TAK seorang pun sangsi, Alan mati karena dikeroyok. Tapi, oleh siapa? Menurut polisi, pengeroyoknya massa. Itu terjadi suatu dinihari di halaman rumah seorang pedagang ikan, Encus, diJalan Hang Tuah, Gang Selar, Tegal. "Korban, bersama kawannya, kepergok saat hendak membunuh tuan rumah," tutur Letkol Sriyono Kepala Penerangan Polda Jawa Tengah. Tapi keluarga korban berpendapat lain. Mereka menyatakan punya bukti bahwa pengeroyok Alan alias Manahan Siahaan, 27 tak lain polisi sendiri. "Ada saksi yang melihat saat kepala korban dibenturbenturkan ke pintu sel kamar tahanan, dan dihantam dengan gembok besar," seperti dikatakan Luhut Pangaribuan dan Achmad Santosa. Keduanya adalah pengacara dari LBH Jakarta, yang dimintai bantuan hukum oleh A. Marpaung, ipar korban. Perkara ini, agaknya, akan berkepanjangan. Sebagai langkah awal, Luhut dan Achmad mengadukan polisi Tegal, yang dinilai melakukan penahanan atas diri korban tanpa cara yang seharusnya, untuk dipraperadilankan. Pengadilan Negeri Tegal merencanakan, pekan depan akan mulai menyidangkan perkara ini. Alan, yang bertubuh tegap dan berkulit hitam, bukan residivis. Ayahnya Faber Siahaan adalah seorang purnawirawan polisi di Medan, dengan pangkat terakhir letnan satu. Setamat SMA, Alan ke Tegal dan menjadi pedagang. Setiap minggu ia biasa mengirim dua truk bawang merah ke Jakarta. Malam Minggu, 31 Mei lalu, lelaki periang yang masih lajang ini kongko di bar Hotel Karlita, Tegal. Lalu, datanglah Pieter Simbolon, seorang pedagang bawang merah juga, ditemani Tiko, seorang tukang parkir, sahabat Pieter. Pieter ini pernah ribut dengan Encus, si pedagang ikan, gara-gara seorang cewek penghibur. Dan karena Alan kenal baik dengan Encus, Pieter minta bantuan agar urusan di antara mereka berdua diselesaikan. Itulah pasalnya malam itu dua pedagang bawang merah itu bertemu. Singkat kata, Alan bersedia mengantar Pieter, ditemani Tiko dan empat pria lain ke rumah Encus di Jalan Hang Tuah. Saat itu sudah pukul 02.00 dinihari. Tak jelas mengapa mereka memilih waktu yang kurang lazim buat bertamu. Bisa dimaklumi bila adik Encus tak senang menerima mereka di tengah malam itu. Dan Pieter -- kalau tak dicegah -- konon, sudah melayangkan senjata tajam yang dibawanya. Encus waktu itu tampaknya memang tak mungkin ditemui, maka para tamu pun beranjak pergi. Tapi, di saat itulah, Encus tiba-tiba muncul sambil berteriak, "Garong, garong ...!" Sementara yang lain berlari menuju mobil. Alan, yang memang sudah kenal Encus, mencoba menjelaskan maksud kedatangannya. Tapi, bukan pembicaraan yang terjadi. Alan kena pukul. Dan mulai di sinilah dua versi kematian Alan muncul. Versi polisi menyebutkan, setelah Encus berteriak, massa berdatangan dan Alan tanpa ampun diserang beramai-ramai. Dalam keadaan payah, korban dibawa petugas ke Rumah Sakit Kardinah pada pukul 10.00 pagi dan tak lama antaranya ia meninggal. Versi dari keluarga korban lain lagi. Alan memang sempat dihantam Encus. Namun, setelah itu, ia dibawa petugas ke Polsek Tegal Barat dan kemudian dipindahkan ke Polresta Tegal. Itu diketahui oleh Pieter dan Tiko yang setelah angkat kaki dari rumah Encus melapor ke Polresta. Kedua orang ini, pada pukul 04.00, dimasukkan ke dalam kamar tahanan, dan disitulah mereka menyaksikan Alan sudah tak berdaya. Menurut tahanan yang ada di situ, antara lain Maslap, Udin, Ujang, dan Ratmo, Alan dibawa ke sel dengan sedikit luka di tubuh. Lantas, para petugas menambahinya dengan jotosan, membenturkan kepala Alan ke tembok, dan menghantamnya dengan gembok. Alan diputuskan untuk dibawa ke rumah sakit setelah dokter polisi datang memeriksa. Kapolresta Tegal, Letkol I.G.K. Mayun, enggan berkomentar tentang betul tidaknya penganiayaan itu. Sebuah sumber di Subdenpom IV/I-3 menyatakan, ada tujuh oknum polisi yang kini diperiksa. Dan saksi-saksi yang dimintai keterangan, umumnya, membenarkan adanya penganiayaan atas diri Alan. Menurut sumber ini, ada juga saksi yang melihat bahwa korban masih dalam keadaan bugar saat dibawa ke Polsek Tegal Barat. "Massa tak sempat memukuli. Hanya Encus yang sempat menghantam dengan sepotong kayu," kata sumber itu. Encus kini memang ditahan. Tapi Tiko dan Pieter sejak akhir Juli lalu raib, setelah mereka mendapat status tahanan luar. Alan sendiri sudah dikuburkan di Medan. Kuburnya sengaja belum ditembok, jaga-jaga bila suatu saat nanti terpaksa dibongkar untuk diautopsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini