Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alunan musik instrumentalia lamat-lamat menemani Tom yang telentang di ranjang klinik kulit dokter Debby Intan, Daan Mogot, Jakarta Barat. Siang itu, Sabtu dua pekan lalu, pria 32 tahun ini hendak menjalani prosesi suntikan pemupuk rambut agar kerontokan berhenti dan rambutnya tumbuh kembali. Pupuknya diambil dan diolah dari darah Tom sendiri, mirip dedaunan yang menjadi humus bagi pohonnya. Sebagian kalangan medis menyebut pupuk ini platelet rich plasma (PRP) atau plasma darah yang mengandung platelet tinggi.
"Ini terapi yang ke-12. Hasilnya menggembirakan," kata Tom kepada Tempo. "Dibanding sebelumnya, sekarang rambutku terlihat lebih lebat dan garis rambut di dahi sudah menjorok ke depan." Sebelum penyuntikan platelet, bagian kulit kepala Tom yang hendak disuntik dilumuri krim bius. Sambil menunggu bius bekerja, rambut ditutup dengan tudung plastik bening sekitar satu jam. Saat menunggu itulah Debby mengambil darah dari lengan kanan Tom untuk diolah menjadi PRP.
Setelah saatnya tiba, tudung plastik disibak, dan Debby menyuntikkan sedikit demi sedikit plasma ke kulit kepala Tomi. Suntikannya tak terhitung, pokoknya sampai daerah yang dilumuri krim anestesi terjangkau semua. "Sakit, Tom?" Debby bertanya. Pasien yang tinggal di Jalan Pangeran Jayakarta, Jakarta, ini menjawab lirih, "Tidak, Dok!"
Setelah suntikan beres, bagian yang disuntik dilumuri lagi dengan PRP, lalu digelindingi derma roller. Di bagian kepala alat khusus ini terdapat ratusan jarum baja mikro yang dapat menembus lapisan dalam kulit ketika digelindingkan. Menurut Debby, derma roller membantu meratakan PRP agar lebih meresap.
Plasma kaya platelet adalah harapan baru bagi mereka yang mengalami kerontokan rambut, kondisi yang bila tidak ditangani akan menyebabkan kebotakan. Terapi ini pertama kali dipublikasikan oleh dokter Joseph Greco asal Florida, Amerika Serikat, pada 2008. Belakangan, terapi ini dipraktekkan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. "Plasma kaya platelet adalah pengobatan terbaik untuk rambut rontok setelah Propecia (pil antikerontokan rambut)," kata dokter Allan Feller dari Hair Loss Learning Center, New York.
Efektivitas terapi itu menjadi salah satu bahasan dalam "Symposium and Workshop Cosmetic Dermatology Update: Everything About Hair" di Surabaya awal bulan ini. "Untuk mengatasi kerontokan rambut, keberhasilan plasma kaya platelet sekitar 70 persen," kata Lilik Norawati, dokter spesialis kulit dan kelamin Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta, yang membahas topik ini di acara tersebut. Debby, yang telah menangani 60-an pasien, punya angka keberhasilan yang sama.
Selain mengatasi kerontokan rambut, terapi ini bisa digunakan untuk menebalkan rambut tipis. Ping Ping, 32 tahun, adalah pasien Debby yang ingin mengubah "rambut jagung" miliknya yang terlihat tipis dengan kulit kepala mengintip jelas saat rambutnya disisir, baik belah tengah maupun belah pinggir. Setelah enam kali terapi, ia merasa struktur rambutnya lebih tebal karena rambut baru mulai bermunculan. "Semoga, ke depan, rambutku tambah lebat," ujar warga Kapuk Muara, Jakarta, ini.
Tapi apa sih PRP atau plasma kaya platelet itu? Plasma adalah bagian dari darah yang berwarna bening setelah darah diolah dengan alat centrifuge (lihat infografis). Dalam plasma ini di antaranya terdapat platelet atau lebih kita kenal dengan trombosit (keping darah). Nah, PRP adalah plasma yang jumlah trombositnya diperbanyak.
Kenapa harus diperbanyak? Karena trombosit mengandung banyak faktor pertumbuhan. Faktor itu antara lain endotel vaskular (zat yang merangsang pembentukan pembuluh darah baru), derivat trombosit (zat yang menstimulasi produksi sel-sel jaringan ikat), dan sitokin (zat pengatur imunitas dan peradangan). Ini semua penting untuk penyembuhan atau regenerasi jaringan.
Zat-zat itulah yang selama ini berjasa menggantikan sel-sel tubuh kita yang rusak dengan sel baru, termasuk di rambut. Sel-sel di rambut yang karena satu dan lain hal mati suri kini bisa dibangkitkan lagi dengan menyuntikkan sel-sel pertumbuhan itu ke sana. Agar PRP benar-benar bekerja, pasien tidak boleh mencuci rambut selama empat jam setelah penyuntikan.
Tindakan itu perlu diulang beberapa kali. "Hasil optimal akan terlihat setelah 5-7 kali tindakan," ujar Lilik Norawati. Jarak dari satu penyuntikan ke penyuntikan berikutnya adalah 2-4 pekan. Tapi tak perlu menunggu selama itu untuk bisa melihat hasilnya. Setelah 1-2 kali tindakan, akan terlihat akar rambut baru berupa bintik-bintik hitam pada permukaan kulit kepala. Setelah tiga kali tindakan, akan terlihat pertumbuhan rambut halus.
Setelah kerontokan diatasi, pasien perlu melakukan pemeliharaan dengan penyuntikan PRP 1-2 kali setahun.
Menurut Lilik Norawati, terapi ini bisa dilakukan terhadap semua orang, termasuk penderita diabetes. Aman, karena tidak ada risiko penularan penyakit ataupun reaksi alergi. Maklum, bahan aslinya berasal dari darah sendiri.
Selain aman, terapi ini tergolong murah. Sekali penyuntikan, biayanya Rp 1 jutaan. Bandingkan dengan teknik cangkok rambut, yang bisa menelan Rp 20 juta, meski angka keberhasilannya diklaim lebih dari 70 persen. "Enggak kuat duitnya," ujar Tom, yang sebelumnya telah gagal mengatasi kerontokan rambut dengan akupunktur, laser, serta beragam tonik penguat rambut.
Keterbatasan terapi PRP tetaplah ada. Agar tak mengecewakan, sebelum terapi diberikan, Debby akan mengecek kondisi kulit rambut si pasien dengan alat pendeteksi kulit, yang hasilnya bisa dilihat di layar komputer. Jika masih terlihat calon akar berupa bintik-bintik hitam di bawah kulit, harapan bahwa rambut akan tumbuh masih ada. Namun, jika akar rambut sudah tidak ada, apalagi bila kulit kepala sudah licin, kata Debby, "Saya harus berani menyatakan terapi ini tak bisa dilakukan."
Dwi Wiyana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo