Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di atas panggung, Minogue menjadi erotis dan liar. Si pirang mungil dari Australia ini diapit penari-penari pria bertubuh mengesankan: otot-otot pejal, kulit bersih, dan muka-muka tampan dengan ekspresi dingin. Ia hanya memakai celana panty hitam dan topi lebar hitam. Penonton bersorak girang tatkala Minogue membawakan lagu Cupid Boy.
Ya, Kylie Minogue membius penonton Jakarta. Sejak penampilan pertama, penonton yang memenuhi Sentul International Convention Center, Senin pekan lalu, sudah terpana. Selanjutnya, penonton berkali-kali nanar melihat bagaimana ia mempromosikan album terbarunya: Aphrodite. Desain panggung sedemikian rupa dibentuk menyerupai kuil Aphrodite Yunani. Minogue muncul sebagai dewi dalam mitos itu. Dengan gaun putih tipis, ia muncul dari cungkup kerang emas. Atau tiba-tiba ia seolah menunggang patung Pegasus.
Dua puluh empat lagu yang dibawakan malam itu membawa nuansa pemanggungan berbeda-beda. Tak hanya tema Yunani, tapi juga nuansa modern. Ada tujuh tema pemanggungan dan ini menuntut Minogue mengganti baju panggungnya sebanyak tujuh kali pula. Empat kontainer besar dipersiapkan untuk membawa properti panggungnya. Tiap-tiap pergantian tema pemanggungan hanya empat menit lebih. Bayangkan bagaimana Minogue berganti kostum.
Setelah tubuhnya terbebas dari penyakit kanker payudara pada 2005, Minogue memang kembali mengguncang industri musik. Tiga album, Enjoy Yourself, Rhythm of Love/Let’s Get to It, dan Impossible Princess, menandai kebangkitannya kembali. Setelah itu, Minogue menggarap album X.
Karier musik Minogue penuh dengan hujatan. Di awal kemunculannya dulu, ia tampil sebagai ikon gadis baik-baik. Ia kemudian belok haluan menampilkan citranya menjadi perempuan ”nakal” yang provokatif, sejak 1990-an sampai sekarang. Para kritikus musik Australia sering menuding Minogue hanya menjual kemolekan tubuh untuk menutupi kualitas bermusiknya. Tapi ia tak peduli.
Boleh dibilang, penggemar fanatik Minogue sesungguhnya adalah kaum homoseksual. Kaum inilah yang berada di garis depan membela Minogue dan terus mengidolakannya. Penerima Grammy Award 2004 ini bahkan ditahbiskan sebagai ikon kaum gay. Pencitraan dirinya yang erotis itu menyerupai Madonna atau Britney Spears di Amerika. Bahkan sebuah kaus bertulisan ”Kylie Minogue” yang dikenakan Madonna dalam MTV Video Music Awards 2000 menjadi pengakuan nyata.
Terlihat dengan album Aphrodite ini Minogue masih saja konsisten menggarap genre synth-pop dan clubbing. Album Aphrodite tampaknya menjadi reinkarnasi dari beberapa albumnya terdahulu. Retro disco mengenangkan nomor-nomor populer kala itu, seperti Can’t Get You Out of My Head atau All the Lovers, yang masih menjadi jagoan promonya.
Lihatlah bagaimana ia tak canggung menjadi Aphrodite, dewi cinta, penggoda iman lelaki di Sentul malam itu. Kylie Minogue tak gamang lagi mempertegas dirinya sejajar dengan Madonna.
Ismi Wahid, Aguslia Hidayah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo