Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Palembang - Berbeda dengan jemaah perempuan, selepas mendengarkan khotbah salat Idul Fitri, jemaah laki-laki diminta untuk tidak pulang kerumah terlebih dahulu. Ada tradisi yang harus dijalani, yaitu saling busiki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini adalah sebuah tradisi keliling kampung usai salat ied di desa Lingge, Kabupaten Empat Lawang. Di bawah komando tetua kampung, puluhan jemaah yang terdiri atas remaja hingga orang tua ini mendatangi satu-satu rumah warga setempat untuk doa dan santap bersama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kalangan remaja putri hingga orang tuanya diperkenankan pulang ke rumah untuk menyiapkan sajian. Tradisi ini sudah berlangsung lama di desa Lingge, Kecamatan Pendopo Barat, Empat Lawang, Sumatera Selatan. Lakon ini dikenal sebagai tradisi saling busiki atau saling kunjungi antar warga.
"Saling Busiki ini salah satu cara kami memaknai hari Raya Idul Fitri agar tercipta keharmonisan diantara sesama," kata Sarni, salah seorang tokoh pemuda desa Lingge, Jumat, 21 April 2023.
Hari ini sebagian warga setempat sudah berlebaran. Mereka menggelar salat ied di tanah lapang Masjid Babussalam, Desa Lingge, Empat Lawang.
Tradisi saling busiki ini memakan waktu hampir setengah hari. Diperlukan niat dan tenaga ekstra untuk bisa sampai ke rumah terakhir. Turun naik tangga satu rumah ke rumah lainnya harus dijalani karena sebagian bangunan di desa ini masih berupa rumah panggung terbuat dari kayu. Warga baru pulang menjelang shalat Jumat.
Kue Lapanjam
Ibu-ibu dan remaja putri sengaja diminta tetua desa untuk pulang lebih cepat dari masjid. Mereka pulang lebih awal untuk menyiapkan beragam hidangan mulai dari hidang ringan hingga berat. Hidangan ringan berupa Pempek, Model, Tekwan, Kue basah lapan jam dan maksubah.
Nasi punjung dan aneka kue basah serta kering menjadi menu wajib saat menyambut tamu yang berkunjung saat lebaran. Nasi punjung berupa nasi putih atau nasih kuning yang bertoping ayam, telur atau daging malbi. TEMPO/Parliza Hendrawan
Sementara untuk makanan berat sudah disiapkan nasi putih, nasi kuning, nasi minyak dengan lauk pauk seperti Pindang Tulang, Pindang Daging, Pindang Ikan, Malbi, Opor Ayam hingga Rendang.
Ketua PC Muhammadiyah Desa Lingge Anis Effendi mengatakan salat Idul Fitri kali ini berlangsung lebih khidmat dan semarak. Perbedaan penetapan 1 Syawal oleh pemerintah tidak membuat warga Muhammadiyah berkecil hati.
"Saling busiki makin menambah ke akraban," kata Anis.
Seusai melaksanakan salat ied dan bersalam-salaman sesama warga Muhammadiyah di Desa Lingge, sebagian besar jemaah melanjutkan tradisi Sanjo, saling busiki. Tradisi ini menuntun warga untuk saling mendatangi rumah masing-masing sembari menggelar doa bersama.
Selain itu, setiap warga diperkenankan untuk mencicipi hidangan yang disiapkan tuan rumah.
Tradisi ini berlanjut ke Lebaran secara nasional, mengikuti kalender resmi pemerintah. Pada Sabtu pagi, 22 April 2023 berlanjut lagi tradisi saling busiki.
Mansur, tuan rumah sudah menyiapkan aneka panganan mulai dari aneka kue basah hingga nasi punjung berupa sajian nasi kuning dengan toping berupa ayam utuh atau daging sapi dimasak jadi malbi atau rendang. Keluarga yang tinggal di daerah aliran sungai Musi ini juga menyiapkan lontong serta minuman segar.
Nasi punjung sajian wajib di saat hari raya. "Kalau bukan Lebaran rasanya susah untuk bisa kumpul-kumpul seperti ini," kata Mansur.
Pilihan Editor: Resep Opor Ayam untuk Lebaran yang Praktis
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.