Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta – Jalan-jalan ke Kotagede, Yogyakarta, ternyata tak melulu pulang dengan membawa oleh-oleh berupa produk kerajinan perak. Wisatawan bisa membeli aneka produk kerajinan logam lainnya, seperti dari tembaga dan kuningan, baik berupa perhiasan maupun suvenir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Usaha perak “WK Collection 70674” yang digeluti Wijayanto misalkan, kini kini berkembang dengan produk kerajinan tembaga dan kuningan. "Semula kami berfokus pada perak, tetapi margin nominal besar. Lalu kami coba logam lain," kata Wijayanto di sela worskhop membuat kerajinan logam di Yogyakarta, pada Selasa sore, 14 Juni 2022.
Tak hanya alasan itu. Pengembangan usaha ke jenis tembaga dan kuningan juga mengingat produk kerajinan logam bukanlah kebutuhan pokok, melainkan sampingan. Permintaan pasar bisa merosot sehingga perlu berbagai inovasi. Dan ternyata, banyak pelanggan yang tertarik dengan produk kerajinan tembaga dan kuningan. Bahkan pemesannya diklaim dari Sabang sampai Merauke.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Orang memilih produk berdasarkan selera yang berbeda-beda,” kata pria 41 tahun yang memulai usaha ini sejak 2011. Dia mencontohkan, bagi orang yang ingin tampil dengan perhiasan yang tampak mewah akan memilih produk dari perak. Tak heran, harga produk kerajinan perak lebih tinggi. "Tetapi orang yang menyukai warna emas atau warna-warna etnik, mereka memilih kuningan atau tembaga."
Pendiri UMKM kerajinan perak dan logam WK Collection, Yogyakarta, Wijayanto. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Dengan diversifikasi produk, menurut Wijayanto, setidaknya pelanggan punya empat pilihan warna dari produk tembaga. Ada yang berwarna coklat, bersepuh perak dengan teknik coating atau berlapis-lapis, berwarna hitam karena dibakar, juga bersepuh emas. Harganya pun relatif terjangkau, seperti cincin tembaga bisa dimiliki dengan senilai Rp 20 ribu.
Tak hanya berinovasi dengan material bahan, Wijayanto juga mengubah cara pemasarannya dari offline menjadi online. Dia menjual produk kerajinannya di e-commerce Tokopedia pada 2016. Semula, Wijayanto dan keluarganya membuka usaha kerajinan perak di rumah hingga 2013.
Ibun Wijayanto, Kariyati menjadi penggerak dan pengarah utama dalam bisnis ini. Musababnya, Kariyati pernah bekerja sebagai petugas quality control usaha serupa selama 25 tahun. Sementara Wijayanto masih melanglang bekerja di Jakarta sebelumnya akhirnya pulang dan membangun usaha kerajinan logamnya.
Suvenir sepeda dari WK Collection. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Pada 2013, kerajinan perak itu mulai bergeser dengan membuka gerai di pusat kerajinan dan hiburan XT Square Yogyakarta. Sayang, pandemi Covid-19 yang melanda pada 2020 mengakibatkan XT Square gulung tikar. Kondisi tersebut berimbas pada usaha kerajinan Wijayanto.
"Mati total. Kami mencoba bertahan di Tokopedia, apalagi usaha kami sudah punya rating. Bahkan saat tiga bulan pandemi awal, (penjualan) meningkat 3,5 kali lipat,” kata Wijayanto. Sempat turun sesaat, usahanya melesat lagi pada 2021.
Tak hanya soal desain, salah satu ciri khas desain produk WK Collection berupa produk-produk kerajinan filligree. Ini adalah teknik membuat kerajinan logam dengan mengubahnya menjadi semacam kawat halus yang disusun dan dibentuk sesuai keinginan.
Detail produk-produknya tampak rumit. Tak heran beberapa peserta workshop yang mencoba praktik membuat filligree berbahan kawat tembaga mengeluh kesulitan. Sehari-hari, Wijayanto mengaku melibatkan sekitar 20-an ibu rumah tangga untuk membuatnya beserta kotak kemasannya.
Beragam perhiasan dan suvenir kerajinan perak, tembaga, dan kuningan dari WK Collection. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
"Dan mereka belajar secara otodidak. Mungkin karena orang tua dan leluhurnya adalah perajin perak juga,” kata Wijayanto yang baru berencana membuat pelatihan kerajinan itu. Pada kesempatan itu, Wijayanto menunjukkan beragam produk yang terbuat dari perak, tembaga, dan kuningan berbentuk cincin, bros, kalung, liontin, baik yang berupa kupu-kupu, bunga, daun, sampai tokoh wayang. Ada juga suvenir berwujud sepeda. "Yang paling laris itu bros dengan tren berbentuk daun."
Wijayanto mengaku beruntung dengan beragam inovasi itu. Dia juga mengubah nama mereknya menjadi WK Collection, bukan WK Silver karena akan terbatas pada produk kerajinan perak saja. "Sesuai tagline kami, kerajinan perak, logam, dan oleh-oleh khas Yogyakarta,” ucap Wijayanto.
Adapun nama WK diambil dari nama-nama keluarganya. Huruf W untuk nama ayahnya, Wiharjo; namanya sendiri, Wijayanto; juga nama adiknya, Wahyu. Sedangkan huruf K berasal dari nama ibunya, Karyati.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.