Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
UMRAH. Inilah jalan yang dipilih Muhammad Nazaruddin di tengah hiruk-pikuk pemberitaan soal suap di Kementerian Pemuda dan Olahraga. Nama Bendahara Umum Partai Demokrat ini memang disebut-sebut dalam perkara suap pembangunan wisma atlet di Palembang itu. Yang menyebut namanya juga bukan sembarangan: Mindo Rosalina Manulang, tersangka yang dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi di ruang Wafid Muharam, Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Kamis pekan lalu, sehari setelah untuk pertama kalinya Rosa—demikian panggilan Mindo Rosalina Manulang—diperiksa sebagai tersangka, Nazaruddin terbang ke Mekah. ”Bapak berangkat umrah Kamis pagi,” kata Nuril Anwar, anggota staf Nazaruddin di Dewan Perwakilan Rakyat.
Perjalanan ke Tanah Suci yang dilakukan pria yang di kalangan partai sering dipanggil ”Bendum” (Bendahara Umum) ini seolah menutup setumpuk persoalan yang sedang menderanya. Sumber Tempo di Partai Demokrat mengatakan posisi Nazaruddin di partai kini tengah tak aman. Sang Ketua Dewan Pembina Partai, Susilo Bambang Yudhoyono, mulai mempersoalkan maraknya pemberitaan miring tentang sepak terjang Nazaruddin. ”Yudhoyono marah besar,” kata sumber ini, yang mewanti-wanti namanya tak disebutkan.
Keluhan itu disampaikan Yudhoyono dalam pertemuan terbatas dengan sejumlah petinggi Demokrat pada 3 April lalu. Salah satu peserta yang hadir Wakil Ketua Dewan Pembina Marzuki Alie. Yudhoyono, seperti dituturkan sumber itu, mengaku mulai terganggu oleh dugaan keterlibatan Nazaruddin dalam berbagai kasus yang terkuak di media. ”Dari tuduhan korupsi, suap, sampai pelecehan seksual,” ujarnya.
Kegundahan Yudhoyono rupanya tak hanya sampai di situ. Presiden, menurut sumber itu, juga mempersoalkan pilihan Anas Urbaningrum atas Nazaruddin sebagai bendahara umum. ”Mengapa dengan reputasi yang tidak bagus bisa menjadi pejabat teras?” katanya. Dalam pertemuan itu bahkan sempat terlontar desakan menggelar kongres luar biasa.
Sejak tahun lalu, Nazaruddin memang tak henti diterpa isu miring. Seusai pelaksanaan Kongres II Partai Demokrat di Bandung, Mei tahun lalu, Nazaruddin dituding melakukan pelecehan seksual terhadap seorang perempuan. Laporan perkara ini pernah masuk Kepolisian Sektor Sukasari, Bandung.
Terakhir, Maret lalu, Daniel Sinambela, yang mengaku mitra bisnis Nazaruddin, membuka tabir soal intervensi yang dilakukan sang kolega dalam pengadaan batu bara di PT PLN (Persero) dan PT Indonesia Power. Menurut Daniel, Nazaruddin menggunakan perannya sebagai petinggi partai penguasa untuk mendapatkan proyek tersebut. Disebutkan juga, 50 persen keuntungan kerja sama masuk ke kas partai.
Nazaruddin kepada Tempo pertengahan Maret lalu membantah keras soal itu. Dia mengaku tidak tahu-menahu soal tudingan pelecehan dan intervensi dalam proyek batu bara. ”Semua itu bohong dan fitnah belaka,” katanya.
Masuknya Nazaruddin ke elite Demokrat memang tidak terlepas dari peran Anas. Kedekatan mereka terjalin sejak Anas masih menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum pada 2004. Kemudian, ketika Anas bersaing menjadi ketua umum partai, Nazaruddin tercatat sebagai anggota tim sukses.
Marzuki Alie saat dimintai konfirmasi membantah soal pertemuan Dewan Pembina Partai yang khusus membahas Nazaruddin. ”Tidak ada itu,” katanya. Dia menambahkan, tak semua pertemuan partai dibuka ke publik. Perihal tudingan bahwa Nazaruddin terlibat dalam suap di Kementerian Pemuda dan Olahraga, Marzuki menyatakan sudah meminta penjelasan Nazaruddin. ”Dia membantah.”
Hingga akhir pekan lalu, Anas Urbaningrum tak bisa dimintai tanggapan perihal terseretnya Nazaruddin dalam kasus suap di Kementerian Pemuda dan Olahraga ini. Ia tidak menjawab panggilan dan pesan pendek yang dikirimkan ke telepon selulernya. Tapi, sebelumnya, kepada Tempo, Anas menyatakan tidak tahu-menahu soal aktivitas bisnis Nazaruddin.
Anggota Dewan Pembina Demokrat, Achmad Mubarok, membantah ada perpecahan di tubuh partai dalam kaitan dengan Nazaruddin. ”Saya sudah bertemu dengan Ketua Dewan Pembina. Tidak ada masalah, tuh,” ujarnya. ”Bapak Yudhoyono juga mengaku puas dengan kinerja Anas.”
Nazaruddin sendiri, dalam pernyataan tertulisnya, pernah mengatakan posisinya sebagai Bendahara Umum Partai Demokrat kerap menjadi sasaran fitnah oleh sejumlah pihak. Ia menyatakan akan melawan fitnah tersebut. ”Saya akan menempuh jalur hukum atas fitnah itu,” katanya.
Setri Yasra, Fanny Febiana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo