Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Viral di Media Sosial, Begini Awalnya Pulau Baer Kei Kondang

Viralnya Baer di media sosial tak lepas dari cerita awal mula ditemukannya pulau tersebut oleh sekelompok dokter program PTT di Kei Maluku.

18 Maret 2018 | 17.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Lorong-lorong bukit karang di Pulau Baer, Kepulauan Kei, dengan air laut yang berwarna tosca. Tempo/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Kei - Pulau Baer, pulau berjuluk Raja Ampat mini di Kepulauan Kei, Provinsi Maluku, viral di media sosial dalam tiga tahun terakhir. Sejumlah travel influencer mulai mengunggah potret keindahan Pulau Baer di akun berbagi gambar Instagram.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saking viralnya, jasa-jasa trip wisata memasukkan Pulau Baer ke daftar kunjungan prioritas. "Baer adalah destinasi wajib," kata CEO Piknik Nusantara, Frannoto, salah satu operator penyedia trip di Kei, Sabtu, 17 Maret.

Viralnya Baer di media sosial tak lepas dari cerita awal mula ditemukannya pulau tersebut. Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Kabupaten Maluku Tenggara Budhi Toffi menyebut, Baer ditemukan sebagai destinasi potensial pada 2015 oleh sekelompok dokter program pegawai tidak tetap (PTT) yang sedang bertugas di Maluku.

"Komunitas dokter itu suka keliling Kei dan membentuk Kei Dive Club (KDC)," katanya di Kei, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku, Jumat malam, 16 Maret.

Saat bertualang di pulau-pulau kecil Kepulauan Kei, komunitas dokter ini menemukan Pulau Baer. Pulau itu kosong dan tak berpenghuni. Namun pemandangannya menawan. Apalagi terdapat laguna.

Banyak kegiatan bisa dilakukan di pulau tersebut. Misalnya, pelancong bisa berenang, snorkeling, diving, hingga meluncur dari tebing ke laut dengan ketinggian 20 meter.

Koleksi foto-foto yang diambil oleh sekelompok dokter PTT itu lalu diunggah ke media berbagi gambar Instagram. Foto tersebut banyak diunggah ulang oleh akun-akun promosi wisata Indonesia timur. "Setelah itu, Baer jadi terkenal," kata Budhi.

Pasca-viral, Pulau Baer mulai dibangun. Pembangunan dimulai dari pembuatan dermaga. Setelahnya, berangsur-angsur, pembangunan lain dilanjutkan oleh pemerintah yang bersinergi dengan warga lokal. "Kami mulai konservasi. Terutama konservasi anggrek. Di sini dulu banyak tumbuh anggrek, tapi banyak dipetik wisatawan setelah viral," tutur Budhi.

Pulau Baer kini berhasil menjadi salah satu destinasi wajib kunjung. Bersamaan dengan viralnya Pulau Baer, angka wisatawan asing masuk ke Kei meningkat. Pada 2016, wisman asing masuk hanya berkisar di angka 200 kunjungan. Sedangkan pada 2017 naik drastis mencapai lebih dari 1.000 kunjungan dan pada 2018 ditargetkan mencapal 2.000.

Pulau Baer bisa dijangkau dengan speed boat dari Pelabuhan Nelayan Dula di daerah pelabuhan besar Kota Tual, Maluku. Tarifnya berkisar Rp 700 ribu per kapal untuk 10 orang per hari.

Bisa juga dengan menyewa speed boat besar berkapasitas 25 orang dengan harga Rp 5 juta per hari. Speed boat besar akan berlayar dari Pelabuhan Watdek.

Francisca Christy Rosana

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, Francisca mulai bergabung di Tempo pada 2015. Kini ia meliput untuk kanal ekonomi dan bisnis di Tempo.co.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus