BECAK Kelantan -- dan juga di beberapa negeri Pantai Timur lain
di SeInenanjung Melayu -- hampir tak beda dengan becak Medan.
Pengemudinya tak berada di depan penumpang, juga bukan di
belakang seperti becak di Jawa. Melainkan di samping, sejajar
dengan penumpang. Dipanggil "becak" si pengemudi tak akan
menoleh. Sebab di sana namanya "teksi roda tiga". Mungkin
lantaran harga diri orang Kelantan - yang di mata orang Kuala
Lumpur sering dianggap agak ekstrim. Iamun orang Kelantan juga
terkenal kreativitasnya.
Dan itulah konon modal utama rakyat Negeri Kelantan yang
kuranglebih 750 ribu jiwa -- negara bagian paling miskin di
Malaysia. Baru tahun 1909 lepas dari penjajahan Siam (Muangthai)
untuk beralih ke bawah penjajahan Inggeris sampai 1957, negeri
ini merupakan tempat di mana syi'ar Islam sangat dominan.
Mungkin karena tak punya tambang timah, dan kurang tepat untuk
perkebunan karet, dan kelapa sawit tak ada perantauan orang
Cina atau India secara besar-besaran.
Berbeda dengan di Pantai Barat Semenanjung yang dulu lebih
langsung diperintah Inggeris. Sehingga kultur Melayu-Siam
berkembang dengan subur di Kelantan. Ini juga berkat dukungan
Sultan Kelantan, yang seperti tetangganya di selatan, Sultan
Trengganu, cukup menghargai seni rupa seni tari dan seni musik.
Hanya di Keiantan dan Trengganu ada gamelan dan wayang kulit.
Berbagai hasil kesenian rakyat Malaysia, yang dipajang di
kedai-kedai Kuala Lwllpur, berasal dari negeri perbatasan
Malaysia-Muangthai ini. Katakanlah apa saja. Layang-layang
Kelantan (wau) yang diabadikan dalam simbol Malaysia Air System
(MAS). Kain songket dan batik Malaysia. Kerajinan perak
Malaysia. Wayang kulit dengan tokoh-tokoh Seri Rama, Siti Dewi
(Sinta ?), Rahwana serta pengikut-pengikut kedua front.
"Berkhalwat" Berduaan
Juga ukiran kayu, gading, emas dan perak untuk hiasan keris,
perabot, pintu, panel dan sebagainya, yang bercorak Melayu,
Siam, geometris dan kaligrafis. Semuanya dari Kelantan. Anda
ingat waktu pembukaan S Games yang lalu di Kuala Lumpur,
rombongan besar penabuh rebana yang cepat, monoton dan sangat
dinamik itu, juga diambil dari Kelantan. Tak mengherankan, orang
Malaysia sendiri menjuluki negeri Islam di utara itu sebagai
Yogya atau Bali-nya Malaysia.
Dengan mata pencaharian utama bertani padi (negeri-negeri Islam
di pantai Timur itu kebetulan juga lumbung padi Malaysia Barat).
serta menangkap ikan, hasil penjualan pelbagai kerajinan rakyat
itu bolehlah sedikit menambah pendapatan penduduk. Meskipun
--seperti halnya banyak produk pedesaan lainnva keuntunau
terhesar lebih banyak jatuh ke tangan pemilik kedai di Kota
haru atau Kuala Lumpur, pengusaha lori (truk), serta pedagang
perantara barang kerajinan. Mereka ini kebanyakan pribumi
(Melayu) juga.
Selepas panen raya, rakyat bersuka ria. Siang hari adu layangan
atau gasing. (asing Kelantan bukan mainan anak kecil. Sebab
gasing pipih bergaris tengah segede piring makan itu sudah tentu
membutuhkan tenaga orang dewasa untuk mengayunkannya agar dapat
ber pusing sampai sehari lamanya. Begitu pula layangan (wau).
Yang diadu bukan ketajanlan benanggelasannya, tapi kebesaran,
keindahan, serta merdu dan kerasnya denungannya.
Malam hari ada pertunjukan Inakyong, sendratari Malaysia yang
berasal dari Keraton-Keraton Kelantan dan Pattani (kini
Muangthai Selatan) yang hampir semua perannya dimainkan wanita.
Jenis teater ini juga terdapat di Riau, dan pernah juga dibawa
ke TIM Jakarta. Juga ada menora, sejenis ludmk yang semua
perannya dimainkan pria. Hanya jenis ini biasanya dimainkan
dekat kuil-kuil Budha di Kelantan. Memang wansan rupanya.
Suburnya berbagai bentuk kesenian rakyat yang merupakan acuan
kultur-kultur Siam, Buddha, dan Melayu pra maupun purna-lslam,
memang cukup unik di negara bagian di mana semangat ulama sangat
kuat. Hari Jum'at merupakan hari libur umum di sana, seperti
juga di Trengganu, Kedah Perlis dan Johor. (Di Indonesia hari
libur Jum'at hanya dipakai kalangan swasta Islam, baik untuk
perusahaan maupun sekolah-sekolah). Hari Ahad tentu saja
merupakan hari kerja biasa. Dan meskipun turis luar negeri
selalu dihimbau untuk berkunjung ke Pantai Cinta Berahi,
secercah pesisir indah dekat muara Sungai Kelantan, orang
Kelantan sendiri dapat didenda M$ 100 - 150 bila tertangkap
basah sedang "berkhalwat" (indehoi di tempat sunyi di sana).
Mahkamah Syari'ah Negeri Kelantan.
Novelis & Pelacuran
Lantas, pergi ke mana pemuda pemuda yang suka pacaran?
"Beliabelia di sini biasanya pergi ke Golok di Negeri Siam,
menyeberangi sungai. Di sana orang bebas saja berkhalwat," ujar
seorang pemuda Kelantan yang disapa GY Adicondro dari TEMPO.
Dan sementara di Kelantan sendiri tak ada tempat pelacuran,
sedang berzina dapat dihukum lebih berat oleh Mahkamah Syari'ah,
menurut observasi sastrawan Malaysia Yahaya Ismail tak sedikit
pelacur muda yang beroperasi di hotel dan kelab malam di Pulau
Pinang, Ipoh, Kuala Lumpur, Melaka bahkan sampai ke Singapura,
berasal dari Kelantan.
Mereka terhempas karena kemiskinan atau nafsu ingin kaya, karena
kawin terlalu muda atau menurut Yahaya karena perceraian yang
masih terlalu mudah. Tak kalah pentingnya: karena dibubarkannya
pusat pelacuran terselubung di Kota Bharu, Hiariz Park, yakni
sebuah tempat yang lebih dulu sudah ditelanjangi oleh Novelis
Ishak Haji Muhammad dalam bukunya Jalan ke Kota Blaru sekitar
tahun 1950-an. Buku ini menggemparkan masyarakat Islam di sana.
Kini ada pula kesibukan baru. Semenjak krisis politik di
Kelantan bermula dari 'undi tak percaya' Dewan Undangan Negeri
(DPRD) kepada Menteri Besar Kelantan, Datuk Mohammad Nazir --
ratusan polisi setempat, polisi federal dan polisi hutan dengan
seragam hijau lorengnya, lalu-lalang di Kota Bharu, lengkap
dengan truk dan pansernya. Itulah pertanda berlakunya keadaan
darurat perang di Kelantan, yang didekritkan Pemerintah Pusat di
Kuala Lumpur, setelah gelombang-gelombang demonstrasi di minggu
terakhir bulan Oktober.
Sampai kapan keadaan darurat dan 'perintah berkurung' (jam malam
mulai pk. 12 tengah malam) berlaku, tak ada yang tahu.
Maklumlah, demonstrasi besar-besaran seperti itu baru pertama
kali terjadi sejak Persekutuan Tanah Melayu merdeka. Juga
kehadiran Angkatan Bersenjata sebagai pertanda SOB. Boleh jadi
turis akan enggan ke sana, padahal turisme merupakan satu sumber
penghasilan tambahan bagi seniman-seniman rakyat Kelantan,
pengusaha kedai kerajinan. rakyat, kedai makan, hotel, teksi
roda tiga (beca), kereta sewa (taksi), serta bus keluar kota.
Turis-turis kan tak begitu faham politik tingkat tinggi antara
Datuk-Datuk dan Tengku-Tengku di Kuala Lumpur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini