MENJELANG tengah malam Pasar Wonokromo, Surabaya, yang sudah sepi mendadak gaduh. Terdengar suara tembakan dan orang-orang yang masih kongkow, berlari ketakutan. Munif, 34, petugas keamanan di situ yang sedang diserang kantuk, tiba-tiba saja berhadapan dengan sesosok tubuh tinggi besar, yang tangan kanannya menggenggam pistol. "Kamu sisa PKI, ya? Keluarkan senjatamu!" orang itu menghardik. Belum sempat ia menyahut, sebuah tendangan telak mendarat di tubuh Munif, disusul getokan gagang pistol di kepala. Masih untung ia tidak ditembak. Lepas menghajar Munif, pria yang seperti sedang kesurupan itu mencari sasaran lain. Pokoknya, malam itu, Selasa pekan lalu itu, siapa saja yang dijumpai berada di seputar pasar bakal kena hajar. Welly, pedagang rombengan yang sedang tidur, langsung ditembak. Untung, meleset dan hanya menyrempet pelipis. Tapi Abdurrahman sungguh sial. Ia tertembak dada kirinya dan langsung tersungkur. Sampai pekan lalu, keadaannya masih kritis. Ia dirawat di bagian Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Dokter Soetomo. Malam itu, tercatat 14 orang menjadi korban -- sebagian besar kena getok gagang pistol di kepala sampai memar dan berdarah sebelum pria yang mengamuk itu bisa diringkus. Pria itu tak lain Warjoko, sersan polisi, yang sedang mudik ke kampungnya. Rumahnya memang tak begitu jauh dari pasar Wonokromo. Kini ia ditahan dan terus ditanyai oleh petugas provost. Kabar selentingan menyebutkan, Warjoko dari Polres Bekasi, Jakarta, itu ingin membalas dendam karena adiknya diperkosa berandalan dari Wonokromo. Pasar itu memang rawan. Banyak penodong atau pencopet berkeliaran di situ. Berita itu dibantah oleh Sadriyah, ibu Warjoko. "Saya tak pernah punya anak yang diperkosa," katanya, saat ditemui TEMPO. Pihak Polda Jawa Timur juga membantah. "Yang benar, dia itu korban broken home, kedua orangtuanya sering bertengkar," kata Letkol Nurkamal, Kaditserse Polda Jawa Timur. Di malam kejadian, Warjoko kemungkinan sedang mabuk. Sebelum mengamuk, ia minum-minum dengan kawan lamanya di sebuah kedai. Dari situ ia menghampiri seorang abang becak. Si abang disuruh duduk di jok dan Warjoko yang mengayuh. Karena kurang hati-hati, becak oleng, dan terguling. Dari situlah mulainya Warjoko mengeluarkan pistol dan mengamuk. Ia bisa dilumpuhkan setelah sejawatnya sesama polisi mengepung rapat. Macam-macam saja, Bung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini