Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Dor, penyambung cinta lama dor, penyambung cinta lama

Misteri pembunuhan h. rachmat soeprapto alias h. toto terungkap. pembunuhnya seorang satpam: evy dan di otaki seorang perwira menengah. diduga untuk menyambung cinta lamanya dengan istri kedua korban.

8 April 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ISTERI pembunuhan H. Rachmat Soeprapto alias Haji Toto terungkap. Mabes Polri, yang mengusut kasus itu bekerja sama dengan Polda Metro Jaya dan POM ABRI, pekan Ialu mengumumkan telah menangkap pembunuhnya, seorang satpam bernama Evy, asal Ambon. "Tapi dia itu cuma pelaksana, ujar sumber di Mabes Polri. Sedang otaknya, menurut sumber itu, seorang perwira menengah -- sebut saja Soedarman -- yang menyerahkan diri Jumat pekan lalu. Selain kedua orang itu, polisi juga menangkap Manaf, dukun asal Seram, Ambon, di rumahnya, Cilincing, Jakarta Utara. Seorang pelaku lain, Farid, dinyatakan buron. "Motif di balik pembunuhan itu sementara ini berlatar belakang cinta. Motif lainnya masih dalam pemeriksaan," ujar sumber di kepolisian. Sumber itu sementara ini juga menduga istri kedua korban, Nyonya Endang, berkomplot melenyapkan suaminya. Haji Toto, 54 tahun, mengalami nasib nahas ketika hendak bermain tenis di lapangan tenis Bulog di Kayu Putih, Jakarta Timur, Jumat sore akhir Februari lalu Begitu ia mau turun dari mobil yang disetirnya sendiri, seorang laki-laki menghampirinya dan menembaknya dengan pistol. Peluru menembus leher dan telinganya, sehingga staf Kasubdis Pemetaan dan Penomoran Bangunan pada Dinas Pengawasan Pembangunan Kota DKI Jakarta itu tewas seketika. Sang penembak, kabur dengan sepeda motor yang dikendarai temannya. Polisi hanya menemukan dua buah selongsong peluru Colt kaliber 45. Pembunuhan itu dipastikan bukan perampokan, karena uang kontan Rp 700 ribu, cincin bernilai jutaan, dan surat-surat berharga milik korban masih utuh. Sepuluh menit setelah kejadian, istri kedua korban, Nyonya Endang, telah berada di tempat kejadian. Polisi curiga, karena wanita itu begitu cepat tahu bahwa suaminya dibunuh. Wanita asal Kudus, Jawa Tengah, itu pun diperiksa polisi. Menurut polisi, Endang mengaku bahwa selain dirinya, suaminya juga punya istri baru, Nyonya Rita -- dikawini Almarhum setahun lalu -- dan bekas istri, Nyonya Siti Sundari, yang sudah dicerainya. Polisi pun menemui Rita. Wanita ini mengaku, selama menjadi istri Haji Toto tak pernah lepas dari teror, melalui telepon maupun lewat tamu-tamunya. Berdasar itu, polisi menduga bahwa teror itu dilancarkan Endang. Tapi bagaimana menjebaknya? Nah, kebetulan Endang itu, kata polisi, doyan berdukun. Lalu seorang penyidik didandani sebagai dukun. Melalui "dukun" itu, konon, pengakuan Endang meluncur sehingga misteri pembunuhan Haji Toto terungkap. Endang, kabarnya, mengaku tega menyingkirkan suaminya karena ditinggal kawin lagi. Sebelumnya, katanya, ia telah minta cerai dengan syarat diberi sebidang tanah. Tapi Haji Toto tak mengabulkan. Kepada sang "dukun", kabarnya, Endang mengaku punya affair dengan Soedarman. Bekerja sama dengan Soedarman pula, ia mengatur pembunuhan Haji Toto. Caranya dengan minta bantuan Manaf. Sementara itu, polisi berhasil menemukan motor yang dipakai dalam pembunuhan itu. "Berdasar itu penyidik menangkap pengendara motor yang membunuh Haji Toto," kata sumber polisi. Tersangkanya adalah satpam Evy, yang ditangkap di rumahnya, Ancol, Jakarta Utara. Bersamaan dengan itu, Manaf juga ditangkap. Tapi seorang rekannya, Farid, masih buron. Kepada penyidik, Evy mengaku mendapat "order" melalui Manaf untuk menembak korban dengan pistol FN 45 milik Soedarman. Ia juga mengaku diupah Rp 100 ribu dan dijanjikan diberi sepeda motor oleh Soedarman, setelah urusan beres. Tapi hingga ia ditangkap 11 Maret lalu, katanya, motor itu tak pernah diwujudkan. Manaf pun mengaku mendapat perintah menghilangkan Haji Toto dari Endang dan Soedarman. Caranya, katanya, semula dengan ilmu hitam. Tapi rupanya Haji Toto tak mempan "ditembak" dengan cara begitu. Sebab itu, Manaf kemudian mengoperkan tugas itu kepada Evy. Sementara itu, Soedarman hingga pekan ini, menurut penyidik, belum mengaku bahwa FN 45 yang diidentifikasi sebagai senjata pembunuh itu adalah miliknya. Sejauh mana kebenaran berita pembunuhan berlatar cinta dan melibatkan oknum ABRI itu? Kepala Dinas Penerangan Mabes Polri Brigjen. T. Guntar Simanjuntak keberatan menjelaskannya. Ia hanya membenarkan bahwa alat negara sudah menangkap pembunuh itu. Nyonya Endang, yang ditemui TEMPO di rumahnya di Cipinang Jaya, Jakarta Timur. tak bersedia bicara. Ia merasa pemberitaan media sementara ini memojokkannya. Di samping itu, ia juga merasa kalut karena berhari-hari diperiksa pihak berwajib. Sabtu pekan lalu dia, katanya, diperiksa POM ABRI dari pagi hingga tengah malam. Walaupun begitu, melalui staf RT di Cipinang Jaya, Bambang, Endang membantah terlibat dalam pembunuhan itu. "Ibu itu (maksudnya Nyonya Endang -- Red.) tak bersalah. Kalau ia bersalah, pasti tidak akan berada di rumah ini lagi," kata Bambang. Tapi ia membenarkan, Soedarman dengan Endang pernah pacaran sewaktu di Kudus. Tapi hubungan mereka putus, karena Soedarman masuk ABRI. Endang pun menikah dengan orang lain, dan dikaruniai tiga anak. Begitu pula Soedarman. Tapi perkawinan Endang kandas, dan diteruskan dengan Haji Toto, yang juga kenal Soedarman dalam hubungan bisnis. Namun, diam-diam Soedarman --konon rumah tangganya pecah -- menginginkan hubungannya dengan Endang disambung lagi. Tapi cinta itu tak diladeni Endang. "Endang takut, kalau suaminya tahu, rumah tangganya jadi berantakan," kata Bambang menirukan Endang. Tapi mengapa Nyonya Endang berada di lokasi pembunuhan, sepuluh menit setelah penembakan? Ia di situ, dalihnya, karena selesai latihan menyetir mobil. "Nyonya Endang kan sudah tahu kapan jam-jam main tenis Almarhum Haji Toto," kata Bambang. Begitu, konon, pengakuan Endang yang sejujurnya. Siapa tahu, ada motif lain di balik pembunuhan itu.Widi Yarmanto, Ardian T. Gesuri, dan Moebanoe Moera (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum