Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

BNPT Sebut Jaringan Teroris Indonesia Tidak Berhubungan Langsung dengan Taliban

Jaringan teroris seperti Jamaah Islamiyah justru yang berhubungan dengan Al Qaeda

28 Agustus 2021 | 23.00 WIB

Narapidana tindak pidana teorisme mengucap ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Aula Sahardjo, Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis 15 April 2021. Sebanyak 34 narapidana tindak pidana terorisme mengikuti ikrar setia kepada NKRI sebagai bentuk implementasi hasil akhir program deradikalisasi serta pengikat tekad dan semangat untuk menegaskan bersedia kembali membangun kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI. ANTARA FOTO/Humas Kemenkumham
Perbesar
Narapidana tindak pidana teorisme mengucap ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Aula Sahardjo, Lapas Narkotika Kelas IIA Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis 15 April 2021. Sebanyak 34 narapidana tindak pidana terorisme mengikuti ikrar setia kepada NKRI sebagai bentuk implementasi hasil akhir program deradikalisasi serta pengikat tekad dan semangat untuk menegaskan bersedia kembali membangun kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI. ANTARA FOTO/Humas Kemenkumham

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi II Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Brigadir Jenderal Edy Hartono mengatakan bahwa jaringan teroris di Indonesia tidak berhubungan langsung dengan Taliban.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami banyak masukan dari mereka yang alumni (foreign fighters) Afghanistan, secara jaringan tidak ada hubungan langsung dengan Taliban,” ujar Edy dalam diskusi Taliban Berkuasa: Menakar Dampak Bagi Indonesia, Sabtu, 28 Agustus 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Edy mengatakan, jaringan teroris seperti Jamaah Islamiyah justru yang berhubungan dengan Al Qaeda. Kelompok JI yang menjadi foreign fighters memang pernah berperang melawan Soviet atas nama Mujahidin Afghanistan. Saat itu, Taliban mengajak kelompok Mujahidin untuk memerangi Soviet. Namun, karena Mujahidin tidak menggubris, Taliban justru mengancam akan memerangi siapapun.

Kemenangan Taliban menguasai Afghanistan, kata Edy, sebetulnya tidak membawa dampak langsung. Namun, momentum tersebut saat ini dipakai sebagai sarana propaganda untuk menstimulus dan memframing jaringan terorisme. “Kemenangan Taliban menjadi momen kebangkitan dengan narasi atas nama agama,” ujarnya.

Selain itu, Edy mengungkapkan ada kekhawatiran peristiwa kemenangan Taliban menjadi inspirasi kelompok radikal terorisme yang menganggap pemerintah tagut untuk mengambil alih kekuasaan.

Untuk mengantisipasi hal itu, Edy menegaskan bahwa BNPT terus membangun narasi kebangsaan, kebhinekaan, dan Pancasila agar tidak kalah dengan konten radikal terorisme. “Ini yang terus kita antisipasi ke depan,” kata dia.

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus