Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Target Kami Selera A+

27 Juni 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mempopulerkan musik Indonesia telah lama menjadi obsesi Seno M. Hardjo, 40 tahun. Obsesi ini ia salurkan antara lain melalui Target Pop, perusahaan rekaman yang didirikan Seno pada 1998. Dalam kurun 8 tahun, baru 15 album yang dilahirkan oleh Target Pop. "Saya memproduksi album yang enggak dilirik orang. Sedikit tapi selektif," ujarnya kepada Akmal Nasery Basral dari Tempo. Berikut ini petikan wawancaranya.

Bagaimana awalnya Anda membuat Target Pop?

Awalnya dari bisnis dan percetakan. Ada sedikit untung, saya mulai melirik industri musik. Tahun 1997-1998 musik underground berkembang pesat di Bandung, tapi tidak ada label (perusahaan rekaman—Red) waktu itu yang mau merekam mereka. Dengan modal Rp 60 juta, saya mulai memproduksi album Kubik, Cherry Bombshell, dan Indonesia Best Alternative, kompilasi lagu hit band underground, dari kelompok Pas Band, Puppen, Pure Saturday, Koil, Netral, sampai Nugie. Waktu itu benderanya masih Target Pro. Untuk membedakan dengan lagu-lagu yang lebih populer, Target Pop didirikan pada 1999. Produksi pertama adalah album Dian Pramana Putra, Terbaik, lalu menyusul Utha Likumahuwa, Fariz R.M., Malyda, Titi D.J., dan sebagainya. Saya ingin lagu-lagu terbaik Indonesia ini bisa dinikmati lebih banyak kalangan, terutama mereka yang kesulitan mencari rekaman aslinya.

Ada yang bilang Anda memproduksi ulang lagu-lagu lama karena alasan dagang. Mengapa tidak memproduksi yang baru saja?

Memproduksi lagu-lagu lama itu tak semudah yang dibayangkan. Saya harus menghubungi satu per satu pemilik rekaman asli (original master) lagu itu, seperti Union Artist, Jackson Records, Pro Sound, dan sebagainya. Jadi, bukan tinggal ambil lalu direkam ulang. Selain itu, jumlah penjualan per album juga hanya berkisar 30-60 ribu keping. Kalau tujuan utamanya dagang, tentu saya memilih artis-artis yang albumnya mudah sekali terjual sampai jutaan keping per album. Saya juga mengorbitkan penyanyi baru seperti Tompi atau Ricci Kalyubi dalam Fenomena. Tapi, kalau pakai bahasa dagangnya, "Ini pilihan yang enggak dilirik orang."

Bagaimana posisi Target Pop di antara perusahaan rekaman lain?

Dalam dunia busana, kami ibarat perancang haute couture, adibusana. Target kami selera A+, dengan kemasan CD luks yang lebih tahan lama. Kalau orang lain ingin harga CD di bawah Rp 20 ribu, kami inginnya malah Rp 100 ribu.

Apakah ada album Anda yang dibajak?

Semuanya. Saya pernah vakum memproduksi album beberapa tahun lalu sebagai tanda protes atas merajalelanya pembajakan. Tetapi para distributor serta kalangan yang menggemari produk-produk Target Pop tak setuju. Mereka meminta saya berproduksi lagi.

Apa proyek berikutnya?

Tahun ini akan keluar album Harvey Malaihollo, History of …, dan Vonny Sumlang, Something Special. Harvey, kita tahu, adalah salah seorang vokalis pria terbaik Indonesia. Sedangkan Vonny mungkin kurang dikenal generasi muda sekarang, padahal ia punya keunikan vokal tersendiri. Mulai tahun 2006, Target Pop akan memproduksi lima album setahun dengan masuknya partner baru saya, Ivonne Ottay, seorang pengusaha bisnis pengelolaan sampah di Manado. Selama ini kekuatan Target Pop hanya 1-2 album setahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus