pendidikan Hollandsch Inlandsche School (HIS), Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Algemene Middelbare School (AMS), dan School Tot Opleiding van Inlandsc Art (STOVIA). Saat STOVIA dibubarkan, Saleh meneruskan studinya di Geneeskundige Hoge School (GHS), semacam sekolah tinggi dalam bidang kesehatan atau kedokteran. Saat berstatus sebagai mahasiswa, Saleh aktif dalam berbagai organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Indonesia Muda, dan KBI atau Kepanduan Bangsa Indonesia.
Usai lulus dari sekolah kedokteran, Saleh mendalami ilmu faal dan mengembangkannya di Indonesia. Sebabnya Universitas Indonesia pada 5 Desember 1958 menetapkannya sebagai Bapak Ilmu Faal Indonesia.
Selain menjadi dokter dan ahli faal, Saleh aktif dalam perkumpulan olahraga terbang dan mampu mendapatkan atau surat izin terbang. Ia juga menjadi pemimpin perkumpulan VORO (Vereniging voor Oosterse Radio Omroep), yaitu sebuah perkumpulan dalam bidang radio.
Setelah kemerdekaan diproklamasikan, Saleh menyiapkan sebuah pemancar yang dinamakan dengan Siaran Radio Indonesia Merdeka. Lewat usaha Saleh inilah, berita mengenai proklamasi Indonesia dapat disiarkan hingga ke luar negeri.
Seperti tak puas berbuat untuk Indonesia, Saleh memutuskan terjun ke bidang militer dan bergabung dengan Angkatan Udara. Ia diangkat menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun pada 1946 dan mendirikan Sekolah Teknik Udara dan Sekolah Radio Udara di Malang.
Akhir Hidup yang Tragis
Sore hari 29 Juli 1947, dua buah pesawat Mustang Belanda menembaki pesawat Dakota VT-CLA yang ditumpangi Saleh saat hendak mendarat di Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta. Padahal pesawat tersebut sedang mengangkut obat-obatan untuk Palang Merah Indonesia.
Mengutip laman resmi TNI AU, pesawat yang bertolak dari Singapura ini lalu jatuh dan membentur pohon, patah menjadi dua, dan terbakar. Saleh bersama sejumlah tokoh TNI AU lainnya seperti Komodor Muda Udara Adisutjipto, dan Opsir Udara Adisumarmo Wiryokusumo tewas.
Peristiwa heroik ini, diperingati TNI AU sebagai hari Bakti TNI AU sejak tahun 1962.
Adapun Abulrachman Saleh di makamkan di Yogyakarta dan diangkat menjadi Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.071/TK/Tahun 1974, pada 9 Nopember 1974. Namanya diabadikan sebagai nama Pangkalan TNI AU dan Bandar Udara di Malang.
VALMAI ALZENA KARLA
Baca juga: