Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Musik Riang Mas Jason

Tampil komunikatif, penyanyi jazz Jason Mraz menggoyang panggung Java Jazz 2009. Enteng, kadang jenaka.

16 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jason Mraz adalah kesegaran. Dia menikmati bermain-main dengan aneka bunyi yang meluncur dari mulutnya. ”I am the wizard of oooohs and aaah, lalala, fafafa, lovvv, lovvee,” begitu dia berdendang. Ribuan orang yang memadati Balai Sidang Jakarta, arena perhelatan Java Jazz dua pekan lalu, mendadak tersihir. Kaki dan pinggul tak terasa ikut bergoyang.

Bertopi fedora, berkaus santai, berselempang gitar akustik, sebenarnya tak ada yang istimewa dalam penampilan fisik Mraz. Tapi, begitu beraksi di panggung, daya pikatnya langsung terasa. Dua belas lagu melantun riang, antara lain The Remedy, Bella Luna, Mr Curiosi­ty, dan Butterfly. Penonton terayun dalam pertunjukan yang bertiket terentang dari Rp 500 ribu hingga Rp 1,25 juta itu.

Jason Thomas Mraz lahir di Mecha­nicsville, Virginia, Amerika Serikat, 31 tahun lalu. Sejak album pertama­nya Waiting for My Rocket to Come pada 2002, Mraz dikenal lihai menjelajah aneka warna musik. Bella Luna, misalnya, diwarnai petikan gitar khas Spanyol. Sayang, permainan gitar pada lagu ini hanya berhenti di permukaan. Tapi, hei, siapa sih yang butuh musik serius di tengah festival? Penonton, yang sebagian besar anak muda, tetap bergoyang riang. ”Bella Luna, my beautiful beautiful moon....”

Mraz juga lihai meramu jazz dengan irama reggae. Penasaran? Simaklah I’m Yours, yang belakangan menjadi semacam lagu kebangsaan di kalangan anak muda. Nomor unggulan dalam album We Sing, We Dance, We Steal Things ini masuk daftar nominasi Grammy Award 2009.

Ditingkah kendang jembe yang dita­buh Noel ”Toca” Rivera, lagu I’m Yours menebarkan magnet pesona amat kuat. Toca menghadirkan vibrasi Jamaika­ yang tentu saja disambut dengan go­yangan para penonton. Ibu, tante, oma, opa, yang turut memadati arena pun tergagap berlenggang mengikuti irama. Tepuk tangan membahana di akhir lagu.

Begitulah, jazz selalu penuh kesegaran darah muda. Tahun-tahun belakangan ini panggung kontemporer jazz diwarnai beberapa bintang seperti Jamie Cullum dengan musik crossover, juga ada Michael Bubble yang menghidupkan kembali kemegahan big band. Jazz memang menahbiskan diri sebagai musik yang kaya improvisasi. Setiap individu leluasa menampilkan warnanya, itulah indahnya musik jazz. Tak ada pakem yang tak boleh dilanggar.

Bagi publik Jakarta, jazz yang digemari masih yang cenderung lebih berat ke kubu pop. Tak perlu menyediakan telinga yang peka harmoni dan tekstur musik. Musik jazz yang enteng, nyaman dinikmati sambil menyeruput teh panas atau kopi latte, pasti laris manis. Panggung yang lebih serius dan benar-benar jazz dalam festival ini, misalnya Diana Reeves, tak dipadati penonton yang gegap-gempita.

Musikalitas Jason Mraz memang enteng, kadang jenaka. Meskipun ada satu-dua nomor yang terasa dalam, misalnya Love for a Child yang solid dalam tempo sedang. Mirip gaya Bernie Taupin dalam lagu-lagu Elton John. Dengan lirik tentang anak yang merasa terasing, pada nomor inilah Mraz membuktikan kemampuannya meramu melodi dengan lirik yang kuat.

Hanya, secara keseluruhan mu­sik Mraz­ terkesan kurang dieksplorasi ­maksimal. Majalah musik Rolling Stone hanya memberi dua bintang untuk album Mraz. Tapi, lagi-lagi, siapa yang butuh pengakuan kritikus untuk bersuka-ria menikmati musik.

Malam kian hidup karena Mraz tampil komunikatif. Sesekali dia berjumpalitan di atas panggung, memotret kru band pengiring—yang berbaju batik—dengan kamera Polaroid. Lalu, hasil jepretannya dilemparkan ke tengah kerumunan penonton. ”Saya senang berada di Jakarta dan berbicara dalam bahasa jazz. Are you happy tonight?” Langsung penonton menyambar, ”Yeah, absolutely...!”

Mardiyah Chamim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus