Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Orang-orang di Tokyo berbondong-bondong untuk melihat bunga sakura yang bermekaran penuh di taman, kuil dan sungai pada Jumat, 26 Maret lalu meskipun ada peringatan Covid-19 untuk tidak mengadakan pesta tradisional di bawah bunga-bunga indah itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Otoritas setempat telah membatalkan festival tahunan musim semi, menutup tempat-tempat piknik dan memasang tanda-tanda peringatan yang meminta warga agar tak berkumpul untuk menikmati bunga sakura. Tetapi banyak orang, dengan menggunakan masker mereka, memutuskan untuk memanfaatkan langit biru cerah pada hari Jumat untuk berswafoto bersama sakura.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pemerintah Jepang pekan ini mencabut keadaan darurat Covid-19 di wilayah Tokyo, tetapi Gubernur Yuriko Koike telah memperingatkan penduduk untuk menghindari pesta melihat bunga sakura demi mencegah meledaknya kembali penularan virus.
Jumlah kasus Covid-19 di Tokyo secara bertahap meningkat, dengan 394 infeksi baru tercatat pada Kamis. "Kami khawatir mungkin ada penyebaran infeksi yang tiba-tiba, lebih besar dari gelombang ketiga, jika jumlah orang yang keluar meningkat, seperti yang terjadi setiap tahun dengan melihat bunga sakura, pesta penyambutan (untuk karyawan dan siswa baru) dan perjalanan kelulusan, "kata Norio Ohmagari, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Jepang, Kamis.
Musim sakura Jepang sangat dinantikan oleh penduduk lokal dan wisatawan meskipun tahun ini wisatawan asing tak bisa menikmatinya karena ada pelarangan. Secara tradisional, mekarnya bunga sakura dirayakan dengan hanami atau menonton mekarnya sakura dengan piknik yang diselenggarakan di bawah pepohonan.
CHANNEL NEWS ASIA