Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Fatris M.F. menulis perjalanannya berkeliling Phnom Penh dan sejumlah daerah lain di Kamboja selama beberapa hari.
Dia mendapat gambaran lebih dalam tentang Kamboja dari sopir tuktuk carteran.
Negara tetangga itu dianggap sulit maju karena banyak kaum intelektual jadi korban pembantaian Khmer Merah pada 1975-1979.
JANUARI 2024. Hujan belum turun selama berminggu-minggu dan gerah merambat ke sekujur kota, ke pagoda-pagoda, serta ke jalan-jalan di Phnom Penh yang murung. Di antara pasar-pasar tradisional yang terjebak dikungkung gedung-gedung kusam pertokoan dan apartemen serta rumah-rumah susun yang menghadap ke Sungai Mekong—sungai lusuh yang melintang panjang membelah ibu kota Kamboja—saya mengenal seorang lelaki bernama Dy.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo