Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Lembang - Pepohonan pinus di kawasan Orchid Forest, Cikole, Lembang, Jawa Barat, tampak berbeda. Lain daripada biasanya, batang pohon paku di kawasan edutourism tersebut banyak dilekati tumbuhan dengan daun panjang dan akar menjuntai. Ini bukan benalu, melainkan pohon bunga anggrek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggrek itu tampak menyatu dengan lumut pada batang pohon pinus. Sesuai dengan namanya, yaitu Orchid Forest, hutan ini memang dikonsep menjadi habitat bagi ratusan jenis bunga berjuluk puspa pesona itu.
“Kami ingin mengingatkan kembali ke masyarakat bahwa Indonesia adalah negara dengan spesies anggrek terbesar kedua setelah Brasil,” ujar Leader Marketing Orchid Forest, Bagus Maulana, saat ditemui Tempo bersama tim Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata di Cikole, Lembang, Selasa, 1 Agustus.
Ada 250 jenis anggrek dengan jumlah 3.500 pohon di hutan seluas lebih-kurang 14 hektare itu. Ratusan jenis anggrek ini di-display dalam museum yang diberi nama Orchid House atau Museum Anggrek. Lokasinya tepat di lumbung hutan alias sisi tengah arena Orchid Forest.
Pemandangan pohon dengan bunga warna-warni langsung menyapa ketika pengunjung memasuki rumah berbalut dinding kaca itu. Ada Paphiodelium javanicum. Anggrek endemis Pulau Jawa ini langsung menyapa di muka pintu museum. Warna kelopaknya campuran cokelat, ungu, dan hijau.
Anggrek khas Pulau Jawa ini kerap dikenal sebagai anggrek kusut hijau.
Akarnya serabut dan berbentuk gilik atau bulat panjang serta tumpul. Di bagian kelopak terdapat bulu-bulu halus. Sedangkan daun anggrek kasut hijau memiliki warna hijau mengkilat dengan bercak hijau tua.
Inilah anggrek yang menjadi ikon hutan tersebut. Salah satu perawat anggrek, Senia, yang ditemui di tempat yang sama, mengatakan anggrek di Orchid Forest, seperti Paphiodelium javanicum, harus dirawat khusus. Ia memastikan suhu di habitat anggrek berkisar 21sampai 29 derajat Celcius
Di Orchid House itu, anggrek-anggrek yang langka akan ditempatkan khusus dalam ruangan yang berkaca. Tujuannya supaya tak tersentuh tangan pengunjung. Ada sejumlah spesies langka, baik dari dalam maupun luar negeri. Misalnya black magic. Anggrek ini dikabarkan berasal dari Amerika.
Sementara itu, dapat dinikmati pula anggrek dari Kalimantan dan Papua. Anggrek-anggrek ini dibudidayakan sebelumnya di Cijambe, Subang. Setelah berbunga, perawatan akan dilakukan di Orchid Forest.
Para pengunjung dapat belajar langsung cara merawat anggrek di sini. Mereka juga bisa berfoto di beberapa spot yang disediakan, semisal di ujung Orchid House. Panggung berlatar beragam bunga anggrek beserta taman yang didesain mini menjadi panggung berfoto yang menjadi daya tarik bagi penyuka swafoto.
Bagi penyuka bunga, mereka bisa berbelanja langsung berbagai anggrek di kawasan tersebut. Bunga anggrek yang dijual biasanya telah siap rawat dan sudah berbunga. Sentra penjualan anggrek berada tak jauh dari Orchid House.
Untuk masuk ke rumah anggrek ini, pengunjung tak dikenai biaya tambahan. Mereka cukup membayar dana retribusi masuk ke kawasan Orchid Forest yang ditarif Rp 35 ribu.
Untuk menuju ke Orchid Forest, wisatawan dapat menunggang angkutan umum jurusan Cikole, Lembang. Bisa juga naik taksi daring dari pusat kota melalui kawasan Dago Atas. Setelah sampai taman parkir Orchid Forest, pengunjung kudu masuk ke arena wisata yang jaraknya lebih-kurang 1 kilometer. Di sana tersedia shuttle.