BIARPUN makan rumput, saya tak mau pisah dengan Heri," ungkap
Agnes Indraningrum yang sehari-hari dipanggil Ninung. Kalimat
itu, Januari lalu terpatri dalam suratnya kepada Djajus Sugito
--ayahanda Heriyanto. Dan Heri yang kasmaran, sering pula
melontarkan pada teman-temannya: "Biar langit runtuh, aku
bertekad menikah dengan Ninung. Jika aku harus mati Ninung pun
harus.
Pasangan ini bercinta sejak di kelas II SMA Kristen Salatiga.
Mereka sekelas dan selalu berboncengan berdua. Menurut Nyonya
Amin Suyitno, wakil Kepala SMA itu, Heri pendiam. "Tapi bergaul.
Dan mereka tak pernah bikin onar," nyonya ini berkisah mengenai
bekas dua muridnya itu. Ketika di SMA keduanya juga aktivis
OSIS, dan pandai. Yang beda: Heriyanto dari keluarga sederhana
beragama Islam. Ninung, Katolik, anak orang kaya. Dan mau masuk
Islam.
Setelah di Yogya, walau intim, menurut ibukos Heri, "mereka
belum menempuh hidup bersama." Sepakat memilih kompleks di
bilangan Colombo, namun pemondokan terpisah. Cuma, kunci kamar
Heri tetap sebuah pada Ninung. Cewek ini selalu di pemondokan
Heri dan rajin mencuci pakaian kekasihnya.
Djajus mengaku tak mengekang putranya bercinta. Heri anak
pertama dari 2 bersaudara. Pernah dipancing dengan sebuah Vespa
agar mau kawin dengan seorang gadis yang naksir pemuda ini,
ditolaknya. "Heri tak mau pisah dengan Ninung. Saya repot.
Ninung anak orang kaya," kata Djajus.
Nyonya Kristina Sunarti, ibu Ninung, Januari lalu ke Yogya.
Gadis manis itu dijumpainya di pemondokan Heri. Sang ibu marah,
dan memaksa anaknya pulang ke Bedono. Ninung tahu bahwa dia mau
dinikahkan dengan calon dokter pilihan orang tua. Sejak si ibu
datang ke Yogya itulah Ninung "memberontak".
Di mana sekarang pasangan remaja ini? Konon, mereka sering
pindah-pindab. Diduga masih di Yogya. Dan disembunyikan
teman-teman mereka sebagai ikut bersolidaritas.
Djajus dan istrinya (sehari-hari jualan di warung) yang kini
mulai bisa makan setelah didera 21 hari, bingung. Mereka
harapkan Heri dan Ninung segera pulang dan jangan sembunyi.
Utusan Tjipto Martoyo juga sudah menjumpai Djajus.
Akhirnya Tjipto sekeluarga menyerah juga, dan setuju Ninung
berumah tangga dengan Heri. "Uang perdamaian dan penyesalan" Rp
15 juta disodorkan Tjipto kepada Djajus. Ditolak. Ayah Ninung
juga menawarkan janji, kalau Heri kawin dengan putrinya itu, dia
akan diberi hak mengurus restoran Eva di Bedono. Djajus dan
Musyayaroh tak keberatan putranya menikah dengan kekasihnya itu.
Tapi, di manakah kau, Heri-Ninung?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini