Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta awal pekan ini mengumumkan bahwa wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya sudah memasuki masa bediding. Bediding merupakan suatu masa saat puncak kemarau, yang mengakibatkan suhu udara menjadi lebih dingin, terutama saat malam hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Catatan BMKG Yogyakarta, saat masa bediding, suhu minimum di wilayah DIY sebesar 17 derajat Celcius seperti yang terjadi pada Agustus 2018. Lantas, berapa suhu minimum rata-rata masa bediding di DIY saat ini?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pantauan 10 hari terakhir, suhu udara minimum masih berkisar 19 – 23 derajat Celcius meski sudah terasa dinginnya, dengan kelembapan udara permukaan minimum 47 - 51 persen,” kata Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Warjono pada Senin, 15 Juli 2024.
Masa bediding di Yogyakarta diperkirakan berlangsung hingga Agustus mendatang.
Adapun penyebab turunnya suhu ini akibat adanya pergerakan massa udara dari Australia yang membawa massa udara dingin dan kering ke wilayah Asia melewati Indonesia atau disebut dengan Monsoon Dingin Australia.
“Saat ini tutupan awan juga relatif sedikit dan pantulan panas dari bumi yang diterima dari sinar matahari tidak tertahan oleh awan, tetapi langsung terlepas dan hilang ke angkasa,” kata Warjono.
Adapun kondisi kandungan air di dalam tanah menipis, kandungan uap air di udara juga rendah, yang dibuktikan dengan rendahnya kelembapan.
BMKG Yogyakarta pun mengimbau masyarakat agar menjaga imunitas tubuh dengan cara mencukupi kebutuhan cairan (menghindari dehidrasi) serta makan dan minum minuman hangat.
“Pada malam hari, gunakan pakaian dan selimut yang tebal, dan memasang pendingin udara ruangan tidak terlalu rendah (suhu ruang),” kata dia.
Selain itu, masyarakat di Yogyakarta juga diimbau menggunakan krim atau pelembap kulit, supaya kulit tidak terlalu kering.