Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Film Tilik yang viral membuat nama Dukuh Sarada, Desa Terong, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta turut mencuat. Film garapan Wahyu Agung Prasetyo itu menceritakan ibu-ibu desa yang melakukan perjalanan dengan menumpang truk bak terbuka demi menengok Bu Lurah di rumah sakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam film itu, perjalanan ibu-ibu di atas bak truk juga memamerkan potret asri dan teduhnya kawasan hutan pinus hingga persawahan. Tak sedikit penonton film Tilik yang memperhatikan latar gambar bernuansa pedesaan, bahkan ada yang mengenang masa-masa saat di kampung halaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tokoh perintis wisata Hutan Pinus Mangunan yang juga Ketua Koperasi Noto Wono -lembaga yang menaungi sejumlah wisata di Desa Mangunan, Purwo Harsono mengatakan di Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, terdapat tiga desa yang semuanya memiliki kawasan hutan pinus. "Selain Desa Terong, ada juga Desa Mangunan dan Muntuk yang memiliki hutan pinus," ujar Ipung, panggilan Purwo kepada Tempo, Jumat petang 21 Agustus 2020.
Dengan sebaran hutan pinus itu, maka sepanjang jalan yang ada di desa-desa tersebut memang teduh dan sejuk. Hanya saja belum semua kawasan pinus tergarap untuk menjadi destinasi wisata. Belum tergarap maksudnya bisa dua hal. Pertama, karena ada regulasi bahwa hanya 10 persen saja dari luasan lahan hutan rakyat yang bisa dimanfaatkan untuk pengelolaan wisata. Kedua, bisa jadi karena belum cukupnya sumber daya untuk mengelola hutan yang begitu luas.
Area hutan pinus di kawasan Dlingo cukup luas. Di Desa Mangunan yang terkenal dengan 10 titik wisatanya seperti Hutan Pinus Asri, Seribu Batu, Rumah Hobbit, Watu Lawang, juga Pasar Kaki Langit baru memanfaatkan secuil dari luasan hutan pinus yang totalnya sekitar 130 hektare. Desa Mangunan juga terkenal dengan wisata kebun buah. Sedang di Desa Muntuk, yang sudah cukup dikenal wisatawan dengan pemandangan hutan pinusnya antara lain Puncak Becici, Lintang Sewu, dan Pintoe Langit Dahromo.
Ilustrasi hutan pinus. dok.TEMPO
Sementara di Desa Terong yang tersebut dalam film Tilik ini, menurut Ipung, belum banyak lahan hutanya yang dikelola untuk destinasi wisata. Dengan kata lain, hutan pinus masih dibiarkan seperti aslinya. "Di Desa Terong sejauh ini titik yang baru dikenal wisatawan baru sisi bawah, dengan objeknya Pinus Pengger," ujar Ipung.
Koperasi Ipung yang selama ini menata wisata untuk kawasan Desa Mangunan juga membantu terlibat menata kawasan Pinus Pengger di Desa Terong itu. Ipung mengatakan sebenarnya di Desa Terong ada objek wisata menarik, yakni Gunung Mungker.
Destinasi wisata Gunung Mungker ini juga memiliki suasana alam yang begitu mengagumkan dengan pemandangan perbukitan dari ketinggian. Di Gunung Mungker, wisatawan bisa menikmati sensasi liburan yang menguji adrenalin dengan bermain flying fox sepanjang 120 meter atau memanfaatkan spot foto unik berlatar hijaunya alam Dlingo.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, Kwintarto Heru Prabowo mengatakan film Tilik dengan latar hutan pinus Dlingo ikut 'membuka' mata masyarakat akan indahnya daerah ini. "Selain membawa pesan moral, adanya latar hutan pinus di film Tilik juga membantu mendukung wisata," ujar Kwintarto kepada Tempo.
Kwintarto menuturkan masih banyak objek wisata alternatif di Bantul dapat dijelajahi. Di antaranya Watu Kapal di Dusun Klanggotan, Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Bantul yang belakangan viral karena jadi tujuan favorit pesepeda. Ada juga Desa Wisata Srikeminut Sriharjo Imogiri, Bantul, yang viral karena jembatan gantung Selopamioro-nya.
Plus Pondok Bambu Rangdo di Pantai Parangtritis, Yogyakarta. Saat berfoto di Pondok Bambang Rangdo, wisatawan seperti sedang berada di Hawaii karena di sekelilingnya terdapat pohon-pohon kelapa menjulang tinggi.