Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah gerbang kecil menampilkan tulisan Dermaga 16. "Kita naik speed boat dari (Dermaga 16) Marina, Ancol. Harga dari Marina lebih mahal, tapi sesuai kenyamanan dan waktu lebih cepat," kata Agnes Felicia, pemandu tur virtual tersebut, Sabtu, 27 Juni 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tur virtual yang diadakan perusahaan teknologi pariwisata Atourin itu dalam rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Jakarta yang ke-493. Rangkaian tur virtual bertema Keliling Jakarta juga menjelajahi Kepulauan Seribu. Perjalanan virtual itu dimulai menuju Pulau Bidadari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum tampilan gambar menayangkan suasana Pulau Bidadari, Agnes menceritakan beberapa dermaga lain yang bisa digunakan sebagai lokasi keberangkatan. Ada Pelabuhan Kali Adem dan Dermaga Muara Kamal.
"Dari Marina perjalanan sekitar 20 menit sampai ke Pulau Bidadari," tuturnya.
Agnes menambahkan, kapal yang digunakan dari Dermaga 16 Marina rata-rata menampung 16 hingga 20 orang. Bila berkunjung langsung ke Pulau Bidadari, ada paket wisata yang ditawarkan, harganya Rp400.000.
Sambil Agnes menjelaskan tentang perjalanan menuju Pulau Bidadari, tayangan terus berubah. Setelah para peserta virtual seperti berada di kapal yang berlayar, muncul tampilan gambar meriam. Dari tayangan tur virtual itu, ada pula peninggalan bangunan benteng.
"Waktu (saya) ke sini yang menarik bukan resort, tapi sejarah. Ada beberapa meriam yang mengingatkan dengan Kota Tua, (pelataran) Museum Sejarah Jakarta," katanya.
Pulau Bidadari adalah salah satu dari gugusan Kepulauan Seribu. Bila berada di Pulau Bidadari, ucap Agnes, waktu satu jam dianggap cukup untuk menjelajahi seluruh pulau, "Luas Pulau Bidadari cuma 6 hektare," ucapnya.
Sebelum dikenal dengan nama yang sekarang, Pulau Bidadari pernah memiliki beberapa sebutan. Bila mengutip buku "Flashpacking Keliling Indonesia", Pulau Bidadari pernah dinamai sebagai Pulau Sakit, karena pernah digunakan untuk tempat untuk menangani orang yang penyakit kusta.
Meriam kuno di Pulau Bidadari, Kepulauan Seribu, Jakarta Tempo/Rully Kesuma
Waktu itu ada rumah sakit, pindahan dari Angke, pada 1679. Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) yang membangun rumah sakit lepra atau kusta itu.