Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kehidupan beragama umat Hindu tidak pernah lepas dari upacara, upakara, tradisi dan budaya. Setiap tradisi yang dilakukan memiliki makna simbolis dan filosofis yang fundamental, salah satunya upacara Melasti yang bermakna penyucian alam semesta dan diri manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perayaan hari suci Nyepi yang menyertai setiap pergantian tahun Saka ini akan diawali dengan rangkaian upacara Melasti (Melis), yang dilakukan tiga hari sebelum puncak upacara Nyepi dilakukan. Upacara Melasti mengandung makna penyucian, baik penyucian Bhuana Agung (makrokosmos) atau Bhuana Alit (mikrokosmos)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari laman PHDI, tradisi ini dilakukan dua hari sebelum Tilem Sasih Kasanga atau hari ketiga belas sesudah bulan Purnama Sasih Kasanga kalender Bali, pada hari tersebut semua Pratima atau Pralingga yang disimbolkan sebagai perwujudan Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi Wasa) diusung ke laut atau ke sumber mata air terdekat dengan seperangkat upakara dengan tujuan untuk disucikan,
“Sebelum upacara Melasti, Pratima (Arca) yang berada di pura dihias dengan begitu apik agar terlihat lebih cantik dan bagus ketika diiring oleh umat Hindu menuju ke pantai untuk melakukan upacara mesucian (Melasti),” kata pemerhati tradisi dan budaya Bali, I Nyoman Suwija sebagaimana dilansir dari Antara, 17 Maret 2023.
Pengusungan ini akan diiringi oleh umat Hindu dengan berjalan kaki, mengarak umbul-umbul, Pratima, Sesuhunan (yang disimbolkan sebagai perwujudan Tuhan) disertai dengan iringan gamelan gong (musik tradisional Bali) di sepanjang perjalanan.
Makna upacara menuju sumber air itu adalah menghanyutkan semua kotoran dunia, mengacu pada isi Lontar Sudarigama, upacara Melasti dapat dimaknai sebagi bentuk pembiasaan bagi umat Hindu untuk melakukan penyucian atau pembersihan terhadap alam semesta (Bhuana Agung) dan diri manusia (Bhuana Alit) setiap tahun sekali menurut perhitungan kalender Bali.