Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Sang Diva dari Gereja Newark

Suara emasnya menyebabkan dia disebut The Voice. Semua berakhir dengan tragis.

20 Februari 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para penggemarnya tak akan melupakan adegan dalam klip video ini. Whitney Houston duduk sendirian di sebuah panggung di hadapan deretan kursi kosong. Bibirnya bergetar, lantunan bait pertama bergulir. If I should stay/I would only be in your way/So I’ll go, but I know/I’ll think of you every step of the way. Kilasan-kilasan adegan Kevin Costner beraksi dalam film The Bodyguard melintas. Masih dengan cara akapela, Whitney menggeber chorus. And I... will always love you....

Lagu I Will Always Love You itu hampir saban hari diputar di radio dan televisi sejak Whitney ditemukan meninggal di sebuah kamar hotel di Los Angeles, Amerika Serikat, Sabtu dua pekan lalu. Tapi tarikan panjang suaranya yang khas, sebuah melisma pada "I…" yang santai tapi meyakinkan, pada lagu itu akan tetap dikenang. Pada Whitney kita menemukan sosok penyanyi yang sesungguhnya, yang mengandalkan suara dan teknik, bukan trik para penyanyi pas-pasan yang menipu penonton dengan berjingkrakan dan teknik ledakan api di panggung. Semua ingin bernyanyi seperti Whitney dan itu praktis jadi patokan setiap penyanyi baru di ajang pencarian bakat semacam American Idol.

Suara emas mezzo-soprano-nya memang luar biasa. Rentangnya sekitar 3,5 oktaf, setara dengan Celine Dion. Sedangkan rata-rata rentang suara manusia hanya 1,5 oktaf. "Dia punya suara signatural dengan karakter yang kuat. Dialah diva pop sesungguhnya," kata pengamat musik Denny Sakrie, Rabu pekan lalu.

I Will Always Love You adalah ciptaan Dolly Parton, yang dinyanyikan dalam gaya country oleh Parton pada 1974. Lagu itu sebenarnya ditulis untuk menggambarkan putusnya hubungan antara dirinya dan manajernya, Porter Wagoner. Adalah Kevin Costner, sebagai salah satu produser dan aktor film The Bodyguard, yang ngotot memasang lagu itu sebagai original soundtrack. David Foster menyusun kembali musiknya sebagai lagu balada soul, yang kemudian dinyanyikan Whitney dengan pembuka akapela yang memamerkan kebeningan dan kekuatan suaranya.

Menurut Denny, musikalitas Whitney adalah perpaduan dua biduan tenar pendahulunya, Diana Ross dan Aretha Franklin. Musik pop Diana kental dengan karakter Afro-Amerika. Sedangkan Aretha sangat ornamental, kaya akan pernak-pernik. "Whitney dapat menggabungkan kekuatan dua bintang itu," katanya.

Karakter vokal Whitney berakar di gereja. Pada usia 11 tahun dia mulai bernyanyi di New Hope Baptist Church di Newark, New Jersey, Amerika Serikat. Lagu solo pertamanya adalah himne Guide Me, Oh Thou Great Jehovah. "Ketika menyanyikan lagu gereja, Anda sedang bernyanyi kepada sesuatu yang lebih tinggi tentang kehidupan dan hubungan Anda dengannya. Jadi, ketika dia (Whitney) menyanyikan jenis lagu lain, Anda mendapat kesan dia berhubungan dengan sesuatu yang lain," kata Carl Wells, direktur paduan suara gereja University of Southern California, kepada stasiun televisi WIS.

Whitney Elizabeth Houston, yang lahir pada 9 Agustus 1963 di Newark, berasal dari keluarga musik. Dia adalah putri Cissy Houston, penyanyi blues yang kadang jadi penyanyi latar Elvis Presley. Dia juga sepupu dari dua superstar, Dionne Warwick dan Dee Dee Warwick. Aretha Franklin Sang Ratu Soul adalah ibu permandiannya. "Saya ingat tatkala ibuku bekerja dengan Aretha di studio. Saya datang hanya untuk mengamati Aretha bernyanyi," kata Whitney dalam majalah Jet edisi Agustus 1985.

Pada usia 12 tahun ia telah mendampingi ibunya tampil di berbagai klub malam. Pada usia 15 tahun dia menjadi penyanyi latar lagu hit Chaka Khan, I’m Every Woman. Empat tahun kemudian, Clive Davis, bos Arista Records, menonton pentasnya di sebuah klub malam New York dan kemudian menawari kontrak rekaman kepada Whitney. Setelah itu seluruh dunia pun mengenalnya. Pada 2009, Guinness World Records menyebut dia sebagai perempuan yang paling banyak mendapat penghargaan. Dia punya 415 penghargaan, termasuk enam Grammy, 30 Billboard, 22 American Music Award, dan dua Emmy. Album pertamanya, Whitney Houston (1985), bertengger di daftar The Rock & Roll Hall of Fame’s Definitive 200 dan 500 album terbaik sepanjang masa versi Rolling Stone.

Namun, menurut Denny Sakrie, gaya khas Whitney mencuat hanya pada tiga album pertama dan soundtrack The Bodyguard, setelah itu musiknya berubah, lebih kental dengan R&B dan disko. Pada masa itu jalan hidup Whitney berubah total: dia menikah dengan penyanyi Bobby Brown dan mulai menggunakan narkotik, yang tampaknya telah menggerogoti tubuhnya dan merusak suaranya. Dalam wawancara dengan Oprah Winfrey (2009), Whitney mengaku selama perkawinan mereka bersama-sama menggunakan narkoba hingga, "Kami selama seminggu hanya duduk bengong menatap televisi." Dia mencoba kembali ke musik lamanya pada album I Look to You (2009), tapi gagal. Tur konsernya pada 2010 juga tak berhasil, karena kekuatan suara emasnya seakan-akan lenyap, hingga harian Inggris The Independent menyebut konsernya di London sebagai "skandal nasional". Muara dari semua ini adalah kabar sedih dari hotel tempat Whitney menutup mata.

Kurniawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus