DI suatu siang yang terik, dua orang bersahabat duduk bersama
dalam mobil bagus lagi ber-ac. Yang satu kikuk, nampak belum
biasa dengan 'hawa gunung.' Yang lain memegang kemudi, wajahnya
semburat segar. Sepanjang jalan tak henti-hentinya mereka
berdilema.
-- Pernah kamu mimpi dikejar orang lapar?
= Kamu? Tapi kenapa mimpi?
-- Karena di dunia betulan orang lapar biasanya diam dan sopan.
Lho, mengemis itu sopan 'kan? Tapi dalam dunia mimpi mereka
mengejar. Aneh sekali. Dalam mimpi, setiap jarak yang kita buat
entah dengan sengaja atau tidak selalu dapat mereka atasi.
Seolah-olah mereka selalu sudah ada di sana ketika kita baru
tiba. Dengan pandangan mata yang kurang sedap dan aneh, tak
terbaca. Tak sesopan di dunia betulan.....
= Di dunia betulan pun mereka ngejar. Cuma kita telah punya cara
yang sempurna untuk menghindar. Kita dapat lari lebih cepat,
jauh lebih cepat dari mereka. Mungkin peralatan dan dunia mimpi
kurang rapih perkembangannya. Di dunia nyata mereka
terpontang-panting di belakang knalpot kita. Mereka kenyang
dengan asap dan debu yang kita terbangkan.
- Apa boleh buat. Kita tahu benar halnya ....
= Coba aku cerita. Dulu, sewaktu masih sekolah, setahun dua kali
aku pulang mudik. Setiap kali aku naik kereta 'Senja.' Aku ingat
betul, di daerah tertentu kereta itu berjalan amat lambat. Dan
dalam deretan yang amat panjang, anakanak di pinggir rel
berteriak berbarengan: minnntaaaa, minnnnttaaaaaa..., suara
mereka seperti sebuah paduan suara besar. Seperti sebuah aubade
di hari proklamasi. Mereka mengejar kereta, mengejar kita.
Seolah-olah di mana kita tiba di situ mereka sudah ada. Dan
kereta terus jalan sambil melemparkan beban yang dianggap
memberati perjalanan mungkin sisa-sisa makanan disertai
perasaan rela sekaligus rasa dosa. Seperti cerita kapalnya nabi
Yunus yang diserang topan, hampir seisi kapal sudah diturunkan
ke laut tapi kesalahan tetap belum terbayar. Ombak masih tetap
mengamuk, dan baru reda ketika nabi Yunus dilempar orang
ramai-ramai ke tengah ombak. Mungkin orang-orang di pinggir rel
itu tidak mengejar sedekah, tapi mengejar kita. Supaya turun?
-- Ah, keinginan itu 'kan jelas tidak praktis. Lagipula kita tak
ada daya, pun tak ada pilihan. Bahkan ketika kita harus
menjejali orang lain dengan asap kenalpot, atau secara tak
sengaja meledek mereka dengan gemerlapnya peralatan kita. Ini
sulitnya, segera aja kita sudah masuk dalam dunia metafisik
yang sungguh pelik. Apa perlu sungguh persamaan nasib? Apa bisa
kita ciptakan nasib yang sama buat semua orang?
= Aku tak bicara soal metafisik. Aku bicara soal fisik. Kamu
tahu, kereta 'Senja' jalannya pelan. Jendela serta pintunya
terbuka. Kereta lainnya jalannya cepat bahkan ada yang lepas
tinggi di udara, jendela serta pintunya tertutup karena ber-ac.
Jarak ini bukan jarak metafisik akan tetapi jarak fisik. Bukan
mengenai nasib yang sifatnya kekal abadi, akan tetapi mengenai
jarak fisik yang dari saat ke saat dipertahankan.
- Aku nggak ngerti maksudmu!
= Makna sebuah mesin ac dalam banyak pengalaman adalah sebagai
penyekat antara orang yang satu dengan yang lain. Komunikasi
langsung terputus. Biasanya antara mereka yang mestinya tidak
meminta-minta dengan mereka yang mestinya tidak memberi-beri.
-- Kamu mengada-ada. Ruangan ber-ac memang harus tertutup, bukan
lantaran supaya putus hubungan dengan orang lain. Tapi
semata-mata agar supaya ruangan bisa benar-benar menjadi dingin.
Udara sejuk memberikan rasa nyaman dan gairah kerja. Mesin ac
tidak dimaksudkan untuk menutup diri, tapi untuk mendorong
produktifitas kerja.
= Kamu tahu bahwa orang-orang di pinggir rel itu tidak mengejar
kereta yang ber-ac. Merekapun tahu tak ada gunanya
memanjang-manjangkan suara pada kereta yang ber-ac. Sebab
kecuali jalannya cepat juga jendela serta pintunya terkunci. Dan
tentu saja demi perjalanan dan produktifitas kerja mereka tak
mau diganggu oleh suara-suara di pinggir rel yang memang tak
semestinya itu.
-- Apa sebenarnya persoalan kamu. Bagi saya mesin ac bukan
kemewahan atau pemborosan. Ibarat kerja dinas kebakaran kota,
'kan bukan suatu luxus kalau mereka punya oto?
= Oto memang cepat larinya, mungkin lebih cepat dari api. Tapi
banyak alat yang kita pakai sekarang cenderung menjadi penutup
telinga yang sempurna terhadap suara-suara seperti yang di
pinggir rel itu. Alat-alat tersebut merupakan cara untuk
menghindari kejaran suara-suara itu. Ada banyak jenis mesin ac.
Taruhlah misalnya birokrasi, bukankah ia semacam mesin ac yang
membuat kita terlindung secara sempurna dari suara-suara seperti
yang di pinggir rel itu? Bukankah birokrasi mencegat suara-suara
itu di pintu dan jendela kita yang tertutup? Lalu ketika di
dunia betulan suara-suara itu terpontang-panting, maka mereka
pun mengejar kita dalam dunia mimpi.
-- Dan menurut kamu apakah kita sedang mimpi? Mobil kita ber-ac!
= Ini ironi yang biasa muncul dalam ruangan ber-ac.
- Ah ya, cukup baik!
Mobil terus melaju membawa dua orang yang di kepalanya ada
dilema.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini