Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Berita Tempo Plus

Phnom Penh dari Jendela Tuktuk

Phnom Penh seperti sulit keluar dari bayangan kelam pembantaian Khmer Merah. Ibu kota Kamboja itu pernah dijuluki Mutiara Asia.

5 Mei 2024 | 00.00 WIB

Supir Tuktuk, Dy, mengantar penumpang di Kamboja, 3 Januari 2024. Foto: Fatris MF
Perbesar
Supir Tuktuk, Dy, mengantar penumpang di Kamboja, 3 Januari 2024. Foto: Fatris MF

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Fatris M.F. menulis perjalanannya berkeliling Phnom Penh dan sejumlah daerah lain di Kamboja selama beberapa hari.

  • Dia mendapat gambaran lebih dalam tentang Kamboja dari sopir tuktuk carteran.

  • Negara tetangga itu dianggap sulit maju karena banyak kaum intelektual jadi korban pembantaian Khmer Merah pada 1975-1979.

JANUARI 2024. Hujan belum turun selama berminggu-minggu dan gerah merambat ke sekujur kota, ke pagoda-pagoda, serta ke jalan-jalan di Phnom Penh yang murung. Di antara pasar-pasar tradisional yang terjebak dikungkung gedung-gedung kusam pertokoan dan apartemen serta rumah-rumah susun yang menghadap ke Sungai Mekong—sungai lusuh yang melintang panjang membelah ibu kota Kamboja—saya mengenal seorang lelaki bernama Dy. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Fatris M.F

Penulis lepas dan penulis perjalanan

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus