Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Sejarah Kabupaten Bojonegoro yang Telah Berdiri Selama Lebih dari 3 Abad

Hari ini 20 Oktober tepat 347 tahun Kabupaten Bojonegoro. Sampai proses diresmikan sebagai wilayah administratif, Bojonegoro memiliki sejarah panjang.

20 Oktober 2024 | 17.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah yang berada di Wilayah Provinsi Jawa Timur dengan jarak sekitar 110 km dari Surabaya. Kabupaten Bojonegoro memiliki luas wilayah sebesar 230.706 hektare. Secara administratif, Bojonegoro memiliki batas wilayah sebelah utara dengan Kabupaten Tuban serta sebelah selatan dengan Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sementara itu, sebelah timur wilayah ini berbatasan dengan Kabupaten Lamongan dan sebelah Barat dengan Kabupaten Ngawi serta Kabupaten Blora.

Dikutip bojonegorokab.go.id, sebagian besar wilayah Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah pertanian yang memperhatikan beberapa aspek penting, yaitu ketersediaan lahan, letak geografis, jenis tanah, agroklimat, sumber daya wilayah, sarana, dan prasarana. Selain itu, sumber daya tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan wilayah. Namun, sebelum bisa melakukan perkembangan wilayah seperti saat ini, Bojonegoro harus berjuang mempertahankan kekuasaannya 3 abad silam.

Sejarah Muasal Bojonegoro

Pada masa kehidupan sejarah Indonesia, Bojonegoro masih dalam wilayah kekuasaan Majapahit sampai abad ke-16. Lalu, ketika Majapahit runtuh, kekuasaan Bojonegoro berada di tangan Kerajaan Demak, Jawa Tengah. Akibatnya, sejarah Bojonegoro yang bercorak Hindu dengan fakta penemuan benda peninggalan kuno mulai terbentuk. Sebagai wilayah Kerajaan Demak, Bojonegoro memiliki loyalitas tinggi terhadap raja dan kerajaan.

Dilansir ppid.bojonegorokab.go.id, sejalan berkembangnya budaya Islam, pengaruh budaya Hindu terdesak dan terjadi pergeseran nilai dan tata masyarakat tanpa disertai konflik. Saat pergeseran nilai Hindu ke Islam terjadi, Raden Patah, Senopati Jumbun, dan Adipati Bintoro diangkat sebagai raja I awal abad ke-16. Sejak saat itu, Bojonegoro menjadi wilayah kedaulatan Demak. Setelah itu, terjadi peralihan kekuasaan yang disertai pergolakan sehingga Bojonegoro masuk dalam Kerajaan Pajang dengan Raja Raden Jaka Tingkir Adipati Pajang pada 1568.

Pada 1587, Pangeran Benawa, putra Sultan Pajang, Adiwijaya tidak mampu melawan Senopati yang telah merebut kekuasaan Pajang. Akibatnya, Senopati membawa semua benda pusaka keraton Pajang ke Mataram yang membuat Bojonegoro kembali bergeser masuk dalam Kerajaan Mataram.

Lalu, pada 1619, Kabupaten Bojonegoro bernama Kadipaten Jipang di bawah pimpinan keturunan Adipati Sukawati. Pemerintahan ini berupaya mengingatkan Susuhunan Amangkurat I untuk berhati-hati terhadap VOC, seperti tertulis dalam dinbudpar.bojonegorokab.go.id.

Kendati demikian, perjanjian VOC dengan Mataram diperkuat lagi pada 20 Oktober 1677 oleh Susuhunan Amangkurat II. Kerajaan Mataram memperbaiki kondisi dengan melakukan perubahan status Adipaten menjadi Kabupaten Jipang dan menetapkan Mas Tumapel sebagai bupati pertama. Hari tersebut juga ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro.

Pada 1725, Susuhunan Pakubuwono II naik tahta yang memerintahkan agar Raden Tumenggung Haria Mentahun I memindahkan pusat pemerintahan kabupaten Jipang dari Padangan ke Desa Rajekwesi. Adapun, lokasi Rajekwesi sekitar 10 kilometer di selatan Kota Bojonegoro.

RACHEL FARAHDIBA R

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus