Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Pantai Radji dan Selat Bangka, Saksi Tragedi Perang Dunia II yang Mematikan

Tragedi Perang Dunia II di Selat Bangka berawal dari penyerangan pesawat tempur Jepang terhadap armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbour .

17 Februari 2021 | 15.54 WIB

Tabur bunga di monumen peringatan peristiwa Perang Dunia II di Pantai Radji Mentok, Bangka Belitung. ANTARA/HO-Disparbud Bangka Barat
Perbesar
Tabur bunga di monumen peringatan peristiwa Perang Dunia II di Pantai Radji Mentok, Bangka Belitung. ANTARA/HO-Disparbud Bangka Barat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah peristiwa sejarah besar pernah terjadi di Pantai Radji, Kepulauan Bangka dan sampai hari ini, peringatan atas kejadian itu masih dilakukan sampai sekarang. Pada 1940-an kala Perang Dunia II pecah, ribuan orang meregang nyawa di tempat itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Seksi Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat M. Ferhad Irvan mengatakan tragedi Perang Dunia II yang terjadi di Selat Bangka mengakibatkan ribuan orang meninggal. Peringatan terhadap peristiwa itu dilakukan agar bisa diambil pelajaran.

"Melalui kegiatan ini kami berharap tragedi itu tidak terulang kembali pada masa mendatang dan seluruh bangsa bersatu padu mewujudkan perdamaian," kata Irvan di Mentok, Selasa, 16 Februari 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam peringatan tragedi kemanusiaan pada tahun ini, pihaknya sengaja tidak mengundang sejumlah keluarga korban dari berbagai negara untuk datang ke Mentok karena pandemi COVID-19. Acara ini hanya dilakukan sederhana dan terbatas.

"Dalam rangkaian kegiatan ini, kami bersama Museum Timah Indonesia Mentok dan kawan-kawan PMI Bangka Berat telah melaksanakan tabur bunga di beberapa lokasi, seperti Pantai Radji, monumen di kompleks menara suar Tanjungkalian, museum di Menjelang dan permakaman Menjelang," kata Irvan.

Pada tahun-tahun sebelumnya, peringatan yang dilaksanakan setiap Februari selalu dihadiri keluarga korban yang berasal dari berbagai negara dan perwakilan dari Kedutaan Besar Australia di Indonesia. Meski tahun ini berbeda, tapi panitia menggelar peringatan bersama para keluarga korban, para pensiunan tentara Australia dan pihak kedutaan besar melalui virtual.

Rangkaian kegiatan itu digelar dalam rangka memperingati peristiwa pengeboman sejumlah kapal laut Australia oleh tentara Jepang di pertengahan Februari 1942 di Selat Bangka yang mengakibatkan lebih dari 4.000 orang meninggal.

Tragedi di Selat Bangka berawal dari Perang Pasifik atau penyerangan pesawat tempur Jepang terhadap armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941. Pada hari berikutnya pasukan darat Jepang menyerbu Koloni Inggris di Kota Bharu, Semenanjung Malaya.

Dengan dukungan Angkatan Laut dan Angkataan Udara yang kuat, Jepang pada tanggal 14 Februari 1942 menguasai kota Singapura. Keesokan harinya Letnan Jenderal Arthur Percival, komandan pasukan Inggris di Singapura, menyerah.

Pada hari-hari terakhir sebelum kejatuhan Singapura, ribuan warga sipil pria, wanita, dan anak-anak Inggris, Australia dan berbagai negara yang saat itu tinggal di Singapura menaiki kapal untuk melarikan diri ke berbagai arah, termasuk ke Jawa dan Australia. Namun, upaya ini merupakan evakuasi yang terlambat.

Pada tanggal 13 Februari 1942, sebuah pesawat pengintai Inggris menemukan konsentrasi besar konvoi pelayaran Angkatan Laut Jepang di utara Pulau Bangka. Konvoi tersebut berangkat dari Camranh Bay-Indochina pada tanggal 12 Februari 1942 dengan tujuan invasi ke Mentok dan Palembang.

Pada saat yang sama, banyak kapal pengungsi yang penuh dengan pasukan dan warga sipil Inggris dan Australia melarikan diri dari Singapura dan di pintu masuk Selat Bangka, armada angkatan laut Jepang menghentikan pelarian para pengungsi tersebut.

Dari 44 kapal evakuasi yang berangkat pada hari-hari terakhir antara 12 dan 14 Februari 1942, sebanyak 40 kapal dibom dan tenggelam di Selat Bangka dan diperkirakan sekitar 4.000 hingga 5.000 penumpang kapal tewas dalam kejadian itu. Ada juga sebagian penumpang mendarat atau terdampar di sepanjang pantai Pulau Bangka dengan sekoci, pelampung, rakit atau barang-barang apa saja yang mengapung.

Di antara mereka yang selamat mendarat di tepi pantai Pulau Bangka ditangkap dijadikan tawanan Jepang yang saat itu sudah menduduki Pulau Bangka.

Untuk mengenang tragedi Perang Dunia II itu, secara rutin tiap tahun para keluarga korban, khususnya kelompok keluarga perawat yang menjadi korban tragedi bersama perwakilan Pemerintah Australia melakukan ziarah dan peringatan peristiwa di Bangka.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus