Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan tahun penemuan tembikar berwujud bejana atau guci kecil berhias kaki dan tangan, membuat para parkeolog berpikir kegunaan benda-benda tersebut. Umumnya, benda-benda itu ditemukan di kuburan-kuburan kuno di Jerman dan Austria.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bejana tembikar itu, didesain dengan hiasan telinga dan kaki makhluk yang tidak dapat dikenali - bentuknya lucu. "Kami menganggap wujud itu sebagai hewan mitos," kata Julie Dunne, Senior Research Associate di bidang kimia di University of Bristol, yang timnya baru-baru ini menganalisis beberapa tembikar, yang berasal dari 1200 SM hingga 450 SM.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara setiap tembikar unik, memiliki fitur yang sama: kesemuanya memiliki semacam pembuka, seperti cangkir sippy, dan tampak ramah anak-anak. Para arkeolog berasumsi benda-benda itu adalah botol bayi kuno, tetapi mereka tidak dapat mengesampingkan bahwa benda-benda itu digunakan oleh orang tua atau orang yang sakit.
Berkat kerja tim Dunne, para peneliti hampir yakin bahwa botol itu ditujukan untuk bayi atau balita. Satu-satunya jalan mengungkap misteri itu, adalah meneliti residu organic. Dune dan timnya mengebor bagian dalam tembikar dan mengambil contoh partikel debu.
Setelah menganalisis partikel mereka menemukan makanan purba. "Pada dasarnya, apa pun yang Anda masak di panci 5.000 tahun yang lalu, jejak itu tetap ada," kata Dunne. Tim itu menemukan jejak lipid dari susu ruminansia – hewan pemamah biak termasuk sapi, domba, dan kambing.
Dari situ disimpulkan, manusia purba era Neolitikum – era bertani, menggunakan peralatan batu yang diasah, dan perabot tembikar – adalah masyarakat yang bercocok tanam. Mereka hidup di sekitar Austria, Kroasia, Jerman, dan sekitarnya.
Keberadaan susu tersebut juga menunjukkan mereka adalah masyarakat pertanian. Hasil ini mengkonfirmasi dugaan para ilmuwan bahwa bejana fantastis itu, telah digunakan untuk memberi makan bayi, dan memberikan bukti bahwa orang Eropa menyapih bayi lalu memberi anak-anak mereka susu hewan sejak 1.200 SM. "Itu memberi tahu kami mengenai makanan yang diberikan kepada bayi-bayi pada waktu itu, yang kami belum tahu sebelumnya," kata Dunne.
Perkampungan neolitikum di Irlandia, menunjukkan manusia era neolitikum hidup dari bertani. Foto: @beyondalltowers
Temuan ini juga merupakan contoh dari satu cara pergeseran dari berburu ke pertanian memungkinkan "ledakan populasi Neolitik." Dengan menambah ASI dengan susu dari hewan peliharaan, ibu kuno mampu melahirkan dan memberi makan lebih banyak anak.
Sedangkan untuk botol bayi sendiri, desain dan penempatannya di kuburan anak-anak menunjukkan hubungan yang penuh perhatian antara anak-anak dan orang tua, yang melampaui kematian. Botol setiap anak, kata Dunne, pasti unik.
"Sang ibu mungkin berpikir bentuk-bentuk itu membuat anak-anak tertarik untuk mengambilnya,” imbuh Dune. Dan mereka mungkin tertawa melihatnya. Tembikar-tembikar unik itu, kini tersimpan di Museum Nasional Wina.