FESTIVAL Gitar Asia Tenggara kemarin, dimenangkan Indonesia
untuk pertama kali. Konpetisi yang berlangsung di Golden
Ballroom Hilton Hotel Jakarta - 6 Desenlber - diikuti 14 peserta
dari 7 negara. Tidak kurang dari 10 orang juri dikerahkan
termasuk dan Kedutaan-Kedutaan Jerman, Spanyol dan Inggeris,
diketuai corang pemain gitar yang terkenal: Carl Tanjong.
Usaha yang disponsori Yayasan Music Foundation Tokyo dan Yayasan
Musik Indonesia ini terbagi dalam seksi: klasik dan non-klasik.
Masing-masing negara pengikut (Indonesia, Hongkong, Muangthai,
Pilipina, Singapura, Malaysia), Hanya diperkenankan mengirimkan
I peserta untuk setiap seksi. Tapi pihak penyelenggara, yang
tiap kali selalu digilir, berhak mengirim 2 orang wakil. Itulah
sebabnya untuk perebutan ini Indonesia mengirimkan Linda Agnes
Sukamta dan Andre Indrawan untuk klasik, serta Michael Gan dan
Henry Turangan untuk non-klasik.
Mestinya Andre
Linda kemudian tampil sebagai pemenang gitar klasik, dikuntit
Francis Mak dari Hongkong. Sedang Michael Can, juara non-klasik,
mengalahkan rivalnya Paul Ponnudorai dari Malaysia. Danny
Tumiwa, gitaris pribumi yang malam itu hadir sebagai pemain tamu
untuk mengikuti tarian Rudy Wowor, menyatakan keputusan juri
terhadap Linda pas dengan penilaiannya. Tapi ia yakin juara
kedua seharusnya bukan gitaris Hongkong itu, tapi wakil
Indonesia juga.
"Andre mutunya jauh dari yang lain," ujar Danny kepada Widi
Yarmanto dari TEMPO. "Tapi namanya saja festival tergantung
dari nasib juga." Selanjutnya secara teknis ia menganggap
pertarungan yang mempergunakan gitar klasik/folk itu, bolehlah.
Tapi segi penarmpilannya kurang. Sebagai diketahui, yang dinilai
juri selain teknik, interpretasi, intonasi, adalah yang disebut
general impression plus alansemen khusus untuk seksi non-klasik.
"Banyak yang tidak menghayati," menurut Danny.
Linda, baru berusia 16 tahun, juga terpilih untuk kategori
Outstanding Performance. Peserta wanita satu-sat !Iiya ini
dengan demikian berhak mengikuti festival gitar di Jepang
Selatan, tahun depan, sebagai peserta tamu. Dari balik
kacamatanya ia tampak pendiam, keras dan tekun. Selama
pertarungan ia amat serius. Kalau terhadap peserta lain penonton
sempat tertawa atau ngeledek, pelajar SMA Taruna Pur,va Bandung
ini tak memberi peluang.
Ia memetik gitar dengan kepala tunduk dan mata terpejam.
Kadangkala ia tempelkan mukanya pada instrumen itu. Penonton
dipukaunya, terutama sekali karena secara teknis ia bebas dari
suara fals. Baik lagu pilihan Panitia maupun pilihamya sendiri,
Grand Solo, ditariknya tanpa kesalahan. Ditambah oleh saingan
yang tidak begitu berat, Linda yang hanya tersenyum satu kali
selesai bemlain ini, memang pantas menang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini