SEJUMLAH karung berisi biji ganja, kembali dipergoki di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tapi, kali ini, biji-bijian bukan berasal dari RRC, melainkan dari Negeri Belanda. Jumlahnya 200 kilogram dan, yang lainnya tercampur dalam belasan karung lain berisi makanan burung. Yang mengimpor biji-bijian itu, Ajun, Direktur CV Laksa, sejak dua pekan lalu ditahan polisi. Kini ia terus diperiksa secara intensif oleh Mabes Polri. Biji ganja asal Amsterdam itu diketahui secara tak sengaja. Setelah diturunkan dari kapal Hol Satia V milik perusahaan pelayaran Samudera Indonesia, Desember lalu, karung-karung itu ditaruh dalam gudang 303. Karung rupanya ada yang bocor, hingga isinya tercecer keluar. Petugas, menurut Letkol Wagiman, Kepala KP3, lantas teringat biji-bijian serupa yang diimpor Bulog, yang setelah diperiksa ternyata biji ganja. Wagiman mengirimkan contoh bijian milik Ajun itu ke Labkrim Mabes Polri. Pengetesan menunjukkan, "Bijian itu positif biji ganja," katanya. Karena itu, ia memerintahkan agar Ajun, 45, ditangkap. Undang-undang (UU No. 9/1976) tentang narkotik, memang, melarang orang mengimpor baik daun, batang, maupun biji ganja. Pada akhir 1984, Bulog memang mengimpor 8 ribu karung lebih bungkil kedelai makanan ternak, yang ketika diperiksa ternyata terdapat beberapa karung berisi biji ganja. Jumlahnya mencapai sekitar satu ton. Tiga bulan kemudian, bijian serupa dijumpai di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Bijian terselip di antara bijian bunga matahari yang diimpor PT Charoen Pokhand Indonesia Animal Feedmill Co. Ltd. Pihak IPB Bogor, yang dimintai bantuan untuk meneliti, memastikan bahwa biji ganja itu mampu hidup dan beradaptasi dengan lingkungan Indonesia. Kesimpulan itu sama dengan yang dibuat US Department of Justice Drug Enforcement Administration (DEA), yang turut dimintai bantuan Polri (TEMPO, 18 Mei 1985). Polisi, ketika itu, tak melakukan penangkapan atau penahanan terhadap orang-orang yang diduga berperan dalam penyelundupan biji ganja itu. Sebab, berdasarkan referensi yang dikirim DEA, biji ganja memang biasa dijadikan campuran makanan ternak. Juga bisa digunakan sebagai pupuk, bahan cat, dan pernis. Dalam dokumen barang, memang, jelas disebut bahwa bijian yang diimpor lewat Hong Kong itu makanan ternak. Ajun, agaknya, ditahan karena dalam dokumen barang jelas disebutkan bahwa salah satu jenis bijian yang diimpornya adalah Cannabis seed alias biji ganja. CV Laksa, yang dipimpinnya, sudah tiga kali ini mengimpor makanan burung. Sebagian untuk dijual dan sebagian lagi untuk dipakai sendiri. Ajun mengaku bahwa sejak beberapa waktu lalu ia sudah menjadi penggemar burung. Saat ini ia memiliki sekitar 500 burung, antara lain kenari, poksai, dan perkutut, yang dikembangbiakkan dan diperjualbelikan. Menurut Ajun, dalam pesanan ia hanya menyebut bahwa ia memesan makanan burung. "Jenis makanan apa yang diberikan, ditentukan oleh pihak sana," katanya. Dengan kata lain, ia merasa tak pernah secara langsung memesan Cannabis seed. Mayor Gordon Siadari, Wakil Kadis Krimtiksila Polda Jakarta, berkesimpulan bahwa Ajun mungkin tak bermaksud mengimpor biji ganja. "Kalau dia mau menyelundupkan barang berbahaya, mengapa dalam dokumen ditulis jelas-jelas cannabis? Janggal kalau ada orang yang mau menyodorkan diri untuk ditahan," katanya. Ternyata pula, kata-Gordon, biji ganja memang biasa dijual sebagai makanan burung. Harganya cukup murah, Rp 2.500 - Rp 7.000 sekilo. Dugaan Gordon, di Amsterdam bisa jadi ganja yang ditanam adalah ganja yang menghasilkan biji. Sebaliknya, jenis ganja Aceh, yang rimbun daunnya, bijinya sedikit sekali. Biji ganja impor, menurut Gordon, kecil kemungkinan untuk ditanam. Dari 100 gram yang dicoba ditanam pihak IPB, hanya sebutir yang bisa tumbuh menjadi tanaman lengkap - terdiri dari batang, daun, dan bunga. Di kalangan pecandu narkotik, biji ganja juga tidak biasa dipakai, karena tak bisa membuat fly. Meski sulit tumbuh, tak berarti biji ganja asing itu boleh dibiarkan tercecer ke mana-mana. Lagi pula, UU No. 9/1976 menyebut bahwa yang tak boleh diedarkan bukan hanya daun dan batangnya, tapi juga bijinya. Sur Laporan Bunga S. (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini