Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Cerita Mantan Pekerja Sirkus OCI yang Dipaksa Makan Kotoran Hewan dan Dipisahkan dari Anaknya

Mantan Pekerja Sirkus OCI mengaku sempat dipaksa memakan kotoran hewan hingga dipisahkan dari Anaknya.

21 April 2025 | 08.28 WIB

Perwakilan korban eksploitasi oleh pemilik Oriental Circus Indonesia (OCI) dan Taman Safari Indonesia (TSI) berdialog dengan Wakil Menteri Hak Asasi Manusia (HAM), Mugiyanto, di kantor Kementerian HAM, Jakarta Selatan, Selasa, 15 April 2025. TEMPO/Nabiila Azzahra A.
Perbesar
Perwakilan korban eksploitasi oleh pemilik Oriental Circus Indonesia (OCI) dan Taman Safari Indonesia (TSI) berdialog dengan Wakil Menteri Hak Asasi Manusia (HAM), Mugiyanto, di kantor Kementerian HAM, Jakarta Selatan, Selasa, 15 April 2025. TEMPO/Nabiila Azzahra A.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Para mantan pekerja Oriental Circus Indonesia (OCI) kembali menuntut keadilan beberapa dekade. Mereka mengaku mengalami eksploitasi sejak 1970-an.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Salah satunya adalah perempuan bernama Meliliana Damayanti. Ia mengaku pernah dijejali kotoran hewan, dirantai, hingga dipisahkan dari anak kandungnya oleh pemilik dan pengelola OCI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perempuan yang akrab disapa Butet itu mengaku tak pernah mengetahui siapa orang tua aslinya karena sejak kecil telah diambil oleh keluarga pemilik OCI dari orang tuanya sejak 1975. Oleh keluarga itu, dia mendapat nama Butet. Hingga kini dia pun tak pernah mengetahui siapa nama asli pemberian orang tuanya.

“Saya juga nggak tahu jelas berapa usia saya. Jadi mereka (OCI) tidak memberikan identitas buat saya,” ujar Butet saat menemui perwakilan Kementerian Hak Asasi Manusia di Jakarta Selatan, Selasa, 15 April lalu.
 
Ia dan tujuh orang mantan pekerja sirkus OCI lainnya sedang berupaya memperjuangkan kasus mereka. Delapan orang perempuan itu telah melapor ke Komnas HAM, Komnas Perempuan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak (PPPA), hingga Kementerian HAM. Mereka juga akan membawa cerita mereka ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
 
Butet mengaku beberapa kali mendapat perlakuan tidak manusiawi saat menjadi pemain sirkus cilik di sana. Dia mengaku sempat dipaksa memakan kotoran hewan karena mencuri daging empal ketika berusia 10 tahun. 
 
“Itu saya dijejali tahi gajah. Pokoknya mereka (memperlakukan saya) tidak manusiawi sama sekali,” katanya.
 
Butet juga bercerita pernah mengalami pemukulan dan dirantai kakinya oleh keluarga pemilik OCI. Menurut pengakuannya, ia tidak pernah merasakan kasih sayang di sana dan tak pernah mendapat pendidikan formal. 

Sebelum meninggalkan OCI, Butet mengaku sempat berhubungan dengan seorang karyawan di sana. Hubungan antara pemain sirkus dan karyawan, kata dia, melanggar aturan OCI. Oleh karena itu, menurutnya, ia dirantai sebagai hukuman.
 
“Pada saat itu saya sekitar umur 17 tahunan. Dirantai sampai buang air saja kesulitan. Saya dibantu teman-teman saya,” ujarnya. “Pakai rantai gajah yang besar itu.”
 
Butet akhirnya meninggalkan OCI pada 1994. Ia pergi setelah melahirkan seorang anak perempuan di sana. Saat hamil besar sekitar delapan bulan dan setelah melahirkan, ia menyatakan dipaksa beratraksi di panggung sirkus. “Sampai saya tidak menyusui sama sekali,” katanya.
 
Ketika anaknya lahir, ia mengaku pihak OCI memisahkan mereka. Butet lanjut berlatih sirkus, sementara anaknya dibawa ke kediaman pemilik OCI di Pondok Indah. Cerita versi OCI adalah, ibu dan anak tersebut dipisahkan karena anak kecil tidak bisa dibawa ke lingkungan sirkus hingga cukup umur. Saat Butet meninggalkan OCI, anaknya tetap tinggal di sana.
  
Saat melakukan audiensi di Kementerian HAM, duduk di sebelah Butet adalah seorang perempuan berusia kurang lebih 34 atau 35 tahun. Ia adalah Debora “Debby” Suwandi, putri Butet yang ia tinggalkan di OCI. Sama seperti ibunya, Debby tumbuh besar dilatih sebagai pemain sirkus.
 
“Ini anak saya. Saat usia (dia) 16 tahun, saya baru ketemu,” ucap Butet di hadapan para perwakilan Kementerian HAM. “Dia tidak mengenal saya. Dia memanggil saya tante.”

Komisaris Taman Safari Indonesia sekaligus anak pendiri OCI, Hadi Manansang, membantah keluarganya pernah melakukan kekerasan terhadap para pemain sirkus itu. Menurut dia,  para pemain sesekali dipukul menggunakan rotan sebagai bentuk “pendisiplinan”. Ia juga mengiakan anak-anak pemain sirkus tidak pernah diberi upah, hanya uang saku.

Masalah pendidikan formal, Tony Sumampau, pihaknya mengirimkan beberapa pemain sirkus cilik ke bangku sekolah formal, namun Butet bukan salah satunya. Tony mengatakan hal itu karena Butet sudah terlebih dulu berhenti sebagai pemain sirkus di sana.

“Ya, kan sudah keluar, jadi nggak bisa (disekolahkan),” kata Tony kepada awak media pada Kamis, 17 April 2025. Perwakilan Taman Safari dan OCI mengundang sejumlah media untuk menyampaikan cerita dari sisi mereka. Pertemuan itu terjadi dua hari setelah para korban OCI menyambangi Kementerian HAM. 

Nabiila Azzahra

Alumnus Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini menjadi reporter Tempo sejak 2023 dengan liputan isu internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus