Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, mengatakan identitas orang Minang adalah pedagang, bukan penambang. Profesi sebagai pedagang sebagai ciri orang Minang jauh lebih terhormat dibanding profesi sebagai penambang. Apalagi penambang liar yang bukan saja merusak alam, tetapi juga profesi yang merugikan. Bukan saja merugikan secara ekonomi, tapi juga secara sosial.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Orang Minang itu pedagang, bukan penambang,” kata Doni saat memberi kuliah umum di hadapan sekitar 400-an mahasiswa Indonesia Art Institute of Padang Panjang atau ISI Padang Panjang di Gedung Pertunjukan Huriah Adam pada Jumat, 21 Oktober 2022. Hal itu disampaikan mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tersebut karena kerisauannya soal kerusakan lingkungan di Sumatera Barat (Sumbar)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain kental dengan citra seniman, kata dia, Sumbar juga dikenal banyak melahirkan tokoh-tokoh politik dan ekonomi. Stigma orang Minang pandai berdagang adalah stigma yang melekat secara turun-temurun. Bagi Doni, kemampuan berdagang orang Minang harus dikembangkan agar makin banyak melahirkan para entrepreneur. Menurut dia, semakin banyak pengusaha, semakin makmur sebuah daerah atau bangsa.
Kerisauan Doni Monardo tentang kerusakan alam di Sumbar sudah lama dirasakanya. Pria berdarah Minang ini melihat banyak kerusakan di Sumbar. Kerusakan tersebut terutama akibat penambangan. Sekalipun banyak penambang liar ditindak oleh aparat keamanan, faktanya, keberadaan mereka masih marak di lapangan.
Dia makin risau ketika mendapat amanat Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk memimpin Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada 2019 hingga 2021. Dalam berbagai kunjungan terkait kebencanaan ke Sumbar, Doni Monardo secara langsung melihat air sungai tidak lagi jernih, longsor yang mendera, serta banjir bandang memilukan. Menurut Doni, pencemar sungai ini adalah praktik penambangan liar.
Dia pun mengajak semua kalangan masyarakat Minang, khususnya kaum muda untuk sama-sama menjaga alam Sumbar agar pulih. Menurut dia, alam lestari bukan hanya untuk generasi masa kini, tetapi warisan bagi generasi akan datang. “Para mahasiswa ISI Padang Panjang mestinya juga turut mengambil peran dalam pelestarian lingkungan, baik melalui karya maupun terjun langsung ke lapangan. Dan yang tak kalah pentingnya melakukan perubahan perilaku,” ujarnya.
HENDRIK KHOIRUL MUHID