TJIPTO Martoyo, 60 tahun, 25 Maret lalu ditangkap polisi.
Kadapol IX/Ja-Teng, Mayjen J.F.R. Montolalu memimpin penangkapan
itu. Tjipto dan keluarganya dituduh terlibat menyandra Djajus
Sugito dan istrinya, Musyayaroh.
Djajus, 44 tahun, kepala kantor Kecamatan Luar Kota Salatiga dan
istrinya yang berusia 38 tahun sejak 28 Februari lenyap dari
rumah mereka. Kejadian ini mengundang geger bagi tetangga dan
rekan Djajus.
Rekan sekerjanya, Sumadi, pada 16 Maret memberanikan diri
melaporkan menghilangnya suami istri tersebut ke Kodak IX di
Semarang. Empat hari kemudian polisi di Kores 932 Salatiga
bergerak. Tapi hasilnya nihil. Rumah tempat Djajus dan istrinya
disekap belum dijumpai.
Esoknya, laki bini itu muncul di rumah mereka dalam keadaan
lunglai. Istri Djajus sempat pingsan. Selama ini mereka dibawa
"bertamasya" setelah beberapa hari disekap di Bedono, di kawasan
Tjipto menetap.
Bajingan Bedono
Suami istri tersebut dibawa berkeliling ke Bantul sembari mata
mereka ditutup. Lalu ke Temanggung, Kudus, Semarang, dan kembali
lagi ke Bedono.
"Pengawal" Tjipto, di Bedono, menghajar laki bini itu di sebuah
kamar yang gelap gulita. Mata Djajus disulut api rokok -- hingga
kini yang sebelah kanan tak bisa lagi melihat. Mereka lima hari
dalam ruangan celaka itu. "Di dalam ruangan ini antara saya
dengan istri tidak bisa saling menatap. Yang terdengar adalah
rintih," ungkap Djajus. Dia dihantam dengan gagang pistol.
Tulang iganya kini terasa bertumpuk dan tulang belakangnya
retak.
Sebelum kembali dari "bertamasya paksa" dari Bedono tadi, pada
dinihari 21 Februari, datang tiga orang menggedor rumah dan
membangunkan mereka. Dua oknum berseragam CPM dan polisi. Dan
seorang lagi adalah Lurah Bedono, Bambang Sulistyo. Pak lurah
yang berusia 31 tahun adalah anak Tjipto sendiri, membentak:
"Ninung dan Heriyanto sudah lama menghilang dari Yogya."
Berita ngeri itu terdengar di kuping Djajus dan istrinya bernada
ancaman. Heriyanto, 21 tahun, putra Djajus, sejak di SMA Kristen
Salatiga berpacaran dengan Ninung -- putri Pak Tjipto.
Hubungan asmara makin mengental setelah mereka kuliah di Yogya
pada 1981. Heriyanto kuliah di Akademi Perindustrian dan Ninung
yang nama aslinya Agnes Indraningrum (20 tahun) belajar di FH
Atmajaya Yogya. Tapi keluarga Tjipto tak setuju anaknya bermain
cinta dengan si putra Djajus -- konon, Ninung sudah dicarikan
bakal suaminya seorang calon dokter. Kapan pasangan remaja itu
menghilang dari Yogya tak ada yang tahu persis. (lihat box ) .
Digeluti pusing tujuh keliling mencari Heriyanto dan dituduh
berkomplot dengan anaknya menyembunyikan Ninung, pada 28
Februari Djajus melapor ke Kodim Salatiga. Maklum. Tjipto selain
orang kaya, di daerahnya dikenal sebagai tokoh masyarakat,
kabarnya "banyak kaki tangan". Ada saran dari Kodim sana:
"Jumpai saja Pak Tjipto. Dia baik dan bekas pejuang."
Sore itu juga Djajus dan istrinya "menghadap" Tjipto. Tapi
sambutan Tjipto justru bagai petir di siang bolong kedengaran di
telinga suami istri itu. "Pernah dengar nama Tjipto bajingan
Bedono? Yang di hadapanmu inilah orangnya! ' hardik Tjipto. Dan
tangannya pun melayang ke muka Djajus.
Laki bini itu dipermak dari pukul 5 sore sampai pukul 8 malam.
Istrinya kebagian tendangan, selain dipukuli hingga pukul
23.00. Sejak itulah, selama 21 hari, mereka tidak pulang ke
Salatiga.
Memang tak tahu di mana Heriyanto dan Ninung, Djajus dan
Musyayaroh, kendati disiksa, tetap bertahan tak mengaku. Tjipto
patah arang. Rachmad, seorang anak buahnya diberi tugas
memberesi laki bini ini. "Mereka pencuri. Gilas dengan mobil dan
buang ke dalam hutan," perintah Tjipto pada Rachmad.
Djajus dan istrinya yang fisik mereka sudah lemah itu dibawa
dengan mobil ke suatu tempat. Malam hari Djajus tidak ingat lagi
di mana. Tapi Rachmad tak sampai hati menggilaskan mobilnya ke
tubuh suami istri itu. Dia mau mencekik saja. Djajus merintih
"Saya bukan pencuri." Kepada Rachmad lalu diceritakannya kenapa
mereka disekap Tjipto.
Rencana pembunuhan tertunda. Rachmad melapor kepada boss-nya
dengan alasan besok ada upacara perkawinan keluarganya. Ia minta
KTP dan ikat pinggang Djajus. Sebelum menghilang, sampai
sekarang, Rachmad menjumpai keluarga Djajus di Salatiga sembari
membawa barang bukti itu. Dari cerita anak buah Tjipto yang
membelot itulah diketahui di mana suami istri itu disekap.
Polisi dan camat Salatiga sempat "menghadap" Tjipto untuk
membebaskan dua sandera tadi. "Pulang saja. Semua sudah beres
dengan atasan saudara-saudara," kata Tjipto seperti dikisahkan
sumber di Kodak IX kepada TEMPO.
Karena tak ada yang berani menindak perbuatan Tjipto, terpaksa
Montolalu memimpin sendiri menggebrak orang yang menganggap
dirinya hebat itu. Selain Tjipto, yang ditahan sekarang adalah
istrinya, Kristina Sunarti, 55 tahun, dua anaknya, Budi Hartono,
24 tahun, dan Darmawan, 23 tahun. Bambang Sulistyo yang lurah,
dibebaskan sementara untuk kepentingan pemilu. Scbuah sedan dan
mobil pick-up ditahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini