Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Beijing - Setelah berpeluh menyisiri kompleks istana kerajaan Forbidden City seluas 72 hektare di jantung kota Beijing, Cina, Anda bisa memanjakan mata dengan mengunjungi taman Jing Shan. Dan, memang itulah yang kami –rombongan wartawan dan dosen dari Indonesia-- lakukan pada Selasa, 24/10, lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Taman seluas 230 ribu meter persegi ini persisnya berada di sebelah utara gerbang Forbidden City. Jing Shan merupakan titik tertinggi di Kota Beijing. Jadi dari sana Anda bisa melihat pemandangan Forbidden City secara jelas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Berwisata ke Cina? Waspadai Jebakan Ini
Salah satu fasilitas yang ada di taman ini adalah Jing Shan Imperial Tea House. Letaknya tidak jauh dari pohon tempat Kaisar Chongzhen menggantung diri 1644 silam di era Dinasti Ming. Sebelum masuk ke Jing Shan Imperial Tea House, kami disambut kebun kecil dengan beberapa bunga mawar yang indah.
Di Jing Shan Imperial Tea House ini akan diperagakan seremoni meminum teh ala negeri Cina. Staf di tempat itu akan memperagakan cara meracik teh dan prosesi meminum teh. Menu pertama yang disajikan adalah Teh Oolong Susu. Memang, saat anda menghidu, ada aroma susu pada daun teh tersebut.
Prosesi pembuatan teh diawali dengan memasukkannya ke cangkir dan disiram air panas. Setelah itu, air disaring ke dalam gelas bening. Staf tersebut juga memberikan satu cangkir kecil dan gelas kecil, keduanya terbuat dari keramik.
Teh dari dalam gelas bening lalu dimasukkan ke gelas kecil itu. Lalu gelas ditutup cangkir sebelum dibalik. Setelahnya, teh telah tertampung di cangkir. Barulah cairan tersebut boleh diseruput.
“Teh oolong susu ini sangat baik untuk persendian,” kata staf itu. Bagaimana rasanya? Saat diseruput, rasa susu sangat kental terasa meski tidak menanggalkan jatidirinya sebagai teh.
Setelah teh oolong susu, teh kedua yang disajkan adalah teh oolong ginseng. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini staf peraga langsung menuangkan teh ke ke cangkir kecil. Kata dia, khasiat minuman ini adalah bisa membersihkan ginjal serta menambah energi dan kekebalan.
Saya menyeruput dan berusaha menikmatinya. Rasa ginseng begitu terasa. Setelah teh melewati tenggorokan, rasa dingin mirip daun mint masih menyesap di pangkal lidah. Apakah kini saya menjadi kebal? Saya tak tahu.
Seterusnya proses tersebut berlanjut. Mulai dari teh jasmine hijau, teh leci hitam yang dicampur mawar, teh hitam pu’er, hingga fruit tea. Peragaan ditutup dengan patung bayi dari keramik yang disiram air panas di kepala hingga patung itu mengeluarkan air mirip bayi laki-laki kencing.
Usai peragaan, staf pun merayu pendatangnya untuk membeli teh-teh yang telah disajikan. Awalnya mereka menawarkan untuk kemasan 300 gram seharga sekitar 280 yuan (setara Rp 600 ribu). Tak ada yang tertarik. Tak menyerah, mereka lalu menyodorkan kemasan yang lebih kecil sekitar 150 yuan dengan bonus patung bayi laki-laki. Hmm…
KODRAT (Beijing)