Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pecinta wisata domestik, terutama yang menyukai wisata bahari seperti Raja Ampat, harus sedikit bersabar. Destinasi unggulan di Indonesia Timur itu bakal dibuka akhir tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasalnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang sedang menyiapkan protokol new normal untuk lokasi wisata Raja Ampat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Kepala BKKPN Kupang Ikram M. Sangadji, pihaknya menyusun timeline kegiatan pariwisata new normal yang dijadwalkan akan dibuka pada Desember 2020 mendatang. Protokol kesehatan di bidang pariwisata itu mengacu pada protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah saat ini.
Pedoman umum pariwisata normal baru, antara lain berupa pembuatan pedoman new normal, pembuatan sistem satu pintu untuk pariwisata Raja Ampat, pengecekan wisatawan pada pintu masuk bandara atau pelabuhan dan digitalisasi sistem reservasi.
Daftar pekerjaan BKKPN Kupang juga bertambah, dengan memperkuat sarana prasarana kesehatan untuk mendukung kegiatan pariwisata new normal. Pasalnya, meskipun menjadi destinasi wisata dunia, sarana prasarana kesehatan di Raja Ampat, bukan didesain untuk menghadapi kasus infeksi virus corona.
BKKPN Kupang bakal mengembangkan sentra kesehatan di tingkat distrik, penguatan Puskesmas terpadu yang berada di dalam kawasan Raja Ampat, serta penyiapan SDM medis dan paramedis yang berkualitas.
Ikram menjelaskan, prinsip utama new normal pariwisata dalam kawasan konservasi perairan adalah menjamin terlaksananya aktivitas wisata dengan prinsip 4K yaitu kesehatan, keselamatan, kenyamanan dan kepuasan.
"BKKPN Kupang telah membuat protokol new normal pariwisata alam perairan, yang dapat menjadi masukan dalam pembuatan protokol pariwisata new normal di Raja Ampat," ujarnya.
Lebih lanjut, dia menegaskan Raja Ampat perlu fokus pada pariwisata terbatas, yang mengutamakan masyarakat lokal sebagai penerima keuntungan dari kegiatan pariwisata. Serta mengedepankan pariwisata yang tidak merusak alam atau budaya warisan masyarakat Papua.
Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan izin operasi pelaku wisata sesuai dengan dokumen daya dukung yang telah disusun, menerapkan sistem mooring buoy, memperketat regulasi pengolahan limbah di kapal, resor dan Kota Waisai, serta memberikan pelatihan kepada masyarakat lokal agar lebih siap menghadapi tamu.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Aryo Hanggono mengingatkan bahwa Kabupaten Raja Ampat sejak awal diperkenalkan kepada masyarakat internasional, sebagai destinasi pariwisata ekologis yang tidak menerapkan mass tourism.
Carrie mengajak sejumlah anak untuk memungut sampah plastik yang berada di bibir pantai di Desa Sawandarek, Raja Ampat, Papua Barat, Jumat, 22 November 2019. Setiap hari Jumat, Carrie mengajak anak-anak untuk berkeliling ke sejumlah desa dan pantai yang ada di Raja Ampat untuk memungut sampah plastik. TEMPO/Fardi Bestari
Oleh karena itu menurutnya penting untuk tetap menjaga keseimbangan antara kegiatan ekonomi dengan kegiatan ekologi konservasi alam, budaya, serta sosial. Sebab, upaya konservasi bertujuan untuk mendukung pariwisata dan kegiatan pariwisata menjadi sumber pendanaan kegiatan konservasi itu sendiri.