Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Detasemen Khusus atau Densus 88 Anti Teror menyatakan bahwa tersangka teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang ditangkap Senin lalu mempunyai misi mendirikan negara daulah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru Bicara Densus 88, Komisaris Besar Aswin Siregar mengatakan, jaringan teroris JAD yang ada saat ini masih sama dengan JAD yang pernah dibubarkan pada 2018. Baik dari ideologi maupun misi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Motif secara umum sama, ingin menegakkan negara daulah, dengan ISIS sebagai patron pergerakan," ujar Aswin Siregar kepada Tempo melalui aplikasi perpesanan, Kamis, 7 November 2024.
Aswin juga menuturkan bahwa Kepolisian masih terus melakukan penyelidikan terhadap tiga tersangka yang sudah ditangkap. Penyelidikan termasuk untuk mengungkap di balik kemunculan kembali jaringan JAD ini.
JAD merupakan kelompok yang didirikan oleh terpidana terorisme Aman Abdurrahman di Batu, Jawa Timur, pada 2015. JAD memiliki ideologi Salafi-Jihadi dan berafiliasi dengan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah). Kelompok ini dilaporkan bertanggung jawab terhadap pengeboman Surabaya 2018 dan pengeboman Makassar 2021.
"Jamaah Ansharut Daulah, sesuai dengan keputusan pengadilan, sudah ditetapkan sebagai kelompok teror. Hendaknya masyarakat peka dan tidak berhubungan dengan kelompok tersebut," tulis Densus 88 dalam keterangan tertulis, Selasa, 5 November 2024
Sebelumnya, Polisi telah menangkap tiga tersangka diduga teroris, yaitu BI, SQ, dan ST, di lokasi berbeda di wilayah Jawa Tengah pada Senin 4 November 2024. Aswin menyampaikan bahwa jumlah tersangka ini kemungkinan akan terus bertambah. "Sedang didalami oleh penyidik, tidak menutup kemungkinan (bertambah) dari perkembangan penyidikan nanti," ucapnya pada Rabu, 6 November 2024.