Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Di manakah kau, Heri-Ninung ?

Pasangan remaja Heriyanto dan Agnes Indra Ningrum bercinta sejak di kelas II SMA Kristen Salatiga. keduanya selalu bersama-sama. tetapi orang tua agnes tidak menyetujui. keduanya lalu kabur. (krim)

10 April 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BIARPUN makan rumput, saya tak mau pisah dengan Heri," ungkap Agnes Indraningrum yang sehari-hari dipanggil Ninung. Kalimat itu, Januari lalu terpatri dalam suratnya kepada Djajus Sugito --ayahanda Heriyanto. Dan Heri yang kasmaran, sering pula melontarkan pada teman-temannya: "Biar langit runtuh, aku bertekad menikah dengan Ninung. Jika aku harus mati Ninung pun harus. Pasangan ini bercinta sejak di kelas II SMA Kristen Salatiga. Mereka sekelas dan selalu berboncengan berdua. Menurut Nyonya Amin Suyitno, wakil Kepala SMA itu, Heri pendiam. "Tapi bergaul. Dan mereka tak pernah bikin onar," nyonya ini berkisah mengenai bekas dua muridnya itu. Ketika di SMA keduanya juga aktivis OSIS, dan pandai. Yang beda: Heriyanto dari keluarga sederhana beragama Islam. Ninung, Katolik, anak orang kaya. Dan mau masuk Islam. Setelah di Yogya, walau intim, menurut ibukos Heri, "mereka belum menempuh hidup bersama." Sepakat memilih kompleks di bilangan Colombo, namun pemondokan terpisah. Cuma, kunci kamar Heri tetap sebuah pada Ninung. Cewek ini selalu di pemondokan Heri dan rajin mencuci pakaian kekasihnya. Djajus mengaku tak mengekang putranya bercinta. Heri anak pertama dari 2 bersaudara. Pernah dipancing dengan sebuah Vespa agar mau kawin dengan seorang gadis yang naksir pemuda ini, ditolaknya. "Heri tak mau pisah dengan Ninung. Saya repot. Ninung anak orang kaya," kata Djajus. Nyonya Kristina Sunarti, ibu Ninung, Januari lalu ke Yogya. Gadis manis itu dijumpainya di pemondokan Heri. Sang ibu marah, dan memaksa anaknya pulang ke Bedono. Ninung tahu bahwa dia mau dinikahkan dengan calon dokter pilihan orang tua. Sejak si ibu datang ke Yogya itulah Ninung "memberontak". Di mana sekarang pasangan remaja ini? Konon, mereka sering pindah-pindab. Diduga masih di Yogya. Dan disembunyikan teman-teman mereka sebagai ikut bersolidaritas. Djajus dan istrinya (sehari-hari jualan di warung) yang kini mulai bisa makan setelah didera 21 hari, bingung. Mereka harapkan Heri dan Ninung segera pulang dan jangan sembunyi. Utusan Tjipto Martoyo juga sudah menjumpai Djajus. Akhirnya Tjipto sekeluarga menyerah juga, dan setuju Ninung berumah tangga dengan Heri. "Uang perdamaian dan penyesalan" Rp 15 juta disodorkan Tjipto kepada Djajus. Ditolak. Ayah Ninung juga menawarkan janji, kalau Heri kawin dengan putrinya itu, dia akan diberi hak mengurus restoran Eva di Bedono. Djajus dan Musyayaroh tak keberatan putranya menikah dengan kekasihnya itu. Tapi, di manakah kau, Heri-Ninung?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus