Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Ormas Merajalela karena Dipelihara Negara

Pembentukan ormas yang makin masif berpotensi memicu konflik horizontal. Masing-masing memiliki ego sektoral.

21 Januari 2025 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Situasi usai terjadinya bentrokan antarormas di Jalan BKR Kota Bandung, Jawa Barat, 15 Januari 2025. ANTARA/Rubby Jovan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Bentrokan ormas Pemuda Pancasila dan Grib Jaya menyedot perhatian masyarakat.

  • Pembentukan ormas yang beranggotakan preman sudah terjadi pada masa kolonial.

  • Organisasi para preman sudah lama berperan dalam bidang keamanan.

BENTROKAN antara organisasi masyarakat (ormas) Pemuda Pancasila dan Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya di Blora, Jawa Tengah, serta di Bandung, Jawa Barat, menjadi perhatian publik. Sebab, insiden itu terjadi dalam waktu yang berdekatan dan informasinya beredar secara masif di dunia maya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Blora, bentrokan berawal pada 13 Januari 2025. Puluhan anggota Pemuda Pancasila menggeruduk markas GRIB Jaya yang berada di Kecamatan Ngawen. Saat itu tidak ada perlawanan karena anggota GRIB Jaya yang jumlahnya sedikit memilih menyingkir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bentrokan yang sesungguhnya terjadi sehari kemudian. GRIB Jaya mengerahkan anggotanya. Mereka menyerang Pemuda Pancasila yang berada di Karangjati, Kota Blora, dan di Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora. Sedikitnya 12 orang menderita luka akibat insiden tersebut.

Pada 15 Januari 2025, insiden serupa terjadi di Bandung, melibatkan dua kelompok yang sama. Video tentang bentrokan ini segera viral setelah diunggah ke media sosial.   

Bentrokan yang melibatkan ormas sebenarnya bukan pertama kali terjadi. Nyaris setiap tahun selalu ada saja anggota ormas yang terlibat perselisihan dengan ormas lain yang berujung pada perkelahian massal. Pemicunya beragam. Namun lebih sering karena urusan lahan pekerjaan, misalnya berebut lahan parkir atau pengamanan proyek pembangunan.  

Omas Adu Ganas

Pertikaian antar-organisasi masyarakat bukanlah peristiwa baru di Indonesia. Bentrokan antara Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya dan Pemuda Pancasila di beberapa daerah hanya menambah panjang daftar peristiwa.

12 Januari 2017
Front Pembela Islam dan Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) terlibat bentrokan di depan Kepolisian Daerah Jawa Barat, Kota Bandung. Bentrokan ini meluas hingga ke Bogor, Karawang, Tasikmalaya, dan Ciamis.

21 Mei 2020
Sekelompok pemuda dari Pemuda Pancasila terlibat adu fisik dengan anggota Persaudaraan Setia Hati Terate di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Kelurahan Kranji, Kecamatan Bekasi Barat, Bekasi, Jawa Barat.

26 September 2021
Badan Pembinaan Potensi Keluarga Besar Banten terlibat bentrokan dengan Pemuda Pancasila di Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

19 November 2021
Forum Betawi Rempug terlibat bentrokan dengan Pemuda Pancasila di Ciledug, Kota Tangerang, Banten. Pertikaian ini dipicu oleh perebutan lahan parkir.

24 November 2021
GMBI terlibat bentrokan dengan gabungan ormas di Desa Purwadana, Kecamatan Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

30 Agustus 2024
Perguruan Olahraga Silat Kebatinan Sapu Jagat terlibat bentrokan dengan anggota Pemuda Pancasila di Jalan Raya Bandung-Cianjur, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

14 Januari 2025
GRIB Jaya bentrok dengan Pemuda Pancasila di Kelurahan Karangjati, Kecamatan Blora Kota, serta Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

15 Januari 2025
GRIB Jaya menyerang markas Pemuda Pancasila di Jalan BKR, Kota Bandung.

 

Dosen Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Yanwar Pribadi, mengatakan jumlah organisasi paramiliter di Indonesia belakangan ini memang makin banyak. Akibatnya, di antara mereka terjadi persaingan dan berujung pada konflik horizontal.

Menurut Yanwar, ormas—dalam bentuk organisasi paramiliter—sebenarnya sudah muncul sejak era kolonial Belanda. Kala itu ada istilah vrijman, yang merujuk pada orang-orang bebas yang tidak terikat kontrak kerja di perkebunan atau perusahaan Belanda. Istilah itu kemudian mengalami adaptasi menjadi "preman".

Preman-preman inilah yang kemudian membentuk perkumpulan semacam organisasi untuk mendapat keuntungan dengan memanfaatkan kelemahan keamanan pemerintah kolonial. Perkumpulan ini ada di berbagai daerah. Bahkan, setelah masa kolonial berakhir, perkumpulan ini tetap eksis dan menyesuaikan diri dengan kondisi terbaru. “Pada masa Orde Baru, mereka malah digunakan oleh negara sehingga banyak organisasi preman yang berlindung dengan nama-nama nasionalis,” kata Yanwar. 

Kepolisian Daerah Jawa Barat menetapkan lima tersangka dalam kasus bentrokan antar-organisasi masyarakat yang terjadi pada Rabu, 15 Januari 2025, di markas Pemuda Pancasila, di Mapolrestabes Bandung, Jawa Barat, 17 Januari 2025. ANTARA/Rubby Jovan

Organisasi preman sudah lama berperan dalam bidang keamanan. Keterlibatan mereka makin jelas setelah dilibatkan oleh pemerintah untuk menjaga keamanan pada 1998. “Negara memanfaatkan organisasi preman ini untuk melaksanakan tugas-tugas kotor,” ujar lulusan antropologi politik dari Universitas Leiden itu.

Ketika pemerintah Orde Baru jatuh, situasi keamanan di republik menjadi genting. Pemerintah tidak bisa menahan gejolak di masyarakat yang kadung tidak percaya lagi kepada aparat penegak hukum. Saat itulah pemerintah memanfaatkan organisasi preman untuk meredam gejolak. “Dalam antropologi politik, kadang pemerintah memerlukan konflik untuk memperlihatkan kemampuannya menangani masalah,” tutur Yanwar.

Sekarang, kata Yanwar, pemerintah harus serius menangani organisasi-organisasi preman ini. Sebab, apabila terus dibiarkan, bakal bermunculan organisasi-organisasi serupa yang menimbulkan kerawanan konflik hotizontal. “Cara yang dapat dilakukan adalah memperkecil kekuatan organisasi masyarakat tersebut,” katanya. “Berikan lapangan kerja kepada anggotanya, jangan kasih panggung ormasnya.”  

Menilik sejarah, Pemuda Pancasila pada mulanya bernama Pemuda Patriotik. Organisasi ini menjadi sayap dari Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) untuk menandingi Pemuda Rakyat bentukan Partai Komunis Indonesia.

Adapun IPKI dibentuk pada 1954 oleh mantan Kepala Staf Angkatan Darat, Abdul Haris Nasution. Tujuannya adalah memberikan wadah bagi para mantan pejuang kemerdekaan yang tak jelas nasibnya setelah pengakuan kemerdekaan Indonesia pada 1949.

Loren Ryter, peneliti dari University of Washington, dalam esainya yang berjudul "Pemuda Pancasila: The Last Loyalist Free Men of Suharto's Order?” menulis tentang sejarah lahirnya Pemuda Pancasila. Menurut dia, Pemuda Patriotik berubah menjadi Pemuda Pancasila setelah diresmikan secara formal saat kongres IPKI di Surabaya pada 1961. Organisasi ini secara aktif membantu militer menumpas anggota dan simpatisan PKI, terutama setelah peristiwa 30 September 1965.

Pemuda Pancasila makin besar setelah dipimpin oleh Japto Soerjosoemarno, yang terpilih menjadi ketua umum pada 1981. Japto adalah anak Mayor Jenderal K.P.H. Soetarjo Soerjosoemarno, yang dekat dengan keluarga Soeharto. Japto bahkan tercatat masih sepupu jauh dari Siti Hartinah, istri Soeharto, dari garis keturunan Mangkunegaran.

Anggota GRIB Jaya, Untung Riyanto (memegang surat), didampingi Ketua GRIB Jaya PAC Pancoran Mas Supriyanus (kedua dari kanan) dan anggota GRIB Depok menunjukkan surat laporan ke Polres Metro Depok atas pengeroyokan yang dialaminya saat ditemui di Beji, Depok, Sabtu, 18 Januari 2025. TEMPO/Ricky Juliansyah

Di bawah kepemimpinan Japto, struktur organisasi Pemuda Pancasila dibenahi. Jenjang kepemimpinan bertingkat dan rantai komando disusun rapi. Organisasi ini menjadi loyalis rezim Soeharto. Meski tidak memiliki hubungan formal dengan Golongan Karya (Golkar), yang merupakan mesin politik Soeharto pada era Orde Baru, Pemuda Pancasila konsisten berkampanye dan memobilisasi dukungan untuk partai tersebut sejak Pemilihan Umum 1982.

Sementara itu, GRIB Jaya didirikan pada 2011 oleh Rosario de Marshal atau Hercules. Ia pernah dikenal sebagai preman Tanah Abang.

Hercules dikenal dekat dengan Prabowo Subianto. Mereka bertemu pertama kali ketika terjadi perang saudara di Timor Timur. Hercules memberikan bantuan logistik kepada TNI, khususnya pasukan Kopassus yang dipimpin oleh Prabowo. Hubungan mereka berlanjut hingga sekarang.

GRIB Jaya tidak memiliki hubungan langsung dengan Partai Gerindra, partai politik besutan Prabowo. Dalam pemilihan presiden 2024, Hercules memerintahkan semua anggota GRIB Jaya mendukung Prabowo sebagai presiden.

Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) Muhammad Isnur mengatakan belakangan hampir semua partai politik memiliki ormas sebagai organisasi sayap. Fenomena ini menimbulkan ego sektoral pada tiap ormas. “Mereka merasa punya beking, punya sokongan dari pemerintah, sehingga memberikan peluang bagi mereka berbuat semena-mena,” ucap Isnur.

Selain itu, kata Isnur, situasi kemiskinan di Indonesia turut memberikan andil bagi keberadaan ormas. Sulitnya mencari pekerjaan membuat masyarakat memilih bergantung pada ormas agar bisa mendapatkan mata pencarian. Apalagi pemerintah seolah-olah memfasilitasi ormas untuk menguasai lapak-lapak tertentu agar bisa menarik pungutan. “Jadi di sini problemnya ormas-ormas yang menguasai lapak-lapak itu dibiarkan,” katanya. “Seharusnya aparat tegas, proses pidana, jangan ada toleransi.”  

Alif Ilham Fajriadi berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ade Ridwan Yandwiputra

Ade Ridwan Yandwiputra

Lulusan sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Institut Bisnis dan Informatika Kosgoro 1957. Memulai karir jurnalistik di Tempo sejak 2018 sebagai kontributor. Kini menjadi reporter di desk Hukum dan Kriminal yang menulis isu seputar korupsi, kriminal, dan hukum.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus