Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Penyanderaan sadis di bedono

Kepala kantor kecamatan luar salatiga, djajus sugito dan istrinya musyayaroh disandera dan disiksa oleh keluarga tjipto. gara-gara tak menyetujui anaknya main cinta dengan anak djajus. (krim)

10 April 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TJIPTO Martoyo, 60 tahun, 25 Maret lalu ditangkap polisi. Kadapol IX/Ja-Teng, Mayjen J.F.R. Montolalu memimpin penangkapan itu. Tjipto dan keluarganya dituduh terlibat menyandra Djajus Sugito dan istrinya, Musyayaroh. Djajus, 44 tahun, kepala kantor Kecamatan Luar Kota Salatiga dan istrinya yang berusia 38 tahun sejak 28 Februari lenyap dari rumah mereka. Kejadian ini mengundang geger bagi tetangga dan rekan Djajus. Rekan sekerjanya, Sumadi, pada 16 Maret memberanikan diri melaporkan menghilangnya suami istri tersebut ke Kodak IX di Semarang. Empat hari kemudian polisi di Kores 932 Salatiga bergerak. Tapi hasilnya nihil. Rumah tempat Djajus dan istrinya disekap belum dijumpai. Esoknya, laki bini itu muncul di rumah mereka dalam keadaan lunglai. Istri Djajus sempat pingsan. Selama ini mereka dibawa "bertamasya" setelah beberapa hari disekap di Bedono, di kawasan Tjipto menetap. Bajingan Bedono Suami istri tersebut dibawa berkeliling ke Bantul sembari mata mereka ditutup. Lalu ke Temanggung, Kudus, Semarang, dan kembali lagi ke Bedono. "Pengawal" Tjipto, di Bedono, menghajar laki bini itu di sebuah kamar yang gelap gulita. Mata Djajus disulut api rokok -- hingga kini yang sebelah kanan tak bisa lagi melihat. Mereka lima hari dalam ruangan celaka itu. "Di dalam ruangan ini antara saya dengan istri tidak bisa saling menatap. Yang terdengar adalah rintih," ungkap Djajus. Dia dihantam dengan gagang pistol. Tulang iganya kini terasa bertumpuk dan tulang belakangnya retak. Sebelum kembali dari "bertamasya paksa" dari Bedono tadi, pada dinihari 21 Februari, datang tiga orang menggedor rumah dan membangunkan mereka. Dua oknum berseragam CPM dan polisi. Dan seorang lagi adalah Lurah Bedono, Bambang Sulistyo. Pak lurah yang berusia 31 tahun adalah anak Tjipto sendiri, membentak: "Ninung dan Heriyanto sudah lama menghilang dari Yogya." Berita ngeri itu terdengar di kuping Djajus dan istrinya bernada ancaman. Heriyanto, 21 tahun, putra Djajus, sejak di SMA Kristen Salatiga berpacaran dengan Ninung -- putri Pak Tjipto. Hubungan asmara makin mengental setelah mereka kuliah di Yogya pada 1981. Heriyanto kuliah di Akademi Perindustrian dan Ninung yang nama aslinya Agnes Indraningrum (20 tahun) belajar di FH Atmajaya Yogya. Tapi keluarga Tjipto tak setuju anaknya bermain cinta dengan si putra Djajus -- konon, Ninung sudah dicarikan bakal suaminya seorang calon dokter. Kapan pasangan remaja itu menghilang dari Yogya tak ada yang tahu persis. (lihat box ) . Digeluti pusing tujuh keliling mencari Heriyanto dan dituduh berkomplot dengan anaknya menyembunyikan Ninung, pada 28 Februari Djajus melapor ke Kodim Salatiga. Maklum. Tjipto selain orang kaya, di daerahnya dikenal sebagai tokoh masyarakat, kabarnya "banyak kaki tangan". Ada saran dari Kodim sana: "Jumpai saja Pak Tjipto. Dia baik dan bekas pejuang." Sore itu juga Djajus dan istrinya "menghadap" Tjipto. Tapi sambutan Tjipto justru bagai petir di siang bolong kedengaran di telinga suami istri itu. "Pernah dengar nama Tjipto bajingan Bedono? Yang di hadapanmu inilah orangnya! ' hardik Tjipto. Dan tangannya pun melayang ke muka Djajus. Laki bini itu dipermak dari pukul 5 sore sampai pukul 8 malam. Istrinya kebagian tendangan, selain dipukuli hingga pukul 23.00. Sejak itulah, selama 21 hari, mereka tidak pulang ke Salatiga. Memang tak tahu di mana Heriyanto dan Ninung, Djajus dan Musyayaroh, kendati disiksa, tetap bertahan tak mengaku. Tjipto patah arang. Rachmad, seorang anak buahnya diberi tugas memberesi laki bini ini. "Mereka pencuri. Gilas dengan mobil dan buang ke dalam hutan," perintah Tjipto pada Rachmad. Djajus dan istrinya yang fisik mereka sudah lemah itu dibawa dengan mobil ke suatu tempat. Malam hari Djajus tidak ingat lagi di mana. Tapi Rachmad tak sampai hati menggilaskan mobilnya ke tubuh suami istri itu. Dia mau mencekik saja. Djajus merintih "Saya bukan pencuri." Kepada Rachmad lalu diceritakannya kenapa mereka disekap Tjipto. Rencana pembunuhan tertunda. Rachmad melapor kepada boss-nya dengan alasan besok ada upacara perkawinan keluarganya. Ia minta KTP dan ikat pinggang Djajus. Sebelum menghilang, sampai sekarang, Rachmad menjumpai keluarga Djajus di Salatiga sembari membawa barang bukti itu. Dari cerita anak buah Tjipto yang membelot itulah diketahui di mana suami istri itu disekap. Polisi dan camat Salatiga sempat "menghadap" Tjipto untuk membebaskan dua sandera tadi. "Pulang saja. Semua sudah beres dengan atasan saudara-saudara," kata Tjipto seperti dikisahkan sumber di Kodak IX kepada TEMPO. Karena tak ada yang berani menindak perbuatan Tjipto, terpaksa Montolalu memimpin sendiri menggebrak orang yang menganggap dirinya hebat itu. Selain Tjipto, yang ditahan sekarang adalah istrinya, Kristina Sunarti, 55 tahun, dua anaknya, Budi Hartono, 24 tahun, dan Darmawan, 23 tahun. Bambang Sulistyo yang lurah, dibebaskan sementara untuk kepentingan pemilu. Scbuah sedan dan mobil pick-up ditahan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus