Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bulan puasa Ramadan bisa diisi dengan kegiatan wisata yang terbilang ringan. Misalnya dengan melakukan wisata religi ke masjid di Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak sekadar berjalan-jalan, wisata religi ke masjid membuat kita lebih mengenal masjid, sejarah, arsitektur, sampai berbincang dengan pengelola masjid yang bisa berbagi informasi menarik. Pun dianjurkan melaksanakan salat Tahiyatul Masjid ketika sampai di masjid.
Berikut 5 masjid di Jakarta yang kami rekomendasikan untuk wisata religi.
1. Masjid Perahu
Masjid Al-Munada Darrussalam Baiturrahman memiliki arsitektur yang tak biasa. Masjid ini disebut juga dengan Masjid Perahu. Letaknya di Jalan Menteng Pulo Raya, Jakarta Selatan, diapit dua sisi tower Apartemen Casablanca.
Saat mengisi waktu luang selama berpuasa di Ramadan, Masjid Perahu bisa menjadi tempat yang cocok untuk wistaa religi. Pengunjung bisa menyimak cerita di balik Masjid Perahu yang berdiri pada 1960-an itu. Masjid yang dibangun oleh Abdurrahman Masum di atas tanah wakaf itu diresmikan pada tahun 1964. Bentuk bangunan masjid ini pun karena Abdurrahman Masum mengagumi kisah Nabi Nuh yang menyelamatkan umat menggunakan perahu besar.
2. Masjid Si Pitung
Masjid Al-Alam di tepi Pantai Marunda, Kelurahan Cilincing, Jakarta Utara, lekat dengan sosok pahlawan Betawi, Si Pitung. Kendati tidak dibangun oleh Pitung atau keluarganya, masjid ini menjadi saksi sejarah masa kecil Si Pitung.
Masjid tersebut dibangun pada tahun 1600-an dan arsitekturnya mengingatkan pada model Masjid Demak, namun dengan ukuran yang lebih kecil, sekitar 10 × 10 meter persegi. Atap Masjid Si Pitung berbentuk joglo, ditopang empat pilar bulat, seperti kaki bidak catur. Sejak 1975, Masjid Al-Alam dinyatakan sebagai cagar budaya.
Selanjutnya: Masjid tanpa bedug dan simbol bulan-bintang
3. Masjid Sunda Kelapa
Masjid Sunda Kepala dibangun atas prakarsa Gustaf Abbas pada tahun 1960-an. Adapun desain interior dan eksterior masjid ini tidak menggunakan simbol-simbol Timur Tengah yang identik dengan arsitektur masjid.
Masjid Agung Sunda Kelapa tak memiliki kubah, bedug, bintang-bulan, dan berbagai simbol yang biasa terdapat pada sebuah masjid. Menara ini juga unik. Bentuknyamirip perahu sebagai simbol pelabuhan Sunda Kelapa, tempat saudagar muslim berdagang pada masa lampau.
4. Masjid Cut Meutia
Dulu bangunan Masjid Cut Meutia disebut De Bouwploeg, nama badan perusahaan yang dibangun Belanda pada 1879. Gaya arsitektur Art Nouveau ini memiliki dua lantai dengan bagian atas menara berbentuk persegi empat.
Artikel lainnya: Wisata Religi di Islamic Center NTB
Terletak di Jalan Cut Meutia No. 1, Jakarta Pusat, bangunan itu pernah berubah fungsi menjadi kantor pos, kantor jawatan kereta api Belanda, kantor angkatan laut Jepang, sampai kantor urusan agama. Pada 1987, Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin menyatakan bangunan itu sebagai masjid tingkat propinsi.
5. Masjid Al-Azhar
Masjid Al-Azhar dibangun pada 19 November 1953 di atas tanah seluas 43.755 meter persegi. Pada 1958, pembangunan rampung dan diresmikan dengan nama Masjid Agung Kebayoran. Pada 1960-an, Rektor Universitas Al-Azhar, Mesir Mahmud Shaltut memberikan ceramah terbuka di masjid ini. Dia terkesan dengan Masjid Agung Kebayoran dan mengusulkan namanya menjadi Masjid Agung Al-Azhar.